Ditulis oleh Arie Saptaji
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. (Kejadian 39:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Korintus 10-13
Ketika kehidupan berlangsung mulus, saya merasa sukses dan bahagia, lebih gampang bagi saya mengakui bahwa Tuhan memeluk saya. Sebaliknya, ketika kehidupan berkelok tidak seperti yang saya harapkan, masalah muncul susul-menyusul, saya jadi gampang gusar dan kehilangan damai sejahtera. Apakah Anda juga begitu?
Kisah Yusuf menolong saya mendapatkan perspektif lain tentang penyertaan Tuhan. Ketika Yusuf menerima jubah mahaindah (Kej. 37:3), penulis Kitab Kejadian tidak berkomentar bahwa Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya kepada Yusuf. Ketika Yusuf mendapatkan mimpi-mimpi yang menggairahkan hatinya (Kej. 37:5, 9), penulis juga tidak menegaskan bahwa mimpi itu berasal dari Tuhan. Namun, ketika Yusuf dikhianati saudara-saudaranya, terpisah dari ayah yang sangat menyayanginya, menjadi budak bagi orang asing di negeri yang jauh, penulis secara khusus membubuhkan, "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf" (ay. 2). Kemudian, ketika Yusuf difitnah oleh Nyonya Potifar, dan Potifar tidak membelanya, namun malah murka, dan melemparkan Yusuf ke penjara, kembali penulis secara khusus menambahkan catatan, "TUHAN menyertai Yusuf"—kali ini sebanyak dua kali (ay. 21, 23)!
Allah kita itu Imanuel: Dia senantiasa menyertai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita, tidak pernah membiarkan kita seorang diri (Ibr. 13:5). Saya yang perlu belajar menyadari penyertaan Tuhan bukan hanya di tempat yang jernih dan terang, melainkan juga di tempat yang remang atau malah gelap gulita. —ARS
TUHAN BUKAN HANYA MENYERTAI KITA DI PADANG YANG BERUMPUT HIJAU,
MELAINKAN JUGA DI DALAM KEKELAMAN LEMBAH BAYANG-BAYANG MAUT
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. (Kejadian 39:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Korintus 10-13
Ketika kehidupan berlangsung mulus, saya merasa sukses dan bahagia, lebih gampang bagi saya mengakui bahwa Tuhan memeluk saya. Sebaliknya, ketika kehidupan berkelok tidak seperti yang saya harapkan, masalah muncul susul-menyusul, saya jadi gampang gusar dan kehilangan damai sejahtera. Apakah Anda juga begitu?
Kisah Yusuf menolong saya mendapatkan perspektif lain tentang penyertaan Tuhan. Ketika Yusuf menerima jubah mahaindah (Kej. 37:3), penulis Kitab Kejadian tidak berkomentar bahwa Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya kepada Yusuf. Ketika Yusuf mendapatkan mimpi-mimpi yang menggairahkan hatinya (Kej. 37:5, 9), penulis juga tidak menegaskan bahwa mimpi itu berasal dari Tuhan. Namun, ketika Yusuf dikhianati saudara-saudaranya, terpisah dari ayah yang sangat menyayanginya, menjadi budak bagi orang asing di negeri yang jauh, penulis secara khusus membubuhkan, "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf" (ay. 2). Kemudian, ketika Yusuf difitnah oleh Nyonya Potifar, dan Potifar tidak membelanya, namun malah murka, dan melemparkan Yusuf ke penjara, kembali penulis secara khusus menambahkan catatan, "TUHAN menyertai Yusuf"—kali ini sebanyak dua kali (ay. 21, 23)!
Allah kita itu Imanuel: Dia senantiasa menyertai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita, tidak pernah membiarkan kita seorang diri (Ibr. 13:5). Saya yang perlu belajar menyadari penyertaan Tuhan bukan hanya di tempat yang jernih dan terang, melainkan juga di tempat yang remang atau malah gelap gulita. —ARS
TUHAN BUKAN HANYA MENYERTAI KITA DI PADANG YANG BERUMPUT HIJAU,
MELAINKAN JUGA DI DALAM KEKELAMAN LEMBAH BAYANG-BAYANG MAUT
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria