Penyangkalan Kebenaran |
Posted: 15 Apr 2014 04:38 PM PDT Posted on Rabu, 16 April, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 18: 12-27 Penangkapan Tuhan Yesus memberikan dampak buruk bagi para murid, termasuk Petrus. Tidak pernah ia menyangka bahwa ia akan mengalami dan merasakan situasi yang "mengerikan", yaitu bahwa Guru yang diagungkan dan dianggapnya sangat hebat dibawa oleh sepasukan prajurit yang bersenjata. Tidak masuk akal baginya bahwa Guru yang hebat itu akan dibawa ke pengadilan karena dianggap melakukan kejahatan. Ia adalah saksi mata bahwa selama tiga setengah tahun "hidup bersama", ia tidak pernah melihat Sang Guru melakukan hal yang jahat atau yang memalukan. Sang Guru melakukan hal yang berbeda dengan guru-guru agama di Israel. Sang Guru mempedulikan orang yang tidak dipedulikan serta menyembuhkan orang yang sakit dan kerasukan setan. Sang Guru mengasihi orang yang tidak dikasihi. Sang Guru memberikan makanan jasmani dan rohani bagi orang yang Dia jumpai. Sungguh mengejutkan menghadapi fakta bahwa Ia ditangkap pada malam hari oleh sepasukan tentara. Apakah kesalahannya? Tidak ada! Petrus tidak siap menerima kenyataan yang sangat memalukan itu, sehingga ketika ditanya, "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Petrus menjawab, "Bukan!" (18:17). Petrus menyangkal kebenaran! Kita juga dapat menghadapi kondisi yang serupa dengan kondisi yang dihadapi oleh Petrus. Ketidaksadaran akan kelemahan diri serta ketidaksiapan menghadapi situasi yang tidak kita duga dapat membuat keyakinan kita goyah. Sekalipun Tuhan Yesus telah mengingatkan murid-murid-Nya bahwa iman mereka akan terguncang (Matius 26:31), Petrus tetap tidak waspada! Kita ini rapuh sehingga kita harus bergantung senantiasa pada Tuhan agar iman kita tetap teguh dan kita tidak tergoda untuk mencari aman dengan menyangkal kebenaran iman kita. [FW]
Filed under: Renungan Harian |
Posted: 15 Apr 2014 04:34 PM PDT Posted on Rabu, 16 April, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 18:38b-19:16a Sikap seseorang terhadap kebenaran berbeda-beda. Ada yang menolak karena membenci kebenaran, tetapi ada juga yang menerimanya karena menyadari kebutuhan untuk hidup benar. Dalam bacaan ini, kita melihat sikap Pilatus ketika diperhadapkan dengan kebenaran. Ia sempat bertanya, "Apakah kebenaran itu?", tetapi ia kemudian pergi tanpa menunggu jawaban Yesus.Ia tahu bahwa jawaban Yesus akan menuntut komitmen untuk hidup dalam kebenaran. Padahal ia tidak siap melakukannya, meski telah bertemu dengan Yesus sebagai Raja kebenaran. Bahkan selama proses peradilan, ia tahu kebenaran sehingga tiga kali mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah (18:38; 19:4, 6). Bahkan ia berusaha membebaskan Yesus yang dianggap sebagai raja orang Yahudi (18:39; 19:12). Namun ironisnya, ia tidak berani menegakkan kebenaran, walaupun ia berkuasa untuk membebaskan maupun menyalibkan Yesus (10). Ia justru memerintahkan anak buahnya untuk menyesah Dia. Ia lebih suka cari muka (1-3), takut kepada manusia, dan takut kehilangan jabatan (12), daripada takut kepada Allah dan kemudian membebaskan Yesus (12). Tidak berbeda jauh dengan Pilatus, orang Yahudi sebagai umat pilihan Allah, juga menolak Dia (40; 19:6, 7, 15). Mereka lebih suka membebaskan seorang penjahat bernama Barabas, yang adalah seorang penjahat, daripada harus membebaskan Yesus. Mereka malah bersikeras meminta Yesus disalibkan. Itu berarti mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa, maut, dan Iblis. Bahkan demi menyingkirkan Yesus, mereka rela mengingkari diri mereka sebagai umat perjanjian dan pilihan Allah dengan mengakui kekuasaan Romawi yang selama ini mereka tolak (15b). Sampai saat ini pun masih banyak orang yang menolak Yesus dan tidak mau menerima kebenaran-Nya. Mereka juga akan berusaha menghalangi para pengikut Kristus. Kita tentu tidak boleh membalas mereka. Harapan kita senantiasa adalah agar Tuhan menjamah dan melembutkan hati mereka. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 14 Apr 2014 11:27 PM PDT Posted on Selasa, 15 April, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 18:28-38a Orang Yahudi menolak Yesus yang datang menyatakan diri dan Bapa kepada mereka. Maka mereka pun menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan atau melenyapkan Yesus. Hidup orang Yahudi penuh dengan kemunafikan.Di satu sisi, mereka secara ketat berusaha memenuhi tuntutan hukum Taurat dan tradisi buatan mereka sendiri. Salah satunya, dengan hidup kudus yaitu tidak mau menajiskan diri dengan masuk ke gedung pengadilan Romawi (19). Namun di sisi lain, mereka terus berlaku jahat terhadap Yesus. Padahal perlakuan jahat kepada orang lain merupakan pelanggaran terhadap hukum Taurat. Berbagai cara mereka gunakan. Pertama, mereka menghadirkan para saksi palsu untuk menjatuhkan Yesus (lihat Mat 26:59-60). Lalu, dengan licik memperalat pejabat Romawi untuk membunuh Yesus. Oleh karena itu, mereka terus mengubah-ubah tuduhan mereka terhadap Yesus agar mereka dapat membunuh-Nya melalui tangan Pilatus, karena pada waktu itu pemerintah Romawi melarang mereka menghukum mati seseorang. Namun dengan cara demikian, Yesus justru akan menggenapi firman Tuhan, yaitu Dia tidak akan mati di tangan Yahudi melalui rajaman batu, melainkan disalibkan di kayu salib melalui tangan orang Romawi (32). Lalu, bagaimana dengan Pilatus sendiri yang mendapatkan kesempatan langsung bertemu dengan Yesus sebagai Raja kebenaran? Pilatus telah mendengar kebenaran tentang Yesus, tetapi ia menolak Dia. Ia sudah begitu dekat dengan pintu keselamatan, tetapi harus binasa karena tidak mau menyambut Yesus sebagai Raja kebenaran. Padahal, siapa pun yang menyambut Yesus sebagai kebenaran akan diselamatkan dan dimerdekakan dari segala belenggu yang sudah mengikatnya. Dunia saat ini terus berusaha menyingkirkan Yesus dan menolak Dia sebagai kebenaran. Namun, tentu saja mereka tidak punya kuasa apa-apa untuk melakukan hal itu. Bagaimana sikap kita sendiri ketika berhadapan dengan Yesus, yang adalah Kebenaran? Hendaknya kita jangan menolak, tetapi bukalah hati dengan tulus. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment