Santapan Harian
Konsep Tuhan Tak Tergugat
Ayub 25
Pendeknya pidato terakhir Bildad ini mungkin karena dia sudah kehabisan kata-kata. Atau karena efektifnya pembelaan diri Ayub dan tak bercacatnya karakter dan imannya di tengah penderitaannya. Bildad kembali menekankan salah satu aspek pandangan simplistisnya, bahwa Tuhan pasti benar dan tak terjangkau oleh gugatan manusia, sedangkan manusia adalah makhluk berdosa yang tak berharga. Dalam kedua pandangan ini, lagi-lagi Bildad hendak menyodorkan pemahaman yang seolah-olah steril, jelas, dan tegas antara hitam atau putihnya. Kenyataannya, hidup tidak sesederhana itu dan Alkitab pun mengajarkan kita tentang sejumlah paradoks kehidupan.
Dalam konsep Tuhan yang tak tergugat (4a), kita menjumpai dalam sejumlah bagian Alkitab, mulai dari Musa sampai para pemazmur hingga Paulus, orang-orang yang hidup dekat dengan Tuhan bisa menggugat dan mempertanyakan kebaikan Tuhan. Dalam meratap, orang menggugat Tuhan sambil bergantung pada-Nya. Tuhan suka anak-anak-Nya jujur bergumul dengan iman yang otentik daripada berpura-pura. Jelas bahwa ajaran yang dikemukakan oleh Bildad ini tak sejalan dengan pesan umum yang disampaikan dalam Alkitab.
Begitu pula tentang ketidakberhargaan manusia. Dalam Ayub 7:17-18, Kejadian 1, Mazmur 8, dan Ibrani 2 menyodorkan pemahaman yang berbeda: manusia memang tidak ada apa-apanya di hadapan Allah, namun Allah tidak memandang remeh ciptaan-Nya. Sebaliknya, Allah menciptakan manusia dalam citra-Nya. Allah memberikan kita wibawa besar untuk berkarya di dalam kehidupan masing-masing, dan untuk melakukan perkara-perkara besar yang Ia siapkan untuk kita.
Kita tidak mungkin dapat memahami Tuhan secara sempurna. Terkadang kehidupan pun terlalu rumit untuk dipahami. Tetapi yang penting bagi kita adalah membiarkan Tuhan bekerja dan menuntun kita melalui kerumitan itu. Bagian kita adalah mengalami anugerah Tuhan dan menjadi saluran anugerah itu bagi orang-orang di sekitar kita. [AKI]
0 comments:
Post a Comment