Petrus adalah sosok yang menarik, sebab dia adalah sosok yang sebelumnya MEMILIKI SANGKAAN BURUK/JAHAT terhadap Yesus. Mirip dengan kebanyakan orang yang berpikir bahwa kematian Yesus adalah hal negatif atau minimal berpikir bahwa kematiannya tidak lebih hanya sebuah akibat kejahatan besar rancangan manusia, seolah TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT.
Karena manusia gagal atau tidak dapat melihat KEPENTINGAN TUHAN dalam setiap peristiwa maka manusia selalu gagal untuk memandang apa sebenarnya yang terjadi. Manusia pada akhirnya menyerah pada KEPENTINGAN DIRINYA dan berakhir pada SANGKAAN-SANGKAAN BURUK dalam setiap peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan atau bahkan mengecewakan atau menyakitkan. Ya...sebagaimana digambarkan oleh Yesus sendiri : "Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?"- Matius 26:53
Jadi, apakah sebenarnya yang terjadi dengan peristiwa kejahatan keji yang menimpa Yesus? Semata kejahatan yang terelakan, sehingga dengan demikian menjadi peristiwa yang tidak terantisipasi sama sekali oleh Yesus, sebab dia gagal mendapatkan simpati massa dan para penguasa? Ataukah, ini adalah sebuah peristiwa yang LEBIH DARI SEKEDAR diantisipasi oleh Yesus, sesuatu yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk pasti terjadi? Dengan kata lain Tuhan melalui peristiwa keji yang dilakukan oleh manusia dalam kebebasannya untuk bertindak (dimana Tuhan tidak mencegah), telah menjadi sarana untuk menggenapi kehendak atau maksud Tuhan melalui peristiwa keji tersebut. Dengan demikian Baik Bapa dan Yesus, keduanya menginginkan hal itu terjadi:
Matius 16:21- : (21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Sebelum APA YANG HARUS TERJADI berlangsung, Yesus telah MENYATAKANNYA. Yesus sedang menyingkapkan "masa depan" atau "peristiwa yang akan terjadi' atau "peristiwa yang belum terjadi namun akan terjadi." Bukan sekedar menyatakan kepada murid-murid-Nya "peristiwa yang akan terjadi," tetapi Yesus mengatakan bahwa "masa depan" yang tak diinginkan oleh murid-murid-Nya tersebut adalah SEBUAH KEPASTIAN.
Yesus menyatakan "...harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh,..."
Tidak ada opsi atau jalan lain kala Yesus menyatakan ini. Dalam sadar penuh dan tahu pasti akan MASA DEPAN dia menyatakan tanpa sedikitpun berbicara mengenai kemungkinan lain sehingga tidak perlu terjadi demikian.
Jika itu saya atau anda ada hadir kala itu, dan mengetahui bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah peristiwa yang "AKAN TERJADI" dalam derajat yang pasti, "tidakkah kemudian secara spontan akan memikirkan bagaimana supaya hal itu tidak terjadi?". Jika saya salah satu murid Yesus kala itu maka saya akan berkata " JANGAN PERGI KE Yerusalem!"
Petrus adalah murid yang tidak rela Yesus dibunuh! Siapa yang rela membiarkan Yesus pergi untuk dibunuh tanpa pembelaan? Tetapi Petrus tidak terpikir sedikitpun untuk terlebih dulu bertanya APAKAH KEPENTINGAN YESUS MELALUI PERISTIWA TERAMAT KELAM ITU?
Maka, ketika Petrus MENYANGKA YESUS SEDANG MENYATAKAN HAL YANG BERTENTAnGAN DENGAN KEHENDAK BAPA, maka terlontar kata-kata ini dari mulutnya kepada Yesus:
"Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."- Matius 16:22
Dan sungguh luar biasa apa yang dilakukan Petrus : menarik dan menegor! Seolah Yesus sedang kehilangan kewarasannya dan perlu disadarkan sampai-sampai harus ditarik, tak cukup hanya ditegor. Petrus sama sekali tidak melihat ADA KEPENTINGAN TUHAN BERNILAI MULIA dalam penggambaran masa depan yang dituturkan Yesus barusan saja. Dan memang terdengar sungguh gila dan tidakkah terdengar seperti bunuh diri? Sebab mengetahui APA YANG AKAN TERJADI tetapi membiarkan dirinya masuk kedalam situasi yang sebetulnya dapat dicegah! Terlihat demikian dan terdengar rasional untuk berkata demikian; tetapi BENARKAH PETRUS SUDAH MENGETAHUI SELURUHNYA? Apakah Petrus sudah benar-benar menggali lebih dalam pada Yesus? Jelas tidak! Reaksi Petrus sudah menceritakan betapa Petrus bergerak berdasarkan KEPENTINGAN MANUSIA agar Yesus tidak dibunuh.
Mari kita mendengarkan Yesus :
"Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."-Matius 16:23
Iblislah yang menjadi inspirator atas pikiran dan perkataan Petrus tadi! Sehingga Yesus tanpa ragu merespon apa yang terlihat sebagai maksud baik muridnya dengan "enyahlah Iblis."
Kemudian Yesus mengungkapkan HAL TERAMAT PENTING DISINI : "bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi apa yang dipikirkan manusia."
Teramat penting sebab ini menjadi informasi sorgawi yang TIDAK DIKETAHUI oleh Petrus. Apa yang DISANGKA PETRUS sebagai hal buruk yang tidak boleh terjadi, ternyata itu adalah APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH.
Yesus harus pergi ke Yerusalem, menanggung banyak penderitaan dan kemudian dibunuh, ternyata bukan pikiran Yesus yang bertentangan dengan Allah; bukan juga sebuah aksi yang lebih mirip sebagai bunuh diri; bukan juga sebagai sebuah sikap fatalisme pada Yesus sebab sekalipun mengetahui tak berpikir sedikitpun untuk menghindarinya dalam cara yang bagaumanapun! Sebab itu adalah APA YANG MENJADI KEPETINGAN TUHAN, itu adalah apa yang dipikirkan oleh Allah! Menghalanginya adalah apa yang dipikirkan oleh manusia!
Satu catatan penting disini adalah: Petrus SAMA SEKALI TIDAK TERPESONA dengan "dan dibangkitkan pada hari ketiga." Petrus tidak tertarik dengan KEBANGKITAN YESUS PADA HARI KETIGA. Dapat dipahami jika Yesus saat itu kepada Petrus berkata "enyahlah Iblis."
Kita sudah melihat dari Yesus sendiri dan pada peristiwa Petrus, bahwa kejahatan yang belum terjadi dan akan terjadi menimpa Yesus dalam kekejian yang tak terpikirkan oleh para murid-murid-Nya, bahwa ini adalah apa yang dipikirkan oleh Allah atau dengan kata lain inilah yang MENJADI KEPENTINGAN LAIN. TUHAN Memiliki MAKSUD DAN TUJUAN yang tidak dapat dilihat oleh siapapun kecuali Yesus sendiri.
Dimasa mendatang, pada sebuah saat yang telah ditentukan sejak dahulu bahkan sebelum adanya sebuah kala, AKAN TERJADI SEBUAH PERISTIWA KEJI. Sebuah kejahatan terencana yang disiapkan oleh manusia-manusia, TELAH DIBIARKAN OLEH TUHAN untuk terjadi. Dia tidak MENGHALANGI malahan MEMASTIKAN PASTI TERJADI, dengan kata lain sebuah kejahatan telah ditetapkan oleh ALLAH sendiri, akan dialami oleh Yesus. Sebagaimana dikonfirmasi oleh Yesus dengan mengatakan "... harus pergi ke Yerusalem, menanggung banyak penderitaan dan kemudian dibunuh."
Pertanyaan menarik yang pasti akan dilontarkan oleh manusia kemudian adalah: apakah dengan demikian Allah secara sengaja menciptakan sebuah kejahatan? Allah menjadi pencipta kejahatan bagi kepentingan-Nya sendiri? Apalagi nyata terlihat bahwa Yesus telah MENETAPKAN sebuah peristiwa AKAN DATANG sebagai TIDAK BOLEH TIDAK HARUS TERJADI. Tetapi mengapa Yesus berkata kepada Petrus : "enyahlah Iblis?"
Saya akan menyodorkan sebuah peristiwa unik lainnya. Peristiwa ini dengan sendirinya akan memperlihatkan dua hal sekaligus. Pertama-tama bahwa apa yang dipikirkan Allah (terkait peristiwa kelam semacam ini) tidak berarti Allah menciptakan kejahatan atau seperti Allah menanamkan kejahatan di hati para manusia pelaku kejahatan. Kedua, bahwa peristiwa dibunuhnya Yesus sekalipun, itu adalah peristiwa kejahatan oleh manusia-manusia, namun ini adalah peristiwa yang diinginkan dan telah ditetapkan oleh Yesus dan juga Allah. Bahkan pada titik paling krusial (sebab di titik ini dapat saja kejahatan keji ini digagalkan oleh Allah sendiri jika mau) malah Yesus MEMPERSILAHKAN dan tidak berkata "enyahlah Iblis," seperti yang dikatakannya kepada Petrus.
Yohanes 13:27 "Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."
Baik Petrus dan Yudas, kedua-duanya adalah murid Yesus. Tetapi kita akan melihat dua macam reaksi Yesus yang segera membingungkan para pembaca, jika tidak menimbang APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH :
- Pada Petrus, ketika dia berkata "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Yesus membalasnya : "Enyahlah Iblis."
- Pada Yakobus, ketika dia hendak melakukan bagiannya dalam sebuah kejahatan besar yang hendak dicegah oleh Petrus sejak mulanya, Yesus malah berkata "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."
Baik Petrus dan Yudas adalah murid Yesus. Tetapi bagaimana bisa Yesus memilih seorang murid yang pada akhirnya jadi bagian kejahatan besar atas dirinya, bahkan menjadi penunjuk di Taman Getsemane sehingga prajurit Roma dapat segera menangkapnya? Apakah Yesus salah pilih? Apakah Yesus HANYA dapat melihat APA YANG AKAN TERJADI terkait kejahatan keji yang akan menimpanya, tetapi GAGAL atau tidak dapat melihat APA YANG TERJADI terkait Yudas? Apakah demikian?
Mari kita lihat apa yang terjadi sebenarnya ketika Yesus memilih Yudas :
- Yohanes 13:10 "Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapatelah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
- Yohanes 13:11 "Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."
Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan dia; Yesus tahu PERISTIWA APA YANG AKAN TERJADI DI WAKTU YANG AKAN DATANG. Tetapi murid-murid-Nya tidak tahu. Yesus tahu apa yang akan terjadi, tetapi murid-murid-Nya tidak.
- Yohanes 13:18 "Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku."
Jelas ini bukan sekedar Yesus tahu akan peristiwa mendatang tetapi ADA KEPENTINGAN YANG LEBIH BESAR, yaitu MAKSUD ALLAH MENJADI TERGENAPI : "haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku." (bandingkan dengan Mazmur 41:9 "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku."). Yesus bahkan TELAH MENGETAHUI SEJAK SEMULA terkait apa yang dilakukan oleh Yudas, sebab Yesus berkata : "haruslah genap nas ini."
Kembali kita melihat bahwa peristiwa kejahatan keji atas diri Yesus, memang peristiwa yang diinginkan, dikehendaki, telah diantisipasi sejak semula. Tidaklah berlebihan untuk menyatakan dalam cara seperti ini, malahan tepat atau senada dengan apa yang dimaksudkan Yesus, jika saya mengatakan bahwa peristiwa ini dan seluruh elemen-elemen peristiwanya adalah APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH atau APA YANG TELAH MENJADI KEPENTINGAN ALLAH.
Darimana kita dapat yakin tanpa potensi salah sekecil apapun? Sebab semua ini adalah APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH (Matius 16:23) dan bahkan Yesus mengatakan : "haruslah genap nas ini." Telah ditetapkan sejak semula!
Bahkan Yesus semakin menegaskannya:
Yohanes 13:19 "Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia."
Sukar membayangkan kemencekaman suasana yang meliputi hati para murid. Yesus sedang MERAMALKAN PERISTIWA YANG AKAN DATANG namun bukan atau tidak lagi dalam derajat MUNGKIN. Yesus sedang berkata-kata mengenai hal-hal yang akan datang sebagai sebuah peristiwa YANG PASTI TERJADI atau bahkan seolah-olah TELAH TERJADI, sebab sebelumnya dia berkata : "haruslah genap nas ini."
Penghkhianatan yang akan terjadi telah DITETAPKAN SEBAGAI PERISTIWA YANG PASTI DAN HARUS TERJADI. Ini tak terelakan sebab Yesus berkata : "haruslah genap nas ini." Dengan kata lain KETETAPAN TERJADINYA PERISTIWA PENGKHIANATAN INI bukan telah ditetapkan pada saat Yesus sedang berkata-kata; bahkan telah ditetapkan jauh sebelum Yesus dilahirkan di Bethlehem; jauh sebelum Yohanes Pembatis menyatakan Lihatlah Anak Domba Allah; jauh sebelum Yesus memilih 12 murid, tentu termasuk Yudas Iskariot; jauh sebelum pengkhianatan itu terjadi; jauh sebelum Yudas melakukan transaksi menjual Yesus; jauh sebelum Yudas mencium Yesus; jauh sebelum Yudas pada akhirnya menyesalinya namun mengakhiri hidupnya.
Yohanes 13:21 "Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
Yesus kini telah membuat para murid menjadi cemas mengetahui bahwa ada diantara mereka akan melakukan sebuah kejahatan yang tak termaafkan dimata manusia! Pengkhianatan yang mengakibatkan kematian! Siapakah gerangan? Dan pasti masing-masing mulai menebak-nebak, sebab Yesus belum menyebutkan satu nama pun:
- Yohanes 13:22 "Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya."
- Yohanes 13:2325 "Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya." Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"
Tidak ada yang berani bertanya secara langsung. Petrus harus meminta murid yang dikasihi Yesus untuk menanyakannya. Dapat dibayangkan kemencekaman dan kecemasan yang sedang mencengkram begitu kuat perasaan para murid, menanti tersebutnya salah satu nama pengkhianat diantara mereka. Sekian lama mereka bersama-sama dengan Yesus. Jelas tak terpikirkan adanya seorang diantaranya ada seorang pengkhianat.
Yesus pada akhirnya memberikan sebuah petunjuk yang jelas dan terinci terkait siapa dia, dan masih tidak menyebutkan nama:
Yohanes 13:26 "Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot."
Yesus tidak menyebutkan nama. Tetapi Yesus memberitahukan apa yang akan dilakukan salah satu dari 12 murid-Nya tersebut : murid tersebut menerima roti yang telah dicelupkan oleh Yesus, dan itulah momen terakhir kebersamaan murid tersebut bersama Yesus. Murid yang dimaksud tidak pernah selesai mengikuti makan bersama dengan Yesus, sebab tindakan Yesus memberikan roti yang telah dicelupkan itu bagaikan penyingkap sekaligus penggenap ,dan memang demikianlah adanya, sebab Yesus telah berkata : "haruslah genap nas ini." Pada saat nas itu tergenapi maka apa yang TELAH DITETAPKAN JAUH SEBELUM YESUS LAHIR DI BETHLEHEM terwujud dihadapan Yesus dan semua murid lainnya:
Yohanes 13:27 "Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlahdengan segera."
Apa yang dapat kita katakan? Apakah dengan fakta pengkhianatan terhadap Yesus yang TELAH DITETAPKAN JAUH SEBELUM YESUS LAHIR (sebab Yesus telah berkata "haruslah genap nas ini"), berarti Allah menciptakan kejahatan?; Allah menanamkan kejahatan didalam diri Yudas?; Allah dengan demikian sedang memainkan sandiwara? Kalau anda dan saya teliti dan cermat, maka jawabnya sama sekali tidak demikian:
- Pada Yohanes 13:27, Yesus mengatakan : ia kerasukan Iblis. Jelas ada Iblis dibalik perilaku Yudas, bukan Allah.
- Pada Yohanes 13:27, Yesus berkata kepada Yudas : "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Jelas selanjutnya tersingkap dengan jelas bahwa APAPUN yang Yudas akan lakukan adalah berdasarkan apa yang menjadi kemauan atau keinginan diri Pada Yudas, sama sekali tidak ada indikasi yang bagaimanapun seolah-olah Allah memang menciptakan kejahatan; menanamkan kejahatan didalam diri Yudas- seolah-olah Yudas manusia yang miskin dengan keinginan-keinginan dosa(?); apalagi Allah sedang bermain sandiwara.
Bagaimana membuktikannya?
Jika anda memperhatikan baik pada diri Petrus dan Yudas, maka kita akan sama-sama melihat bagaimana keduanya dapat secara bebas dan merdeka untuk melakukan apa yang dipikirkan atau diinginkan untuk dilakukan. Namun kita melihat ada sebuah perbedaan tajam! Terhadap Petrus, Yesus berkata "Enyahlah Iblis" ; Terhadap Yudas, Yesus berkata "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlahdengan segera." Dengan kata lain, terhadap Petrus, Yesus melakukan intervensi pada dirinya, namun bukan memberangus kebebasannya untuk bertindak atau berkata-kata, tetapi Yesus mengenyahkan Iblis sehingga Iblis tidak dapat bekerja penuh pada diri Petrus. Sementara itu, terhadap Yudas, Yesus TIDAK melakukan intervensi; Yesus MEMBIARKAN Iblis dan dengan demikian MEMBIARKAN kebebasan Yudas untuk mewujudkan rencananya hingga ke titik termaksimalnya. Yesus membiarkan Yudas tetap dalam kendali penuh Iblis. Dalam hal ini, menjadi jelas bahwa ALLAH TELAH MENETAPKAN APA YANG HARUS DIALAMI OLEH YUDAS ( sebagaimana Yesus berkata "haruslah genap nas ini" ), SAMA SEKALI TIDAK BERARTI ALLAH MENCIPTAKAN KEJAHATAN ATAU MENCIPTAKAN SEBUAH DRAMA DIMANA YUDAS MENJADI KORBAN.
Allah dalam hal ini hanya melakukan intervensi atau tidak; dalam intervensi Dia telah mengantisipasi apa yang akan terjadi dan memang harus terjadi, dalam TIDAK intervensi, pun Dia telah mengantisipasi apa yang akan terjadi dan memang harus terjadi. Dalam intervensi atau tidak intervensi maka "hasil" yang terjadi sepenuhnya dalam kendali Tuhan, artinya tidak ada titik dimana Allah tidak berdaulat seolah jika Allah melakukan intervensi (mencegah) maka itu berarti Allah berdaulat, dan bilamana Allah tidak melakukan intervensi (tidak mencegah) maka itu berarti Allah tidak berdaulat.
Mengapa harus dikatakan demikian? Sebab KITA HARUS MEMIKIRKAN APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH (Matius 16:23; bandingkan dengan Matius 26:53). Lebih menarik lagi kala kita mengetahui bahwa baik Petrus dan Yudas diberi ruang yang luar biasa besar untuk mengekspresikan pendapatan dan perbuatanya.
- Petrus tidak hanya dapat menegor, tetapi dapat menarik Yesus ke samping serta jelas bebas sebebas-bebasnya untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa perlu takut dan Yesus tidak mencegahnya!
- Yudas, sekalipun Yesus telah mengetahui jauh sebelumnya akan apa yang Yudas akan lakukan (Yohanes 6:64 "Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus TAHU DARI SEMULA, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.") , pun Yesus tidak memberangus kebebasan Yudas untuk melakukan apapun yang hendak diperbuatnya, tidak mencegah, malahan Yesus membebaskannya untuk melakukan seperti apa yang dimaui.
Namun:
- Baik Petrus dan Yudas dalam kebebasannya untuk bertindak atau mewujudkan keinginan atau kehendaknya atau kemauannya, tak satupun yang SELARAS dengan KEHENDAK ALLAH. Kedua-duanya telah meleset dan kedua-duanya dalam pengaruh dan kendali Iblis
- Baik Petrus dan Yudas telah gagal memikirkan apa yang dipikirkan Allah; keduanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia.
Ketika Yesus berkata "haruslah genap nas ini," tidak juga berarti dengan demikian Allah harus berupaya agar Yudas harus melakukan dosa. Tak sedikitpun Allah perlu berpikir apalagi berupaya agar Yudas melakukan pengkhianatan atau kejahatan atau dosa.
Sebab semua manusia pada dasarnya memang dikuasai secara total oleh dosa:
- Yeremia 17:9 "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu"
- Mazmur 51:5 "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku"
- Kejadian 6:5 "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,"
- Yesaya 64:6 "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;..."
- Yeremia 13:23 "Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakankamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?"
- Kejadian 8:21 "Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipunyang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.
- Pengkhotbah 7:20 "Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!"
- Roma 3:23 "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah"
- Roma 8:27 "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."
Dapat dipahami dan wajar atau sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan jika maksud baik Petrus adalah sebuah KEJAHATAN BERSAR dan Allah tidak perlu berusaha untuk membuat Yudas menjadi sedemikian teganya dan jahatnya! Mengapa sebab tidak ada manusia yang pada dasarnya baik. Allah bahkan berkata bahwa yang ditimbulkan dalam hati manusia adalah jahat bahkan dikatakan sejak kecilnya! (Kejadian 8:21).
- Ketika Yesus berkata "haruslah genap nas ini," jelas terlihat didalamnya bagaimana kehendak bebas Yudas beroperasi secara bebas, namun jelas tidak mungkin akan ada kemungkinan yang baik menetes dari dalam hatinya- dirinya ketika berdiri di hadapan kehendak Allah yang kudus dan agung, sebab Allah sendiri berkata bahwa hati manusia melahirkan hal jahat bahkan sejak kecil!
- Ketika Yesus berkata "haruslah genap nas ini," maka jelas ini adalah ketetapan Allah sejak semula. Sebuah peristiwa akan datang telah ditetapkan akan atau pasti terjadi kelak- jauh di masa yang akan datang, bahkan telah ditetapkan sebelum Yesus itu sendiri ada di bumi ini!
- Ketika Yesus berkata "haruslah genap nas ini," maka jelas ini adalah APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH, bukan apa yang dipikirkan manusia!
Bahkan kita tadi, sekali lagi saya sajikan, telah melihat secara gamblang betapa kebebasan manusia untuk berkata dan bertindak sedemikian vulgarnya tergambarkan. Petrus bebas menarik dan menegur Yesus; Yudas bebas untuk melakukan apapun yang mau dilakukan. Dalam hal ini, keduanya ada dalam ketetapan Tuhan sebab pada Petrus, Yesus mengusir Iblis; pada Yudas, Yesus tidak mengusirnya.
Dalam kedua peristiwa ini,tidak sedikitpun kebebasan atau kehendak bebas manusia terampas, terberangus bahkan menjadi terbatas. Kita telah melihat, pada Petrus, Yesus melakukan intervensi sehingga Iblis enyah; pada Yudas, Yesus tidak melakukan intervensi supaya Iblis enyah. Namun pada keduanya, jelas terlihat Yesus memegang kendali secara total, sebab pada keduanya TELAH TERJADI SEBAGAIMANA YANG TELAH DIPIKIRKAN ALLAH, sekalipun tidak selaras dengan apa yang dipikirkan manusia.
Kita akan melanjutkan perihal ini pada bagian selanjutnya, bahkan dalam spektrum yang luas kita akan melihat bagaimana KETETAPAN ALLAH atas diri Yesus dan umat manusia dapat berlangsung tanpa sedikitpun kehendak bebas manusia terampas/terberangus, atau seolah Tuhan merobotkan baik Petrus, Yudas dan semua manusia. Sebaliknya kita akan melihat bagaimana kehendak bebas manusia mengulminasikan dosa manusia itu sendiri yang teramat pekat, dan sekaligus membuktikan betapa manusia memerlukan pertolongan yang datang dari TUHAN; Kasih Allah yang besar dan agung terdemonstrasikan secara gilang gemilang!
Bersambung ke Bagian 11
***
0 comments:
Post a Comment