Karena Allah yang kita sembah ialah Allah yang adil, maka Dia pasti menghukum perbuatan dosa. Bahkan ketika Allah mengampuni dosa, akibat ataupun hukuman Tuhan sering tetap harus kita terima. Nabi Natan telah memberitahu Daud bahwa Tuhan telah menjauhkan dosanya, tetapi hukuman dari Tuhan tetap diberlakukan (2Sam. 12:13-14).
Sebenarnya kematian Absalom dan kehancuran pasukan pemberontak itu merupakan kemenangan Daud yang gemilang. Sekaligus merupakan bukti bahwa Allah yang telah mengurapi Daud sebagai raja atas Israel, tidak boleh dipermainkan. Absalom yang durhaka telah menerima ganjaran yang setimpal.
Persoalannya ialah Daud menunjukkan kesedihan yang berlebihan, sehingga membuat kemenangan itu menjadi perkabungan bagi seluruh tentara. Tentara yang menang tersebut masuk kota dengan diam-diam, seolah malu karena kalah perang sehingga melarikan diri (19:2-3). Sampai-sampai Yoab perlu menegur Daud karena tindakannya itu, seolah-olah perbuatan para pendukungnya salah (19:5-7)!
Mengapa Daud begitu bersedih atas kematian anak durhaka yang berniat untuk membunuh ayahnya sendiri? Daud sadar bahwa kematian Absalom juga merupakan konsekuensi dari dosanya. Itulah hukuman Tuhan, berupa pedang yang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud (2Sam. 12:10). Setelah kematian putra Daud yang lahir dari perzinaan dengan Batsyeba, Amnon, sang putra mahkota, dan kini Absalom sang pemberontak berturut-turut mati dibunuh.Hal itu bisa dilihat sebagai bagian dari hukuman Daud tersebut. Daud jelas menyadari hal ini dan karenanya ia begitu bersedih atas kematian Absalom, dan mengatakan kalau saja dia mati menggantikan Absalom (18:33).
Sebagai orang tua, kita harus hati-hati dengan apa yang kita lakukan karena anak-anak dan orang-orang yang dekat dengan kita sedikit banyak akan menerima akibat atas dosa kita. Memang Kristus sudah menggantikan hukuman dosa di kayu salib. Namun, Allah tetap mendisiplin anak-anak-Nya yang bermain-main dengan dosa!
- Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org -
Sebenarnya kematian Absalom dan kehancuran pasukan pemberontak itu merupakan kemenangan Daud yang gemilang. Sekaligus merupakan bukti bahwa Allah yang telah mengurapi Daud sebagai raja atas Israel, tidak boleh dipermainkan. Absalom yang durhaka telah menerima ganjaran yang setimpal.
Persoalannya ialah Daud menunjukkan kesedihan yang berlebihan, sehingga membuat kemenangan itu menjadi perkabungan bagi seluruh tentara. Tentara yang menang tersebut masuk kota dengan diam-diam, seolah malu karena kalah perang sehingga melarikan diri (19:2-3). Sampai-sampai Yoab perlu menegur Daud karena tindakannya itu, seolah-olah perbuatan para pendukungnya salah (19:5-7)!
Mengapa Daud begitu bersedih atas kematian anak durhaka yang berniat untuk membunuh ayahnya sendiri? Daud sadar bahwa kematian Absalom juga merupakan konsekuensi dari dosanya. Itulah hukuman Tuhan, berupa pedang yang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud (2Sam. 12:10). Setelah kematian putra Daud yang lahir dari perzinaan dengan Batsyeba, Amnon, sang putra mahkota, dan kini Absalom sang pemberontak berturut-turut mati dibunuh.Hal itu bisa dilihat sebagai bagian dari hukuman Daud tersebut. Daud jelas menyadari hal ini dan karenanya ia begitu bersedih atas kematian Absalom, dan mengatakan kalau saja dia mati menggantikan Absalom (18:33).
Sebagai orang tua, kita harus hati-hati dengan apa yang kita lakukan karena anak-anak dan orang-orang yang dekat dengan kita sedikit banyak akan menerima akibat atas dosa kita. Memang Kristus sudah menggantikan hukuman dosa di kayu salib. Namun, Allah tetap mendisiplin anak-anak-Nya yang bermain-main dengan dosa!
- Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org -
0 comments:
Post a Comment