Kesombongan Awal Kehancuran (2) |
Kesombongan Awal Kehancuran (2) Posted: 08 Apr 2014 05:33 PM PDT Posted on Rabu, 9 April, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: 2 Raja-raja 15 Bukan awal yang menentukan hidup seseorang, melainkan akhirlah yang menentukannya. Banyak orang Kristen yang memulai dengan keren-dahhatian, lalu berdoa dengan sungguh-sungguh, dan datanglah berkat. Akan tetapi, setelah mendapat berkat, muncul kesombongan yang membawa pada kejatuhan. Saat usianya masih sangat muda (16 tahun), Azarya atau Uzia sudah memerintah sebagai raja (lihat 2 Tawarikh 26). Ia mencari Allah hanya selama Zakharia masih hidup. Ia takut akan Tuhan sehingga Tuhan membuat segala usahanya berhasil. Namun, setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga melakukan hal yang merusak, yaitu ia membakar ukupan dan mempersembahkan korban kepada Tuhan (lihat 2 Tawarikh 26:16-19), padahal sebenarnya hanya imam yang dikuduskan—yaitu keturunan Harun—yang boleh membakar ukupan dan mempersembahkan korban. Akibatnya, Raja Uzia mendapat hukuman berupa tulah dari Tuhan. Kesombongan masuk dalam kehidupan seseorang bukan saat seseorang merasa dirinya lemah, melainkan saat ia merasa kuat. Demikianlah yang umumnya terjadi dalam hidup kita. Saat baru memulai sesuatu—seperti bekerja, membuka usaha, dan bersekolah—mungkin kita rajin "mencari" Tuhan (berdoa syafaat, membaca Alkitab, meminta petunjuk Tuhan). Namun, setelah mencapai puncak kesuksesan, mungkin saja sikap kita mulai berubah. Kita tidak lagi mencari Tuhan, melainkan mencari nama. Kita tidak lagi mengandalkan Tuhan, melainkan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tetap—bahkan semakin bersungguh-sungguh—mencari Tuhan seumur hidup Anda? [DP] Yesaya 2:12 Filed under: Renungan Harian |
Posted: 08 Apr 2014 05:30 PM PDT Posted on Rabu, 9 April, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 17:1-5 Sebelum berpisah dengan murid-murid-Nya, Yesus terlebih dahulu berdoa bagi mereka. Tema utama doa Yesus adalah kerinduan-Nya akan kemuliaan Bapa dan damai sejahtera di antara murid-murid-Nya. Yesus meminta agar Bapa mempermuliakan Dia sama seperti Dia mempermuliakan Bapa, yang telah memberikan kuasa kepada-Nya; mempermuliakan Dia karena Ia menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tetapkan; mempermuliakan Dia dengan kemuliaan yang Bapa miliki. Tiga kali Ia berseru 'permuliakanlah Anak-Mu'. Ini mengandung penekanan bahwa tugas-Nya mempermuliakan Bapa telah selesai. Yesus juga menyatakan bahwa Ia akan memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (2), yaitu orang-orang yang telah dipilih sejak semula agar mengalami hidup kekal dengan mengenal Allah dan Anak-Nya. Dengan pengenalan tersebut, maka mereka yang telah dipilih akan mengetahui kehendak Bapa seperti yang Yesus lakukan. Doa Tuhan ini mengajar kita tentang ke-Allah-an Yesus. Panggilan Bapa mengungkapkan bahwa keberadaan-Nya sama dengan Bapa. Untuk selanjutnya, jika kita memanggil Bapa kepada Allah di surga, disebabkan oleh fakta bahwa kita diperhitungkan sebagai saudara-saudara Tuhan, karena kita percaya kepada-Nya. Ke-Allah-an Yesus juga terungkap dari hubungan bahwa jika orang-orang pilihan dapat mengenal Allah yang benar, maka mereka juga pasti mengenal Yesus melalui pekerjaan-Nya yang mempermuliakan Bapa. Keduanya tidak terpisahkan. Keduanya memiliki kemuliaan yang sama (5). Beriman kepada Yesus berarti beriman kepada Bapa. Iman ini meyakini bahwa Bapa telah mengutus Anak ke dalam dunia dan Sang Anak telah menyelesaikan tugas-Nya dengan tuntas untuk kemuliaan Bapa. Keyakinan ini harus menjadi kekuatan iman kita. Allah yang sama, yang memilih kita untuk beriman kepada-Nya memberi kesempatan kepada kita untuk mengalami, merasakan, dan menghayati pekerjaan-pekerjaan Yesus bagi dan di dalam diri kita. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Kesombongan Awal Kehancuran (1) Posted: 07 Apr 2014 04:37 PM PDT Posted on Selasa, 8 April, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: 2 Raja-raja 14 Apakah musuh "terganas" yang mengintai seseorang di balik keberhasilannya? Jawabannya adalah kecerobohan dan kesombongan. Hal inilah yang bisa kita jumpai pada Amazia, raja Yehuda. Ketika kerajaannya kokoh—dia mampu mengalahkan Edom dan merebut kota Sela—Raja Amazia mengajak Yoas, raja Israel, untuk "mengadu tenaga" (berperang, 14:8). Takhta kerajaan Yehuda yang Allah berikan kepada Amazia di usianya yang kedua puluh lima itu (14:2) sungguh merupakan anugerah yang mulia. Namun, siapa yang dapat menduga bahwa kesuksesan yang Allah berikan justru membuat Amazia tergelincir dalam kecerobohan dan kesombongan? Peringatan Tuhan melalui jawaban Yoas sama sekali tak diperhatikan oleh Amazia (14:9-11). Akibatnya, tembok Yerusalem dirobohkan dan Yerusalem dengan Bait Allah di dalamnya diporakporandakan (14:12-14). Begitu mudahnya bagi seseorang untuk terjebak dalam kesombongan pada saat berada di puncak kesuksesan. Kesombongan membuat menara Babel berakhir dengan kekacauan (Kejadian 11). Kesombongan membuat Nebukadnezar direndahkan begitu rupa (Daniel 4). Thomas Aquinas berkata, "kesombongan merupakan cinta berlebihan terhadap keunggulan diri sendiri". Marilah kita senantiasa menjaga hati agar tidak terperangkap dalam dosa kesombongan. Ketika bisnis kita lancar, ketika usaha kita berkembang pesat, ketika kita mendapatkan promosi jabatan, ketika prestasi kita diperbincangkan orang, ketika pelayanan kita dipuji orang; justru di saat seperti itulah kita harus menjaga hati agar tidak menganggap diri lebih daripada yang lain. Kita harus mengingat bahwa tanpa Tuhan, kita bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa! [DP] Yesaya 2:17 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment