TIDAK MENGENAL LIBUR |
Posted: 25 Apr 2014 10:00 AM PDT
Baca: Lukas 13:10-17 Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat. (Lukas 13:14). Bacaan Alkitab Setahun: Hari Sabat adalah hari yang sakral bagi orang Yahudi. Namun, mereka mengartikan kesakralan Sabat itu secara berlebihan sehingga tidak seorang pun diperbolehkan melakukan suatu kegiatan pada hari itu sekalipun untuk menyembuhkan orang sakit. Bisa dibayangkan kalau hal ini dianut oleh dokter atau perawat sehingga mereka tidak mau menolong pasien yang sakit parah karena saat itu hari Sabat. Yesus memberikan wawasan berbeda tentang hari Sabat. Pada hari itu, Dia menyembuhkan perempuan yang bungkuk punggungnya karena dirasuki roh jahat selama delapan belas tahun. Kepala rumah ibadat kemudian melontarkan protes. Yesus menjawab kepala rumah ibadat itu dengan menekankan masalah "melepaskan" dan "dilepaskan". Artinya, hari Sabat ada untuk melepaskan dan memerdekakan, bukan untuk mengikat dan membelenggu. Ya, Sabat justru hari yang tepat untuk melepaskan perempuan itu dari ikatan Iblis dan, dengan demikian, menyatakan kehadiran Kerajaan Allah yang penuh kuasa. Jika ternak saja bisa tetap diperhatikan pada hari Sabat, apalagi sesama manusia, bukan? Perbuatan baik tidak mengenal libur. Peraturan semestinya dibuat untuk mempermudah pelayanan, bukan untuk menghambat atau membatasinya. Mari kita mengikuti jejak keteladanan Tuhan Yesus. Dia mementingkan menolong orang lain daripada mematuhi peraturan yang membelenggu. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghentikan karya Kerajaan Allah. Biarlah melalui perbuatan baik kita Tuhan dipermuliakan dan Kerajaan-Nya dinyatakan.—ENO PERBUATAN BAIK SELAYAKNYA TIDAK DIHAMBAT DAN DIBATASI, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 24 Apr 2014 10:00 AM PDT
Baca: 2 Raja-Raja 2:19-22 Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman Tuhan: Telah Kusehatkan air ini..." (2 Raja-Raja 2:21) Bacaan Alkitab Setahun: Seorang ibu paruh baya di gereja kami, Bu Tami, dikenal sebagai seorang yang murah hati. Kepeduliannya kepada sesama begitu besar sampai-sampai ia rela menanggung seluruh biaya perawatan seorang ibu lanjut usia, tetangganya, dengan uang hasil kerjanya sebagai tukang cuci pakaian. "Pak, saya menitipkan ibu ini ke panti Bapak. Keluarganya sudah tidak ada yang merawat, jadi tolong dirawat, saya akan membayar biayanya setiap bulan," kata Bu Tami kepada salah seorang pengurus Panti Jompo di kampungnya. Kehadiran dan kepedulian Bu Tami kepada sesama ibarat garam yang "menyehatkan" lingkungannya. Apakah yang terjadi seandainya tidak ada garam? Kita menyantap masakan yang hambar, bahan-bahan makanan cepat membusuk, kita kehilangan bahan obat yang mujarab, dan sebagainya. Suatu kejadian di kota Yerikho menunjukkan manfaat garam. Meski letaknya strategis, tapi kota itu kondisinya tidak baik. Airnya buruk dan banyak perempuan mengalami keguguran. Untuk memperbaiki kondisi itu, Tuhan memerintahkan kepada Nabi Elisa untuk melemparkan garam ke mata air kota tersebut. Melalui garam tersebut, Tuhan menyehatkan air di kota Yerikho. Kita adalah garam dunia! Demikianlah Yesus memanggil kita, para pengikut-Nya (Mat 5:13). Sudahkah kita memenuhi harapan Tuhan agar kita menjadi garam yang "menyehatkan" di mana pun kita berada? Kasih, kepedulian, dan perbuatan baik kita kepada sesama adalah kesaksian yang dapat membawa setiap orang memuliakan Bapa di surga.—SYS TUHAN MEMANGGIL KITA UNTUK MENJADI GARAM. Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment