Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 10 |
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 10 Posted: 07 Apr 2014 07:14 AM PDT Oleh : Martin SimamoraTuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian 9 Mempertanyakan secara khusus :"apakah Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat?" Berangkali akan ada yang berupaya membantah, bahwa kejahatan keji yang menimpa diri Yesus, pada dasarnya memang sebuah peristiwa yang dibiarkan terjadi atau dikehendaki atau telah ditetapkan jauh sebelumnya(bandingkan dengan Matius 26:53); hanya SEMATA kejahatan, dan memang mata manusia akan melihat dia tidak berdaya atas persekongkolan jahat terhadap dirinya (bandingkan dengan Yohanes 11:45-47), sebab pada akhirnya dia tidak memiliki sokongan politis yang bagaimanapun dari para penguasa manapun! Yohanes Pembaptis dengan tegas telah menyatakan bahwa Yesus sebetulnya datang ke dunia ini, bukan sebagai sosok yang gagah perkasa apalagi seorang tokoh kampiun, penggambaran Yesus sebagai Mesias jelas terlihat janggal di telinga manusia dahulu apalagi moderen: "...Lihatlah Anak domba Allah," (Yohanes 1:29). Dan perhatikan bagaimana Rasul Petrus menggambarkan Yesus, selaras dengan Yohanes Pembaptis : "dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" ( 1 Petrus 1:19). Petrus bahkan menyatakan bahwa: "Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan," (1 Petrus 1:20). Petrus adalah sosok yang menarik, sebab dia adalah sosok yang sebelumnya MEMILIKI SANGKAAN BURUK/JAHAT terhadap Yesus. Mirip dengan kebanyakan orang yang berpikir bahwa kematian Yesus adalah hal negatif atau minimal berpikir bahwa kematiannya tidak lebih hanya sebuah akibat kejahatan besar rancangan manusia, seolah TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT.
Jadi, apakah sebenarnya yang terjadi dengan peristiwa kejahatan keji yang menimpa Yesus? Semata kejahatan yang terelakan, sehingga dengan demikian menjadi peristiwa yang tidak terantisipasi sama sekali oleh Yesus, sebab dia gagal mendapatkan simpati massa dan para penguasa? Ataukah, ini adalah sebuah peristiwa yang LEBIH DARI SEKEDAR diantisipasi oleh Yesus, sesuatu yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk pasti terjadi? Dengan kata lain Tuhan melalui peristiwa keji yang dilakukan oleh manusia dalam kebebasannya untuk bertindak (dimana Tuhan tidak mencegah), telah menjadi sarana untuk menggenapi kehendak atau maksud Tuhan melalui peristiwa keji tersebut. Dengan demikian Baik Bapa dan Yesus, keduanya menginginkan hal itu terjadi:
Sebelum APA YANG HARUS TERJADI berlangsung, Yesus telah MENYATAKANNYA. Yesus sedang menyingkapkan "masa depan" atau "peristiwa yang akan terjadi' atau "peristiwa yang belum terjadi namun akan terjadi." Bukan sekedar menyatakan kepada murid-murid-Nya "peristiwa yang akan terjadi," tetapi Yesus mengatakan bahwa "masa depan" yang tak diinginkan oleh murid-murid-Nya tersebut adalah SEBUAH KEPASTIAN.
Tidak ada opsi atau jalan lain kala Yesus menyatakan ini. Dalam sadar penuh dan tahu pasti akan MASA DEPAN dia menyatakan tanpa sedikitpun berbicara mengenai kemungkinan lain sehingga tidak perlu terjadi demikian. Jika itu saya atau anda ada hadir kala itu, dan mengetahui bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah peristiwa yang "AKAN TERJADI" dalam derajat yang pasti, "tidakkah kemudian secara spontan akan memikirkan bagaimana supaya hal itu tidak terjadi?". Jika saya salah satu murid Yesus kala itu maka saya akan berkata " JANGAN PERGI KE Yerusalem!" Petrus adalah murid yang tidak rela Yesus dibunuh! Siapa yang rela membiarkan Yesus pergi untuk dibunuh tanpa pembelaan? Tetapi Petrus tidak terpikir sedikitpun untuk terlebih dulu bertanya APAKAH KEPENTINGAN YESUS MELALUI PERISTIWA TERAMAT KELAM ITU? Maka, ketika Petrus MENYANGKA YESUS SEDANG MENYATAKAN HAL YANG BERTENTAnGAN DENGAN KEHENDAK BAPA, maka terlontar kata-kata ini dari mulutnya kepada Yesus:
Dan sungguh luar biasa apa yang dilakukan Petrus : menarik dan menegor! Seolah Yesus sedang kehilangan kewarasannya dan perlu disadarkan sampai-sampai harus ditarik, tak cukup hanya ditegor. Petrus sama sekali tidak melihat ADA KEPENTINGAN TUHAN BERNILAI MULIA dalam penggambaran masa depan yang dituturkan Yesus barusan saja.
Mari kita mendengarkan Yesus :
Iblislah yang menjadi inspirator atas pikiran dan perkataan Petrus tadi! Sehingga Yesus tanpa ragu merespon apa yang terlihat sebagai maksud baik muridnya dengan "enyahlah Iblis." Kemudian Yesus mengungkapkan HAL TERAMAT PENTING DISINI : "bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi apa yang dipikirkan manusia." Teramat penting sebab ini menjadi informasi sorgawi yang TIDAK DIKETAHUI oleh Petrus. Apa yang DISANGKA PETRUS sebagai hal buruk yang tidak boleh terjadi, ternyata itu adalah APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH.
Kita sudah melihat dari Yesus sendiri dan pada peristiwa Petrus, bahwa kejahatan yang belum terjadi dan akan terjadi menimpa Yesus dalam kekejian yang tak terpikirkan oleh para murid-murid-Nya, bahwa ini adalah apa yang dipikirkan oleh Allah atau dengan kata lain inilah yang MENJADI KEPENTINGAN LAIN. TUHAN Memiliki MAKSUD DAN TUJUAN yang tidak dapat dilihat oleh siapapun kecuali Yesus sendiri.
Pertanyaan menarik yang pasti akan dilontarkan oleh manusia kemudian adalah: apakah dengan demikian Allah secara sengaja menciptakan sebuah kejahatan? Allah menjadi pencipta kejahatan bagi kepentingan-Nya sendiri? Apalagi nyata terlihat bahwa Yesus telah MENETAPKAN sebuah peristiwa AKAN DATANG sebagai TIDAK BOLEH TIDAK HARUS TERJADI. Tetapi mengapa Yesus berkata kepada Petrus : "enyahlah Iblis?" Saya akan menyodorkan sebuah peristiwa unik lainnya. Peristiwa ini dengan sendirinya akan memperlihatkan dua hal sekaligus. Pertama-tama bahwa apa yang dipikirkan Allah (terkait peristiwa kelam semacam ini) tidak berarti Allah menciptakan kejahatan atau seperti Allah menanamkan kejahatan di hati para manusia pelaku kejahatan. Kedua, bahwa peristiwa dibunuhnya Yesus sekalipun, itu adalah peristiwa kejahatan oleh manusia-manusia, namun ini adalah peristiwa yang diinginkan dan telah ditetapkan oleh Yesus dan juga Allah. Bahkan pada titik paling krusial (sebab di titik ini dapat saja kejahatan keji ini digagalkan oleh Allah sendiri jika mau) malah Yesus MEMPERSILAHKAN dan tidak berkata "enyahlah Iblis," seperti yang dikatakannya kepada Petrus.
Baik Petrus dan Yudas, kedua-duanya adalah murid Yesus. Tetapi kita akan melihat dua macam reaksi Yesus yang segera membingungkan para pembaca, jika tidak menimbang APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH :
Baik Petrus dan Yudas adalah murid Yesus. Tetapi bagaimana bisa Yesus memilih seorang murid yang pada akhirnya jadi bagian kejahatan besar atas dirinya, bahkan menjadi penunjuk di Taman Getsemane sehingga prajurit Roma dapat segera menangkapnya? Apakah Yesus salah pilih? Apakah Yesus HANYA dapat melihat APA YANG AKAN TERJADI terkait kejahatan keji yang akan menimpanya, tetapi GAGAL atau tidak dapat melihat APA YANG TERJADI terkait Yudas? Apakah demikian? Mari kita lihat apa yang terjadi sebenarnya ketika Yesus memilih Yudas :
Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan dia; Yesus tahu PERISTIWA APA YANG AKAN TERJADI DI WAKTU YANG AKAN DATANG. Tetapi murid-murid-Nya tidak tahu. Yesus tahu apa yang akan terjadi, tetapi murid-murid-Nya tidak.
Jelas ini bukan sekedar Yesus tahu akan peristiwa mendatang tetapi ADA KEPENTINGAN YANG LEBIH BESAR, yaitu MAKSUD ALLAH MENJADI TERGENAPI : "haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku." (bandingkan dengan Mazmur 41:9 "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku."). Yesus bahkan TELAH MENGETAHUI SEJAK SEMULA terkait apa yang dilakukan oleh Yudas, sebab Yesus berkata : "haruslah genap nas ini."
Darimana kita dapat yakin tanpa potensi salah sekecil apapun? Sebab semua ini adalah APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH (Matius 16:23) dan bahkan Yesus mengatakan : "haruslah genap nas ini." Telah ditetapkan sejak semula! Bahkan Yesus semakin menegaskannya:
Sukar membayangkan kemencekaman suasana yang meliputi hati para murid. Yesus sedang MERAMALKAN PERISTIWA YANG AKAN DATANG namun bukan atau tidak lagi dalam derajat MUNGKIN. Yesus sedang berkata-kata mengenai hal-hal yang akan datang sebagai sebuah peristiwa YANG PASTI TERJADI atau bahkan seolah-olah TELAH TERJADI, sebab sebelumnya dia berkata : "haruslah genap nas ini." Penghkhianatan yang akan terjadi telah DITETAPKAN SEBAGAI PERISTIWA YANG PASTI DAN HARUS TERJADI. Ini tak terelakan sebab Yesus berkata : "haruslah genap nas ini." Dengan kata lain KETETAPAN TERJADINYA PERISTIWA PENGKHIANATAN INI bukan telah ditetapkan pada saat Yesus sedang berkata-kata; bahkan telah ditetapkan jauh sebelum Yesus dilahirkan di Bethlehem; jauh sebelum Yohanes Pembatis menyatakan Lihatlah Anak Domba Allah; jauh sebelum Yesus memilih 12 murid, tentu termasuk Yudas Iskariot; jauh sebelum pengkhianatan itu terjadi; jauh sebelum Yudas melakukan transaksi menjual Yesus; jauh sebelum Yudas mencium Yesus; jauh sebelum Yudas pada akhirnya menyesalinya namun mengakhiri hidupnya.
Yesus kini telah membuat para murid menjadi cemas mengetahui bahwa ada diantara mereka akan melakukan sebuah kejahatan yang tak termaafkan dimata manusia! Pengkhianatan yang mengakibatkan kematian! Siapakah gerangan? Dan pasti masing-masing mulai menebak-nebak, sebab Yesus belum menyebutkan satu nama pun:
Tidak ada yang berani bertanya secara langsung. Petrus harus meminta murid yang dikasihi Yesus untuk menanyakannya. Dapat dibayangkan kemencekaman dan kecemasan yang sedang mencengkram begitu kuat perasaan para murid, menanti tersebutnya salah satu nama pengkhianat diantara mereka. Sekian lama mereka bersama-sama dengan Yesus. Jelas tak terpikirkan adanya seorang diantaranya ada seorang pengkhianat. Yesus pada akhirnya memberikan sebuah petunjuk yang jelas dan terinci terkait siapa dia, dan masih tidak menyebutkan nama:
Yesus tidak menyebutkan nama. Tetapi Yesus memberitahukan apa yang akan dilakukan salah satu dari 12 murid-Nya tersebut : murid tersebut menerima roti yang telah dicelupkan oleh Yesus, dan itulah momen terakhir kebersamaan murid tersebut bersama Yesus. Murid yang dimaksud tidak pernah selesai mengikuti makan bersama dengan Yesus, sebab tindakan Yesus memberikan roti yang telah dicelupkan itu bagaikan penyingkap sekaligus penggenap ,dan memang demikianlah adanya, sebab Yesus telah berkata : "haruslah genap nas ini." Pada saat nas itu tergenapi maka apa yang TELAH DITETAPKAN JAUH SEBELUM YESUS LAHIR DI BETHLEHEM terwujud dihadapan Yesus dan semua murid lainnya:
Apa yang dapat kita katakan? Apakah dengan fakta pengkhianatan terhadap Yesus yang TELAH DITETAPKAN JAUH SEBELUM YESUS LAHIR (sebab Yesus telah berkata "haruslah genap nas ini"), berarti Allah menciptakan kejahatan?; Allah menanamkan kejahatan didalam diri Yudas?; Allah dengan demikian sedang memainkan sandiwara? Kalau anda dan saya teliti dan cermat, maka jawabnya sama sekali tidak demikian:
Bagaimana membuktikannya?
Allah dalam hal ini hanya melakukan intervensi atau tidak; dalam intervensi Dia telah mengantisipasi apa yang akan terjadi dan memang harus terjadi, dalam TIDAK intervensi, pun Dia telah mengantisipasi apa yang akan terjadi dan memang harus terjadi. Dalam intervensi atau tidak intervensi maka "hasil" yang terjadi sepenuhnya dalam kendali Tuhan, artinya tidak ada titik dimana Allah tidak berdaulat seolah jika Allah melakukan intervensi (mencegah) maka itu berarti Allah berdaulat, dan bilamana Allah tidak melakukan intervensi (tidak mencegah) maka itu berarti Allah tidak berdaulat.
Namun:
Ketika Yesus berkata "haruslah genap nas ini," tidak juga berarti dengan demikian Allah harus berupaya agar Yudas harus melakukan dosa. Tak sedikitpun Allah perlu berpikir apalagi berupaya agar Yudas melakukan pengkhianatan atau kejahatan atau dosa.
Dapat dipahami dan wajar atau sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan jika maksud baik Petrus adalah sebuah KEJAHATAN BERSAR dan Allah tidak perlu berusaha untuk membuat Yudas menjadi sedemikian teganya dan jahatnya! Mengapa sebab tidak ada manusia yang pada dasarnya baik. Allah bahkan berkata bahwa yang ditimbulkan dalam hati manusia adalah jahat bahkan dikatakan sejak kecilnya! (Kejadian 8:21).
Bahkan kita tadi, sekali lagi saya sajikan, telah melihat secara gamblang betapa kebebasan manusia untuk berkata dan bertindak sedemikian vulgarnya tergambarkan. Petrus bebas menarik dan menegur Yesus; Yudas bebas untuk melakukan apapun yang mau dilakukan. Dalam hal ini, keduanya ada dalam ketetapan Tuhan sebab pada Petrus, Yesus mengusir Iblis; pada Yudas, Yesus tidak mengusirnya.
Kita akan melanjutkan perihal ini pada bagian selanjutnya, bahkan dalam spektrum yang luas kita akan melihat bagaimana KETETAPAN ALLAH atas diri Yesus dan umat manusia dapat berlangsung tanpa sedikitpun kehendak bebas manusia terampas/terberangus, atau seolah Tuhan merobotkan baik Petrus, Yudas dan semua manusia. Sebaliknya kita akan melihat bagaimana kehendak bebas manusia mengulminasikan dosa manusia itu sendiri yang teramat pekat, dan sekaligus membuktikan betapa manusia memerlukan pertolongan yang datang dari TUHAN; Kasih Allah yang besar dan agung terdemonstrasikan secara gilang gemilang! Bersambung ke Bagian 11 ***
|
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment