1) Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting.
Banyak orang kristen menganggap bahwa pelajaran doktrinal itu tidak penting karena:
a) Ajaran yang bersifat doktrinal dianggap bersifat teoritis dan tidak berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Ini menyebabkan mereka menganggapnya sebagai tidak terlalu ada gunanya.
b) Yang penting adalah penginjilan; sedangkan pengajaran doktrinal hanya menyebabkan pertengkaran.
Seorang Penginjil / Pendeta menulis surat kepada seseorang, dan dalam suratnya ada kata-kata sebagai berikut: "Kita bertengkar soal 'sedikit' domba yang suka berpindah pindah padahal ada ratusan juta tanpa kesaksian Injil, kita kedagingan ribut dengan ganas soal-soal doktrin yang benar dan membiarkan orang kafir, bingung dan binasa". Kelihatannya, pendeta ini tidak terlalu peduli soal doktrin, dan ia rupanya beranggapan bahwa satu-satunya yang penting adalah penginjilan. Bahkan kelihatannya ia menganggap perdebatan doktrinal sebagai keributan yang bersifat daging. Saya pikir kata-katanya sangat menggelikan, karena:
tanpa pengertian doktrinal yang cukup baik, biasanya orang kristen tidak akan memberitakan Injil, dan kalaupun mereka memberitakan Injil, mereka tidak akan bisa menjawab pada waktu orang yang diinjili itu membantah / mendebat mereka.
pendeta tersebut di atas tidak senang dengan doktrin. Pandangan itu sendiri merupakan pandangan doktrinal; dan dengan ia memegang pandangan tersebut dan 'menyerang' orang yang senang mempersoalkan doktrin, bukankah ia sendiri 'ribut secara daging'? Ini seperti kebanyakan orang yang menuduh orang lain dengan kata-kata 'jangan menghakimi'. Pada saat mereka menuduh seperti itu, mereka sendiri sedang menghakimi!
Kedua pandangan di atas itu salah sama sekali. Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting. Mengapa?
1.Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting karena doktrin adalah seperti fondasi dan tiang-tiang beton dari suatu bangunan, sehingga tanpa itu pengertian dan iman seseorang tidak bisa dibangun dengan baik. Dan kalau pengertian doktrinnya miring, maka semua pengertiannya akan miring mengikuti pengertian doktrinnya.
Perlu juga diingat bahwa 'Injil' itu sendiri (yang mempersoalkan tentang dosa, hukuman dosa, Allah yang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, penebusan dosa, keselamatan karena iman), jelas merupakan sesuatu yang bersifat doktrinal, dan merupakan fondasi yang paling bawah dari kekristenan. Tanpa mengerti dan mempercayai hal ini, seseorang tidak bisa disebut sebagai orang Kristen.
"Pdt. Budi Asali, M.Div dan Pdt. Alfred Soru, STh, MPdK dalam sebuah dialog yang digelar
di Aula Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada 17 Agustus 2009"
2.Ajaran doktrinal yang benar maupun yang salah akan sangat mempengaruhi kehidupan praktis kita.
a. Pengaruh praktis yang positif dari ajaran yang benar.
Misalnya:
ajaran tentang Predestinasi akan membuat kita menjadi rendah hati dan sangat bersyukur kepada Tuhan. Demikian juga ajaran yang mengatakan bahwa keselamatan itu sepenuhnya merupakan anugerah / kasih karunia.
ajaran tentang Providensia Allah akan memberikan ketenangan / damai dalam segala kondisi.
b. Pengaruh praktis yang negatif dari ajaran yang salah.
Misalnya:
Ketidak-percayaan pada kebangkitan orang mati bisa membuat orang hidup dalam dosa.
Bdk. 1Kor 15:32 - "Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka 'marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati'".
Ajaran yang mengatakan bahwa orang yang penuh dengan Roh Kudus harus berbahasa Roh bisa menyebabkan:
orang yang sungguh-sungguh sudah percaya tetapi tidak mempunyai bahasa Roh menjadi ragu-ragu akan imannya sendiri.
orang yang 'mempunyai bahasa Roh' menjadi bangga / sombong dan bahkan lalu meremehkan orang yang tidak mempunyainya. orang yang munafik dan berjiwa penipu akan memalsukan karunia bahasa Roh tersebut.
Hal yang sama terjadi pada orang yang mempercayai pandangan bahwa orang kristen yang iman dan hidupnya benar harus menjadi kaya dan sembuh dari segala penyakit. Ini akan membuat orang yang tidak menjadi kaya / sembuh menjadi bingung dan bertanya-tanya tentang kerohaniannya, dan sebaliknya membuat orang yang menjadi kaya / sembuh menjadi sombong.
Ajaran Arminian yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, bisa dan bahkan seharusnya menimbulkan kekuatiran / ketakutan dalam diri orang kristen yang mempercayai ajaran yang salah itu.
Kepercayaan terhadap 'Rapture' (= Pengangkatan orang kudus) dari ajaran Dispensationalisme, menyebabkan orang kurang atau tidak berjaga-jaga terhadap masa kesukaran besar, karena mereka menganggap bahwa mereka tidak akan mengalami hal itu.
Kepercayaan terhadap penginjilan terhadap orang mati akan menyebabkan orang yang belum percaya menunda pertobatannya dan orang yang sudah percaya menunda penginjilannya.
3. Perbedaan antara kekristenan dan agama-agama lain, pada umumnya / hampir selalu terletak pada perbedaan doktrinal. Dalam hal-hal yang bersifat etika / moral, sekalipun ada perbedaan tetapi tidaklah terlalu banyak. Karena itu, kalau saudara adalah orang kristen yang tidak senang pada doktrin, sebetulnya tidak ada bedanya bagi saudara kalau saudara pindah ke agama lain.
4. Perbedaan antara ajaran kristen yang alkitabiah dan injili dengan ajaran kristen yang sesat / salah / tidak alkitabiah seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Liberal, Roma Katolik, dsb, juga hampir seluruhnya terletak pada perbedaan doktrin.
Karena itu:
Tanpa pengertian yang baik tentang doktrin yang benar, maka kita dengan mudah bisa disesatkan oleh berbagai macam ajaran sesat tersebut. Tetapi kalau kita mengerti doktrin yang benar dengan baik, maka kita akan sukar sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran sesat itu. Karena itu doktrin adalah sesuatu yang sangat penting, baik bagi gereja maupun bagi setiap individu kristen.
kalau saudara adalah orang kristen yang tidak senang pada pelajaran doktrinal, maka sebetulnya tidak terlalu berbeda apakah saudara mengikuti kekristenan yang alkitabiah dan injili atau kekristenan yang sesat.
Sekalipun pelajaran doktrinal itu penting tetapi:
a. Pengertian doktrinal yang hanya bersifat intelektual tidak bisa menyelamatkan siapapun juga. Yang menyelamatkan hanyalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Dalam prakata dari buku 'The Doctrine of God' karya Herman Bavinck, penterjemahnya yaitu William Hendriksen, mengutip kata-kata Bavinck pada saat mau mati, yang berbunyi sebagai berikut:
"My learning does not help me now; neither does my Dogmatics; faith alone saves me" (= Pengetahuanku tidak menolongku sekarang; Dogmatikku juga tidak; hanya iman yang menyelamatkan aku).
Catatan: Herman Hoeksema menyamakan 'Dogmatic' dengan 'Systematic Theology' ('Reformed Dogmatics', hal 3).
Dan William Hendriksen lalu menafsirkan kata-kata itu dengan berkata: "The statement simply means that a system of doctrine, however necessary and valuable, is of no avail in and by itself. It must be translated into Christian living. There must be genuine faith in the Triune God as manifested in Jesus Christ" (= Pernyataan ini hanya berarti bahwa suatu sistim doktrin, betapapun penting dan berharganya, tidak berguna dalam dan dari dirinya sendiri. Harus ada iman yang sejati kepada Allah Tritunggal yang dimanifestasikan kepada Yesus Kristus).
Saya sendiri menganggap bahwa kata-kata Bavinck tersebut artinya adalah: sekalipun pengetahuan dan pengertian theologia itu penting, tetapi pada saat mau mati, yang bisa menolong / menyelamatkan hanyalah iman.
Jadi, kalau saudara belajar theologia, jangan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang hanya mempunyai pengetahuan intelektual, tetapi tidak mempunyai iman kepada Yesus Kristus! Iman kepada Yesus Kristus ini merupakan yang terpenting, dan tanpa ini, pengetahuan dan pengertian theologia sama sekali tidak ada gunanya! Sudahkah saudara sendiri percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara?
b. Jangan bersikap ekstrim dengan hanya mau menerima ajaran yang bersifat doktrinal saja. Ajaran-ajaran yang praktis, yang bersifat moral / etika, tentu juga sangat penting! Demikian juga ajaran yang berupa eksposisi Kitab Suci, karena inilah sebetulnya yang melandasi ajaran doktrinal / Systematic Theology.
Illustrasi: biarpun daging itu adalah makanan yang penting dan bergizi, tetapi kalau saudara hanya makan daging saja, tidak mau makan sayur, buah, nasi dsb, maka itu tentu tidak baik. Demikian juga, sekalipun doktrin itu penting, tetapi kalau saudara hanya belajar doktrin saja, maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam hidup kristen saudara. Saudara mungkin sekali akan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus, yang hanya otaknya hebat, tetapi hidupnya kacau balau.
2) Doktrin adalah pelajaran yang sukar.
Memang ada doktrin yang mudah (seperti Injil), tetapi juga banyak doktrin yang sukar (seperti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Eschatologi dsb). Ini menyebabkan pelajaran doktrinal dalam gereja menjadi semakin jarang. Banyak hamba Tuhan yang malas menyiapkan pelajaran doktrinal karena sukarnya pelajaran itu. Dan ada juga hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya mau berjerih payah untuk menyiapkan dan mengajarkan pelajaran-pelajaran doktrinal, tetapi karena jemaat tidak bisa menerimanya (karena tak terbiasa?), maka mereka akhirnya menuruti keinginan jemaat dengan mengajarkan hal-hal yang sederhana / praktis saja. Tetapi ini adalah sikap yang salah! Hamba Tuhan harus mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan jemaatnya, bukan apa yang diinginkan oleh jemaatnya.
Illustrasi: kalau saudara adalah orang tua yang baik, tentu saudara tidak akan selalu menuruti keinginan anak saudara pada waktu mau makan. Saudara akan memberikan (bahkan memaksakan, kalau perlu) apa yang dibutuhkan oleh anak saudara. Mungkin mengharuskannya makan sayur, atau minum susu, atau minum vitamin dan bahkan obat, yang baginya tentu saja tidak enak.
Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki orang kristen mendapat pelajaran yang sederhana terus menerus. Ini terlihat misalnya dari:
Mat 28:19-20 - Kata 'murid' dan 'ajar' secara implicit menunjukkan bahwa harus ada peningkatan dalam pengajaran.
Ibr 5:11-6:1 Yoh 16:12 1Kor 3:2 juga menunjukkan bahwa harus ada peningkatan pengajaran.
KISAH RASUL 6:8-15
Posted: 22 Jul 2014 03:56 AM PDT
Oleh : PDT. BUDI ASALI. M. DIV.
KEBAKTIAN
Minggu, 20 Juli 2014 ; 08.00
KISAH RASUL 6:8-15
Kis 6:8-15 - "(8) Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. (9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. (11) Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: 'Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.' (12) Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. (13) Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: 'Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, (14) sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.' (15) Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat."
I) Stefanus
1) Stefanus adalah orang yang 'penuh iman dan Roh Kudus' (ay 5).
Ay 5: "Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia."
Perhatikan bahwa sekalipun Stefanus penuh dengan Roh Kudus, ia tidak pernah berbahasa Roh.
2) Stefanus adalah orang yang 'penuh karunia dan kuasa' (ay 8).
Ay 8: "Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.".
Kitab Suci Indonesia mengatakan 'karunia' tetapi terjemahan hurufiahnya adalah 'kasih karunia' [NIV: 'full of God's grace and power' penuh dengan kasih karunia dan kuasa Allah)].
Tetapi perbedaan ini tidak terlalu menjadi soal di sini, karena memang kalau kita bisa mempunyai karunia tertentu, maka itu merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kita.
Jadi, Stefanus mempunyai banyak macam karunia-karunia dan juga mempunyai kuasa untuk melakukan mujijat dan / atau dalam pemberitaan Firman Tuhan.
Catatan: KJV menterjemahkan ay 8 ini 'full of faith and power' penuh dengan iman dan kuasa), tetapi ini diambil dari manuscript yang berbeda.
3) Stefanus mempunyai hikmat (ay 10 bdk. ay 3).
Ay 3,10: "(3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,' ... (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara."
Hikmat jelas mencakup pengetahuan Kitab Suci / Firman Tuhan (Maz 119:98-100).
Maz 119:98-100 - "(98) PerintahMu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. (99) Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatanMu kurenungkan. (100) Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titahMu."
Memang orang yang mempunyai pengetahuan Kitab Suci belum tentu berhikmat, tetapi orang tidak bisa berhikmat kalau tidak mempunyai pengetahuan Kitab Suci.
B) Pelayanan Stefanus.
1) Ia melayani sebagai diaken (Kis 6:1-6).
Ia melakukan pelayanan meja / melayani orang miskin dalam gereja sehingga rasul-rasul bisa bebas dari tugas itu dan bisa berkonsentrasi pada doa dan Firman Tuhan (Kis 6:2-4).
Tetapi kelihatannya, ia bisa melakukan lebih banyak dari pada sekedar melayani sebagai diaken, sehingga ia lalu melakukan pelayanan-pelayanan di bawah ini.
2) Ia mengadakan mujijat dan tanda (ay 8).
Ay 8: "Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak."
3) Ia bersoal jawab / berdebat (ay 9-10).
Ay 9-10: "(9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara."
a) Stefanus memang berdebat.
Kata 'bersoal jawab' dalam ay 9 diterjemahkan 'argue' berdebat / berargumentasi) oleh NIV/NASB, dan diterjemahkan 'dispute' bercekcok / berdebat) oleh KJV/RSV.
Dan dari kata-kata 'mereka tidak sanggup melawan' dalam ay 10 juga terlihat bahwa ini adalah suatu perdebatan.
Ini perlu dicamkan karena pada jaman ini kebanyakan orang kristen menganggap bahwa berdebat adalah sesuatu yang negatif. Kalau saudara adalah orang kristen seperti itu, renungkan bagian ini dan buanglah pemikiran bahwa berdebat adalah sesuatu yang negatif!
b) Dalam perdebatan ini ia memberitakan Injil.
1. Ini menunjukkan orang kristen boleh berdebat asal dengan motivasi yang benar. Terhadap orang kristen yang selalu menghindari perdebatan, saya ingin ingatkan 1Pet 3:15b yang berbunyi: "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,".
Ini adalah suatu ayat yang bukan hanya mengijinkan, tetapi bahkan mengharuskan, setiap orang kristen untuk berapologetik (membela pandangannya pada waktu diserang). Buku Mokoginta jelas menyerang Kristen, dan lucunya pada waktu saya berapologetik untuk membela kekristenan, sebagai bentuk ketaatan saya terhadap ayat ini, saya justru diserang / dikecam oleh orang-orang yang mengaku diri sebagai orang Kristen / hamba Tuhan!
2. Ini juga menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan, sekalipun kita tidak boleh bersandar pada logika / otak kita, tetapi kita harus memakainya. Ini berlaku baik dalam pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang bersifat pribadi maupun masal (berkhotbah).
3. Ia memberitakan Injil dengan cara debat kepada orang-orang yang sudah beragama lain (agama Yahudi).
Anehnya, rasul-rasul tidak mengecam / memarahi Stefanus, dengan mengatakan: 'Agama-agama lain juga merupakan karunia Allah kepada manusia', atau 'kamu itu senangnya gegeran saja, beda dengan kami yang senangnya damai', atau 'kebenaran itu tak ada yang mutlak, jadi tak perlu debat'! Juga rasul-rasul tidak memberi pengumuman kepada semua orang Kristen pada saat itu: 'Jangan ikut acaranya Stefanus!'.
c) Dalam berdebat tidak ada orang yang bisa melawan Stefanus.
Ay 9-10: "(9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara."
Ada banyak orang yang mengaku dirinya penuh dengan Roh Kudus, tetapi anehnya, pada waktu pandangan / prakteknya diserang, ia tidak bisa menjawab serangan itu kecuali dengan menghindarinya dan berkata: 'Kita tidak usah berdebat', atau 'Orang kristen tidak boleh berdebat', atau 'Ini tidak bisa dijelaskan kepada orang yang belum mengalaminya', atau 'Jangan menghakimi', dsb. Ini merupakan omong kosong. Dalam Kitab Suci, baik nabi-nabi, Yohanes Pembaptis, rasul-rasul (Petrus, Paulus, dsb), maupun Yesus sendiri, sering berdebat dan mereka selalu menang!
4) Ia memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada Mahkamah Agama Yahudi (Kis 7).
Seandainya jaman sekarang, ini sama dengan kalau kita debat dengan MUI! Kita tidak melakukan hal itu, jadi kita masih tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Stefanus!
Dari sini bisa kita lihat bahwa Stefanus tidak puas hanya dengan 1 pelayanan, ia mencari yang lain yang bisa ia kerjakan. Bagaimana dengan saudara? Kalau saudara sudah melakukan 1 pelayanan, apakah saudara lalu merasa sudah cukup? Pelayanan lain apakah yang bisa saudara lakukan tetapi belum saudara lakukan? Maukah saudara melakukannya?
Juga kita melihat bahwa Stefanus mulai dengan pelayanan kecil, tapi ia melakukannya dengan penuh tanggung jawab, sehingga Tuhan memberikan pelayanan yang lebih besar.
Bdk. Luk 16:10 - "'Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."
Penerapan:
Kalau gereja mengangkat pekerja, sebaiknya berikan pelayanan kecil dulu. Kalau orang yang diangkat itu ternyata bertanggung jawab dalam pelayanan kecil itu, baru ia diberi pelayanan yang lebih besar!
Kalau saudara diangkat sebagai pekerja, setialah dalam pelayanan kecil, baru saudara akan mendapat pelayanan yang lebih besar.
C) Ada penyertaan Roh Kudus dalam hidup dan pelayanan Stefanus.
Ini terlihat dari:
1) Ay 5 yang menunjukkan bahwa ia penuh dengan Roh Kudus.
Ay 5: "Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia."
2) Ay 8 yang mengatakan bahwa ia penuh dengan karunia / kasih karunia dan kuasa Allah.
Ay 8: "Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak."
3) Ay 10 yang menunjukkan bahwa ia dipimpin Roh Kudus dalam berdebat.
Ay 10: "tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara."
Kesimpulan dari semua ini: Stefanus adalah orang kristen yang luar biasa / hebat.
II) Serangan terhadap Stefanus.
Mengapa setan menyerang Stefanus?
a) Melihat orang kristen yang begitu hebat, setan tidak mungkin berdiam diri. Ia pasti menyerang!
Penerapan:
Kalau saudara adalah orang kristen yang bersungguh-sungguh hidup bagi Tuhan, saudara pasti juga akan mendapat serangan setan. Karena itu banyaklah berdoa supaya Tuhan menjaga / menolong saudara dalam menghadapi serangan setan itu. Jangan pernah lengah!
Sebaliknya kalau hidup saudara relatif bebas dari serangan setan, maka jelas saudara bukan orang kristen yang hebat, bahkan mungkin sekali saudara bukan orang kristen sama sekali!
Kalau saudara melihat hamba Tuhan yang betul-betul dipakai oleh Tuhan, yakinlah bahwa ia pasti juga diserang setan habis-habisan. Banyaklah berdoa untuk dia!
b) Setan menyerang Stefanus karena Stefanus membantu rasul-rasul.
Mungkin setan berharap agar dengan jatuhnya Stefanus, rasul-rasul tidak bisa berkonsentrasi pada pemberitaan Firman Tuhan. Karena itu kalau saudara melihat orang-orang yang membantu pelayanan seorang hamba Tuhan, maka saudara juga harus mendoakan mereka, karena mereka pasti juga diserang oleh setan.
2) Setan menggunakan manusia untuk menyerang Stefanus.
a) Orang-orang yang menyerang Stefanus.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang mereka:
Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tahu Firman Tuhan tetapi tidak bertobat! Orang seperti ini yang paling berbahaya.
Mereka adalah orang-orang yang fanatik, tetapi tanpa Roh Kudus.
Fanatisme yang membabi buta, yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus maupun Firman Tuhan, menyebabkan mereka menghalalkan segala macam dosa seperti memfitnah, mengajukan saksi palsu, dan bahkan membunuh.
Apakah saudara fanatik? Itu baik, kalau dipimpin oleh Roh Kudus dan sesuai dengan Firman Tuhan! Tetapi jangan menjadi orang fanatik yang membabi buta dan tidak perduli pada Firman Tuhan!
Mereka bertambah jahat setelah mendengar Firman Tuhan / kebenaran! Memang kalau saudara mendengar Firman Tuhan, akan timbul 2 kemungkinan: atau saudara dikuduskan oleh Firman itu, atau saudara justru bertambah jahat!
b) Cara mereka menyerang Stefanus.
Dengan menghasut / memfitnah, menangkap / mengadili dan mengajukan saksi palsu.
Ay 11-14: "(11) Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: 'Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.' (12) Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. (13) Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: 'Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, (14) sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.'".
Bandingkan dengan apa yang dialami Stefanus disini dengan apa yang dialami oleh Yesus.
Mat 26:60-65 - "(60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, (61) yang mengatakan: 'Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.' (62) Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepadaNya: 'Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?' (63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepadaNya: 'Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.' (64) Jawab Yesus: 'Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.' (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: 'Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujatNya."
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari sini:
1. Stefanus mengalami apa yang sudah dialami oleh Yesus.
Bandingkan ini dengan Yoh 15:18-20a yang berbunyi:
"(18) Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (20a) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu;".
Apakah saudara rela juga mengalaminya demi Yesus?
2. Hamba Tuhan pasti sering difitnah!
Karena itu jangan cepat-cepat menerima omongan yang negatif tentang seorang hamba Tuhan.
1Tim 5:19 - "Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung oleh dua atau tiga orang saksi."
3. Hamba Tuhan sering difitnah karena khotbahnya (ay 11)!
Ay 11: "Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: 'Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.'
Banyak orang mengutip khotbah itu cuma sebagian, atau mengutipnya secara out of context, dan lalu menambah-nambahinya sehingga menjadi sesuatu yang sama sekali lain dengan apa yang dimaksudkan oleh pengkhotbahnya. Jelas bahwa ini sebetulnya merupakan suatu fitnahan!
a. Bandingkan dengan Pdt. dr. Yusuf B. S. dan Guy Duty yang dalam bukunya memfitnah Calvinisme dan bahkan Calvin dan Agustinus! Kalau mau tahu tentang hal ini bacalah buku saya yang berjudul 'Calvinisme Yang Difitnah!'.
b. Saya pernah memimpin Pemahaman Alkitab di suatu gereja, dimana dalam acara tanya jawab terjadi suatu perdebatan. Dalam perdebatan itu saya menyatakan bahwa orang kristen harus mengalami penderitaan, dan tidak selalu harus disembuhkan dari penyakit. Orang yang berdebat dengan saya itu lalu menyebarkan fitnah di luar (termasuk di BAMAG) dan mengatakan bahwa saya adalah orang Liberal yang tidak percaya pada kesembuhan.
c) Fitnahan orang-orang ini.
1. Tentang hujatan terhadap Allah.
Ay 11: "Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: 'Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.'"
Mungkin Stefanus mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan (bdk. Yoh 5:18 Yoh 10:33 Mat 26:63-65).
2. Tentang hujatan terhadap Musa dan perubahan adat istiadat Musa.
Ay 11: "Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: 'Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.'".
Ay 14: "sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.'".
Mungkin Stefanus mengatakan bahwa ceremonial law hukum-hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan, seperti penyembelihan domba kalau ada dosa, dsb) telah dihapuskan. Orang-orang Yahudi mengganggap bahwa hukum Taurat bersifat kekal. Pada waktu Stefanus mengatakan ceremonial law dihapuskan, itu mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Musa dan terhadap Allah.
3. Tentang perubuhan Bait Allah (ay 14).
Ay 14: "sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.'"
Yesus memang menubuatkan keruntuhan Bait Allah, tetapi Ia tidak pernah mengatakan bahwa Ia yang akan meruntuhkan Bait Allah (bacalah Yoh 2:18-21 Mat 24:1-2 Yoh 4:19-24). Jadi, tidak mungkin Stefanus mengatakan bahwa Yesus yang akan meruntuhkan Bait Allah. Mungkin Stefanus menyinggung-nyinggung kata-kata Yesus yang berhubungan dengan keruntuhan Bait Allah dalam ayat-ayat tersebut di atas, dan oleh mereka kata-kata itu dikutip sebagian dan lalu diberi tambahan-tambahan sehingga menjadi fitnahan seperti itu.
III) Sikap Stefanus waktu diserang.
Ada 2 tafsiran tentang ay 15: "Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.".
1) Muka Stefanus mengeluarkan sinar (terjadi mujijat).
Saya tidak setuju dengan pandangan ini. Pada waktu muka Musa bersinar, bangsa Israel menjadi takut.
Kel 34:30 - "Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.".
Karena itu kalau muka Stefanus betul-betul bersinar, pasti orang-orang Yahudi itu tidak akan berani mengadili apalagi membunuh dia.
2) Wajah Stefanus menunjukkan ketenangan, kasih, keberanian, keyakinan.
Ini menunjukkan bahwa ditengah-tengah segala macam serangan setan ia tetap yakin bahwa Allah itu menyertai dia dan bahwa Allah akan berjanji untuk menolong dia untuk berbicara.
Bdk. Mat 10:17-20 - "(17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. (19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.".
Kesimpulan.
Kalau saudara ikut Tuhan dan setan menyerang saudara sehingga saudara mengalami segala macam penderitaan, apakah saudara lalu jadi takut dan mundur? Atau, maukah saudara seperti Stefanus dengan tetap beriman dan yakin akan penyertaan Tuhan? Kiranya Tuhan memberkati saudara!
-AMIN-
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 20
Posted: 17 Jul 2014 06:13 AM PDT
Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian19
Sebuah episode terdahulu menjadi penting dikemukakan kembali, untuk menjaga alur perjalanan artikel serial ini, secara khusus pada bagaimana semua malapetaka yang aktual dan alami itu sekaligus merupakan sebuah peristiwa dalam bingkai "penetapan atau penentuan sebelumnya" oleh Allah untuk sebuah peristiwa yang akan datang, atau dikenal sebagai pre-destinasi (coba baca misal : Efesus 1:1-5,11, Roma 8:28-29 dan 9:11,16 sebagai sebuah navigasi sederhana untuk mengenali keberadaan predestinasi didalam Alkitab). Ketika saya menuliskan "aktual" dan "alami" berdampingan dengan "pre-destinasi," maka diharapkan, sekali lagi, dapat menangkap kenyataan predestinasi sesungguhnya; sebagaimana telah kerap coba dikemukakan dalam sejumlah ruang peristiwa yang penting. Penetapan atau penentuan sebelumnya bukanlah sebuah perobotan apalagi penakdiran hidup yang melucuti kodrat manusia yang memiliki kemampuan berprestasi dan cita-cita untuk mewujudkan hal yang lebih baik dalam segenap pemahaman dan dayanya. Saya akan memperlihatkan juga pada kesempat ini, mengapa "penetapan atau penentuan sebelumya" bukanlah sesuatu yang menggelinding kemanapun dia hendak menggelinding, tanpa sebuah tujuan dan maksud spesifik. Sekarang, inilah episode terdahulu yang saya maksudkan; ini adalah sebuah alur peristiwa yang penting, bernuansa "penentuan sebelumnya" yang sangat kental namun sekaligus "aktual" dan "alami":
Lukas 22:14-23 "(14) Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.(15) Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.(16) Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."(17) Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.(18) Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang."(19) Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."(20) Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.(22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"(23) Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.
Sebetulnya bukti paling otentik bahwa predestinasi bukanlah sebuah peristiwa dan oknum-oknum yang dirobotkan, ada didalam teks ini. Namun yang luar biasa kita melihat bahwa "penentuan sebelumnya" atau "predestinasi" tidak bisa sama sekali dimaknai sebagai "hidup ditentukan oleh takdir- takdir yang tak diketahui kemana dan apakah kesudahannya." Penentuan sebelumnya dalam pewujudan justru semakin memperlihatkan adanya perencanaan dari Allah atas kehidupan di dunia ini, bahwa perencanaan Allah tidak didikte oleh bagaimanapun dunia ini sedang bergejolak- seresisten apapun dunia terhadap kehendak Allah.
Mari perhatikan dua ekspresi Yesus yang akan memaksa anda untuk merenungkan siapakah Yesus bagi anda. Yesus berkata : Aku sangat rindu dan perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Apakah yang dirindukan oleh Yesus? Makan paskah! Tentu saja ini adalah paskah Yahudi. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku – akan hal apakah yang diperingati akan Yesus terkait jamuan Paskah itu; apakah menyenangkan atau menyedihkan? Ketika Yesus berkata "Aku sangat rindu makan paskah ini," Dia segera mengaitkannya dengan dirinya sendiri dan penderitaan; Dia sedang mengaitkan jamuan makan Paskah dengan peristiwa kelam- penderitaan yang akan menimpa dirinya sebagai peristiwa dan dirinya yang AKAN DATANG. Namun berbicara "penentuan sebelumnya" atau "predestinasi" bukan sekedar "peristiwa dan oknum yang akan datang" namun juga "sebuah kepastian" bukan probabilitas. Melalui teks ini, kita bisa melihat bahwa Predestinasi bukan sebuah probabilitas secara kuat didemonstrasikan oleh Yesus dengan berkata "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Hanya ada satu hal pasti sesuatu dapat diperingati, yaitu jika sudah terjadi, bukan sebelum terjadi. Namun, lihatlah Yesus, berkata "perbuatlah ini menjadi PERINGATAN akan Aku," kala " siapa dan apa" yang hendak diperingati sama sekali belum terjadi.
"Penentuan sebelumnya" tak hanya terkait peristiwa yang akan datang dan pasti terjadi namun juga peristiwa yang ada dalam kedaulatan Tuhan atas bagaimana sejarah manusia akan terjadi; Dia bahkan menggambarkan bagaimana kejadian itu berlangsung dengan menggunakan roti dan anggur JAMUAN PASKAH dia berkata terkait "roti" Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, selanjutnya terkait "anggur" Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Yesus sedang menggambarkan bagaimana dia harus dikenang melalui JAMUAN PASKAH. Apa yang luar biasa dalam "predestinasi" adalah SELALU memiliki Tujuan yang memuliakan Allah dan akan selalu bersentral pada diri Allah walau terjadi didalam haribaan dunia ini. JAMUAN PASKAH dengan demikian, KELAK SETELAH SEMUA YANG DIPREDESTINASIKAN OLEH YESUS menjadi berubah dari makna asasi Paskah yang dikenal oleh bangsa Yahudi. Oleh Yesus "roti" inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; "anggur" cawan ini adalah PERJANJIAN BARU oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu. Predestinasi ini telah menghasilkan PERJANJIAN BARU, kala destinasi yang telah ditetapkan sebelumnya telah tercapai. Destinasi yang telah ditetapkan sebelumnya bagi Yesus adalah datang ke dunia untuk MATI, namun kematian itu sendiri BUKAN DESTINASI FINAL, apa YANG FINAL dari DESTINASI itu adalah lahirnya PERJANJIAN BARU, yang diadakan oleh ALLAH bagi anak-anak Allah! Predestinasi Kelam ini menjadi dapat dipahami dan tidak perlu menjadi bingung manakala Yesus berkata "Aku Sangat Rindu," apakah Yesus merindukan penderitaan ini seolah penderitaan bukan penderitaan? Demikiankah? Ketika Kematian Yesus bukanlah Destinasi Final yang telah ditentukan Allah sebelumnya, tetapi " PERJANJIAN BARU" bagi anak-anak Allah—perhatian, bagi anak-anak Allah!
Maka kita melihat bahwa ketika Yesus berkata "sebelum Aku menderita," maka penderitaan memang adalah penderitaan yang memang benar-benar akan meremukan dirinya; sebab Yesus tidak akan mendustai sedikitpun tentang dirinya dan apa yang dia rasakan kepada murid-muridnya! Terbangunnya Perjanjian Baru bagi anak-anak Allah adalah dasar kokoh bagi Yesus untuk merindukan penderitaan dan kematiannya yang sangat aktual dan alami itu. Ketika Yesus berkata "Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu ," maka sebuah masa depan yang penuh harapan telah tercipta dalam durasi waktu yang belum terjadi atau tiba. Predestinasi dengan demikian bukanlah fatalisme tetapi Allah yang berencana, berkehendak dan bertindak mewujudkannya dalam dunia manusia secara aktual dan alamiah melalui kematian dan penderitaan yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan manusia yang merdeka untuk berbuat apapun yang dimaui. Sejauh Allah memberi ruang bagi para manusia.
Teks Lukas 22:14-23 dengan demikian menunjukan dua macam "penentuan atau penetapan sebelumnya " oleh Allah : negatif (peristiwa kelam atau kelabu atau tragedi) dan positif (peristiwa menyenangkan, bahagia, berkat dan sejenisnya. Peristiwa kematian Yesus merupakan predestinasi negatif , sementara itu "Perjanjian Baru" adalah predestinasi positif. Faktanya, nyaris sukar untuk membuat pemilahan secara tajam pada kedua hal ini, sebab dari predestinasi negatif (kematian Yesus) maka "munculah" apa yang disebut sebagai predestinasi positif (Perjanjian Baru). Ketika saya menuliskan hal ini, semata untuk membuktikan bahwa manusia tidak pernah bisa melihat keberadaan Allah dalam peristiwa-peristiwa buruk, ya seperti halnya Asaf atau isteri Ayub dalam serial-serial terdahulu yang akan langsung memvonis Allah absen atau tidak hadir, atau seperti judul artikel berseri ini "Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat." Apa yang esensi bukan Predestinasi negatif melahirkan predestinasi positif, sebab jika ini yang dijadikan esensi maka penjelasan yang harus saja sajikan harus lebih mendalam dan meluas lagi. Apa jika demikian? Bahwa Allah tidak pernah memiliki itikad dan maksud jahat dalam setitik apapun. Predestinasi negatif, bukan tentang Allah yang berdarah dingin menikmati kematian manusia akibat dosa. Predestinasi negatif adalah KEALAMIAN DUNIA INI, dan semestianya hanya ada Predestinasi negatif dan itu adalah sebuah keadilan bahwa semua manusia berdosa akan mengalami pengadilan Allah dan dihukum akibat dosa-dosa itu. Hanya karena Allah memilih untuk mengasihi dunia; masih memberikan kasih kepada dunia yang telah dijatuhi hukuman sejak peristiwa Eden maka masih ada pengharapan Allah memilih untuk menyelamatkan mereka yang Dia kasihi- ya Allah pada dasarnya mengasihi para bandit dunia- para manusia dalam kegelapan yang tak bisa menghargai dan memahami Dia secara benar (bahkan 12 muridnya, pada dasarnya pergi meninggalkan dia setelah ditangkap di taman Getsemani, di taman Getsemani para murid meninggalkan dia sendirian!).
Sejatinya, Yesus pun mengamanatkan Amanat Agung kepada para murid-muridnya agar kabar baik ini sampai kepada seluruh manusia. Para bandit-para manusia diberikan kabar baik, dan hanya anugerah Allah saja yang membuat seseorang dapat diselamatkan. Anda percaya dengan anugerah Allah? Apakah anugerah bermakna kewajiban pada pihak pemberi anugerah? Jelas tidak! Anda dapat datang kepada Yesus- percaya kepada Yesus dikatakan sebagai anugerah sebab hendak mengatakan bahwa percayanya anda kepada Yesus disebabkan oleh Allah, bukan oleh diri anda yang pintar dalam memahami firman. Kita akan melihat hal ini pada sepanjang ulasan seri ini.
Dalam kalimat sederhana, maka terkait judul artikel berseri ini, saya sekali lagi ingin mengatakan bahwa Predestinasi atas peristiwa kelam atau kelabu, tidak sama sekali menunjukan bahwa "Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat." Ya...... sebagaimana yang telah secara terang dan kuat diperlihatkan pada bagian 19.
SEKALI LAGI, PREDESTINASI BUKAN MANUSIA DIROBOTKAN
Tidak perlu menjadi dirobotkan atau menjadi kehilangan eksistensi kemanusiaan dalam cara yang bagaimanapun, agar predestinasi jamuan makan Paskah itu tergenapi! oleh sebab dua hal amat mendasar : (1) manusia memang disesaki oleh keinginan-keinginan daging atau dosa sehingga manusia manusia tidak mematuhi atau melawan perintah Tuhan ( Kejadian 6:5, Kejadian 8:21,Mazmur 51:5, Pengkhotbah 9:3, Yeremia 13:23, Markus 7:21-23, Yohanes 3:19, Roma 3:10-20, Efesus 4:17-19, Titus 1:15, Titus 3:3) dan (2) manusia dan dunia ini pada dasarnya memang berperilaku dalam kealamiannya sebagai obyek terhadap Allah
Predestinasi termegah di seluruh jagat ini, tentu saja terkait diri Yesus Kristus, yang dapat kita jumpai di sepanjang Perjanjian Lama. Bahkan pada diri Yesus sendiri kemegahan itu sungguh sukar untuk dipandang oleh mata manusia, beginilah rasul Paulus menggambarkan siapakah Yesus sesungguhnya : Roma 1:3-4 melukiskannya secara megah : "tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. "
Bagaimana memahami 2 realita yang saling berlawanan satu sama lain dalam benak manusia, namun hadir dalam sebuah harmoni yang tak perlu bertentangan satu sama lain ketika itu berlangsung pada diri Yesus Kristus? Sekalipun Roma 1:3-4 memperlihatkan kemegahan Kristus dalam sebuah deskripsi yang tegas tanpa ragu, tetaplah hal yang tak dapat dikunyah oleh semua manusia yang hatinya dipenuhi dengan kejahatan dan kebebalan di sepanjang usia hidupnya ( Pengkhotbah 9:3). Maka tak perlu heran jika pada akhirnya Yesus Kristus secara alamiah mengalami penolakan oleh bangsanya sendiri; secara alamiah menghadapi persekongkolan jahat sebab memang benar adanya penuturan Yesus sendiri : "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yohanes 3:19)." Yesus sendiri sudah mengetahui dalam kesempurnaan dan kemahatahuannya sejak mulanya bahwa manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang; dan Dia telah datang ke dunia ini untuk berjumpa dengan manusia-manusia yang jelas-jelas lebih memilih kegelapan dari pada terang, dan ini berujung pada penolakan terhadap Yesus dalam sebuah totalitas yang tak main-main dari dalam diri manusia. Manusia-manusia yang seumur hidupnya terbiasa dengan kejahatan tak berdaya untuk memilih Yesus, sekalipun mereka melihat kemegahan dan kebesaran Yesus kala Dia mengajar; kala Dia mengadakan mujizat; kala dia menumpahkan kasih-Nya yang agung. Pun semuanya itu hanya menunjukan ketakberdayaan manusia untuk sanggup memilih secara benar, bahwa sepatutnyalah manusia-manusia memilih terang bukan memilih gelap.
MENOLAK TERANG DUNIA MEMASTIKAN HUKUMAN BAGI MANUSIA
Jika pada faktanya, Yesus telah berkata "manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang" kala Dia di muka bumi, bahkan bukan hanya berkata, malahan Dia mengalami sendiri akan apa yang Dia telah kemukakan, kala Yesus Barabas lebih didam-idamkan untuk dibebaskan dan Yesus Kristus lebih diinginkan untuk mati! Setelah semua kebaikan dan kemurahan yang Dia tumpahkan kepada mereka! MAKA, haruskah menjadi heran dan merasa janggal dengan apa yang dikatakan Rasul Paulus : "Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah "(Roma 3:11)? Fakta semacam ini, tidak hanya dahulu kala namun pun masa kini dan akan datang, bahwa manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang dalam sebuah kualitas yang mencengangkan : memilih Yesus Barabas ketimbang Yesus Kristus!
Betapa malangnya manusia itu jika keselamatan itu harus dimulai dari kemampuan manusia itu untuk memilih, sebab bagaimana mungkin mengandalkan akal budi sementara didalam kegelapan!
Itu sebabnya Paulus berkata bahwa kualitas manusia yang terbiasa hidup dalam kejahatan tidak akan pernah ada satu pun jua yang mencari Allah. Jangan tersinggung sebab baik Yesus Kristus dan Rasul Paulus mengatakan hal yang sama!
Malang, sebab sejatinya manusia itu sendiri tidak memiliki kehidupan-manusia itu mati; sementara hanya Yesus saja pemilik hidup dan memiliki Yesus adalah memiliki hidup :
Yohanes 1:4 "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia."
Yohanes 3:18-19 "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Orang yang menolak terang sebab Terang ini adalah terang yang MEMBONGKAR SEGALA BENTUK KEBOBROKAN MANUSIA. Ini adalah terang yang dapat menerangi kegelapan yang tak dapat disorot oleh teriknya terang matahari sekalipun! Ini adalah terang yang sekaligus menghadirkan standard kebenaran dan kekudusan Allah. Manusia yang baik; tokoh yang baik dan semua manusia-manusia budiman memang akan terlihat baik JIKA TIDAK DISOROT OLEH TERANG INI :
Yohanes 3:20 "Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;"
Jika sebuah kejahatan baru nampak setelah disorot oleh terang yang datang dari sorga (Yesus Kristus) maka jelas ini bukanlah kejahatan yang dapat diidentifikasi oleh seluruh perangkat norma, moral, dan hukum dunia. Ayat ini sedang memperlihatkan kemuliaan terang yang sanggup memperlihatkan kejahatan-kejahatan yang mustahil merupakan kejahatan bagi manusia-manusia. Teks diatas sedang membicara perbuatan-perbuatan jahat YANG HANYA AKAN DAPAT DINAMPAKAN OLEH TERANG DARI SORGA, bukan oleh "terang dunia" berupa perangkat hukum, norma dan moral. Sehingga memang, ketika anda menuturkan seseorang yang memiliki moral baik, teladan baik, dan seluruh keunggulan-keunggulan jiwa dan moral maka memang bisa jadi benar dan tak terbantahkan. TETAPI bagaimana jika orang tersebut diperhadapkan dengan Yesus atau terang itu, masihkah demikian?
Yohanes 3:21 "tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Yesus Kristus, ketika berbicara tentang melakukan yang benar, AKAN SELALU MENAUTKAN SECARA KETAT DENGAN "ia datang kepada terang." Yesus MENUNTUT bukan sebagai sebuah tuntutan kehormatan diri-Nya yang harus dituhan-tuhankan dalam moralitas manusia. BUKAN! Tetapi pada realita manusia berjalan dalam kegelapan tidak akan sanggup menggapai standard kebenaran yang mulia itu. YANG MULIA itu tidak dapat dideteksi dengan mata alami anda; tidak dapat dideteksi dengan pemahaman anda; apalagi ditakar dengan nurani anda yang lemah. Jika secara demikian ukurannya maka memang kita dengan mudah melihat ada manusia-manusia baik dan berbuat baik di di luar Yesus.
NAMUN Yesus menolak semua itu. YESUS pasti meminta anda untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan memiliki moralitas yang berkembang menuju arah yang baik, namun itu harus dilakukan didalam Yesus. Itu kata Yesus, bukan kata saya!
Jadi dapat dibayangkan manusia yang menolak terang namun merasa orang baik, namun tidak pernah demikian di mata Yesus. Sebab kala diperhadapkan dengan Yesus maka apa yang tak nampak oleh manusia akan dinampakan oleh Allah—jenis-jenis kejahatan yang hanya dapat dinampakan oleh Allah! Maka manusia itu menjadi manusia jahat selama-lamanya sebab tidak pernah mengetahui kejahatan-kejahatannya.
Semua Manusia Berdosa Berinteraksi Dengan Kedaulatan Allah dalam Pewujudan Pre-destinasi
Kita sudah melihat pada bagian sebelumnya bahwa Yesus yang menyamakan dirinya dengan Allah sendiri telah menjadi pemasti bagi penolakan manusia-manusia yang berujung teriak salibkan Dia! Betapa mahalnya untuk percaya bahwa Yesus adalah memang demikian seperti digambarkan Roma 1:3-4.
Bahkan percaya bahwa Yesus memang demikian akan mengakibatkan hal yang teramat fatal. Percaya atau beriman bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa bukan hal sepele dan tidak mungkin lahir dari kemampuan diri manusia. Kita sudah melihat sebagaimana Yesus menjelaskan dan dikemukakan kembali oleh Rasul Paulus. Tak perlu menjadi heran betapa Iman dalam epistel Paulus adalah hal yang mahal dan mulia : "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
Paulus bahkan menggambarkan "kebenaran Allah" bertolak dari iman. Tidak dia mengatakan bertolak dari kecerdasan atau intelektual. Intelektualitasmu dan siapapun tidak akan sanggup untuk menelan "tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. "
Sama halnya juga tidak akan sanggup intelektualitas dan jiwamu sendiri untuk menelan perkataan Yesus yang demikian :" Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh 10:30).
Jika engkau berpikir intelektualitas dan jiwamu sanggup secara mandiri menelan kebenaran ini maka mustahil Yesus dilempari dengan batu oleh perkataannya yang demikian. "Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Akibat keterusterangan Yesus terhadap manusia bahwa antara dirinya dan Bapa adalah SATU, maka fatal akibatnya. SEKALI LAGI, Yesus dilempari batu, sebab itu bukan kali pertama! Beriman kepada Yesus seperti yang Yesus maui bukanlah hal yang dapat tercapai karena intelektualitas dan kemurnian jiwamu apalagi kemahiran pendeta untuk menyajikan firman secara murni. Penyampaian firman adalah sarana untuk membuka jalan bagi si pendengar datang kepada Yesus; namun Allah yang menyebabkan seseorang ketika mendengar menjadi percaya atas pemberitaan semacam ini.
Siapa yang sanggup oleh akal budinya dapat menelan kebenaran semacam ini sebagai sebuah makanan lezat dan nikmat, kebenaran dalam bahasa Roma 1:3-4 dan dalam bahasa Yesus bahwa Aku dan Bapa adalah satu; menyetarakan dirinya dengan Allah sekalipun dia manusia SAJA dalam pandangan manusia-manusia yang dikunjunginya!
Maka ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9, itu bukanlah hal yang murah dan gampangan atau sebuah kekristenan yang cetek dan gampangan seperti dikatakan oleh beberapa pendeta dari atas mimbarnya yang megah dalam rupa khotbah yang memang cerdas namun ternyata menista Yesus Kristus dalam derajat yang teramat dalam! Efesus 2:8-9 dan ayat-ayat senada lainnya bukan sedang berbicara tentang kehidupan iman Kristen tanpa tanggung jawab, apalagi sampai berani berkata bahwa ini adalah Kristen yang tak akan bertumbuh manakala Kristen menjadikan "diselamatkan oleh iman" sebagai fondasi hidup Kristen.
Efesus 2:8-9 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Mengapa Selamat oleh Iman adalah disebabkan Kasih Karunia? Mengapa dikatakan pemberian Allah? Mengapa dikatakan bukan hasil pekerjaanmu? Mengapa dikatakan bukan hasil usahamu? Ini tidak boleh dipandang dari sudut harga diri manusia, kemampuan dan tanggung jawab manusia atau bahkan eksistensi manusia sebagai mahkluk berakal budi yang sanggup mengadakan pertimbangan-pertimbangan untuk membuat keputusan. Bukan soal ini dan Allah tidak sama sekali meragukan bahwa anda memang dapat memilih dan membuat keputusan atas pertimbangan-pertimbangan yang anda lakukan.
Yesus Kristus tahu sekali problem manusia yang tak akan pernah bisa ditaklukan oleh manusia itu sendiri, bahwa manusia itu LEBIH MENYUKAI KEGELAPAN DARIPADA TERANG (Sekali lagi, bandingkan dengan Kejadian 6:5, Kejadian 8:21, Maz 51:5, Pengkhotbah 9:3, Yeremia 13:23, Yeremia 17:9, Markus 7:21-23, Yohanes 3:19, Roma 3:10-20, Efesus 4:17-19, Titus 1:15, Titus 3:3). Barang bukti utama adalah : Dia telah disalibkan oleh orang-orang yang telah merasakan dan menyaksikan kasih dan tanda-tanda ajaib yang menyertai-Nya seperti belum pernah terjadi dan belum pernah didengarkan oleh telinga orang-orang Yahudi yang mendapatkan kehormatan untuk menerima kunjungan Allah dari sorga.
Ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9, itu bukan doktrin kuno yang sudah ketinggalan zaman dan tidak sanggup mengikuti kompleksitas hidup. Sebab, tidak ada yang lebih kompleks dari pada soal " Yesus dan Bapa adalah satu!" Dan anda harus percaya kepada Yesus yang seperti ini!
Jika dan memang pada faktanya tidak mungkin manusia itu sendiri menelan kebenaran ini, maka menjadi rasional dan penting untuk sanggup beriman kepada Yesus yang adalah Anak Allah yang berkuasa atau Yesus dan Bapa adalah satu , harus merupakan PEMBERIAN Allah atau Kasih Karunia!
Sekarang, marilah kita periksa iman kita? Apakah anda memang benar beriman kepada Yesus sebagaimana Yesus adanya? Bahwa Dia "menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. " Ataukah bagi anda ini tidak penting? Jika demikian maka anda dalam masalah serius yang hanya Yesus saja dapat mengatasinya!
Jika pada faktanya Iman adalah pemberian Allah oleh karena ketidakberdayaan manusia dari kecenderungannya yang mematikan : lebih menyukai kegelapan daripada terang. Maka realita Predestinasi atau kedaulatan Allah atas keselamatan manusia tak terelakan sama sekali, bukan sebagai sebuah "pemanjaan dalam keberimanan" apalagi sampai mengatakan "keberimananan adalah pemberian sebagai sebuah akar masalah kehidupan Kristen yang bermasalah," malahan jika demikian, hanya membuktikan anda baik sebagai jemaat ataupun pendeta selaras dengan perkataan Yesus bahwa "anda memang lebih menyukai kegelapan daripada terang."
Pada titik ini maka dapat dipahami ketika Rasul Paulus menulis demikian:
Roma 5: 6 "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah."
Roma 8:29-30 "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Allah yang sedemikian dominan bahkan dominasi Allah dalam keselamatan bukan sebatas pada karya keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus namun juga "pemberian Allah" kepada manusia dalam bingkai "dari semula." Sebuah kerangka waktu yang tidak akan dipahami oleh dunia manusia manakala dari semula adalah sebelum dirimu ada, sebagaimana rasul Paulus menyatakannya dalam pembukaan epistel Efesus :
Efesus 1:1-5,11 "Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. ) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,... (11) Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya—
Sebelum anda mulai melakukan isolasi terhadap epistel-epistel Rasul Paulus atau mengatakannya sebagai doktrin yang dangkal oleh sebab kepurbaannya sehingga dalam hal semacam ini anda sebagai orang Kristen atau bahkan pendeta sedang mengklaim memiliki kualitas cara untuk selamat lebih unggul dibandingkan Yesus dan rasul Paulus, maka ada baiknya camkanlah dalam benak anda terhadap perkataan Yesus ini. Sebuah perkataan yang menjelaskan akar masalah mengapa Allah begitu dominannya sehingga ada merasa janggal :
Yohanes 3:19 - "Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Mengapa kondisi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang sekalipun terang telah datang dikatakan sebagai hukuman? Yohanes 3:19 dimulai dengan "Dan inilah hukuman itu."
Atas perbuatan atau tindakan salah yang seperti apakah sehingga Yesus mengatakan kondisi demikian adalah hukuman? Sebab jika hal demikian adalah hukuman maka memang ini adalah kondisi yang hanya dapat diatasi oleh si Pemberi hukuman.
Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan pada ayat sebelumnya- apakah penyebab hukuman itu :
Yohanes 3:18 "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah."
Yesus mengatakan bahwa tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah atau siapa Yesus yang sesungguhnya (Roma 1:3-4) membuat orang tersebut TELAH (bukan AKAN) berada di bawah hukuman. Hukuman ini MENGIKAT SECARA PASTI SEMUA MANUSIA yang tak memungkinkan baginya untuk menggapai kebenaran , dan ini dikatakan oleh Yesus sebagai HUKUMAN! Jika itu adalah hukuman yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Allah maka maka bukan sesuatu yang dapat dinegosiasikan. Dengan kata lain, PERCAYA KEPADA YESUS ADALAH SEBUAH KEMUTLAKAN ABSOLUT, menurut Yesus Kristus!
Yesus berkata demikian bukanlah omong kosong sebab pertama-tama Dia sendiri mendeklarasikan dirinya sebagai TERANG dan Dia sendiri menyatakannya secara terbuka jati dirinya sebagai TERANG DUNIA :
Yohanes 8:12 "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yesus secara publik-terbuka menyatakan dirinya sebagai TERANG DUNIA, hanya jika seseorang mengikut Dia maka tidak akan berjalan dalam kegelapan. Satu kepastian yang teramat jelas adalah fakta bahwa SEMUA MANUSIA TANPA KECUALI BERJALAN DALAM KEGELAPAN. Ketika Yesus menyatakan dirinya adalah TERANG DUNIA, Dia sedang menyatakan bahwa diri-Nya adalah solusi bagi dunia agar manusia tidak berjalan dalam kegelapan. Dirinya adalah solusi, bersama Yesus atau tidak bersama dengan Yesus telah menempatkan anda sekarang ini juga pada kenyataan kekekalan yang sedang menantikan.
Fakta manusia berjalan dalam kegelapan adalah realita tersukar bagi manusia untuk bisa menemukan kebenaran semacam ini oleh jiwa dan pikirannya. Sebuah kemustahilan bagi manusia untuk memahami dan mengakui, jika ternyata Yesus sendiri memosisikan dirinya sebagai solusi dalam tatar yang universal melalui deklarasi dirinya sebagai Terang Dunia. Ini bukan sekedar Terang yang membuat tempat yang gelap gulita menjadi terang benderang; ini bukan sekedar "pencerahan jiwa dan pikiran." BUKAN! Ini adalah terang yang mempunyai hidup. TERANG YANG MEMPUNYAI HIDUP, dengan memiliki Yesus berarti anda tidak hanya tidak akan berjalan dalam kegelapan tetapi memiliki hidup. Dengan demikian berdasarkan perkataan Yesus tersebut, Yesus hendak menyatakan bahwa SEMUA manusia tanpa Yesus tidak hanya berjalan dalam kegelapan, namun juga pada dasarnya MATI.
Bagaimana mungkin manusia yang berjalan didalam gelap dan mati dapat berupaya secara mandiri memperjuangkan keselamatan atas usahanya sendiri?
Kalau anda jujur pada diri anda, bila Yesus mengatakan : Setiap orang yang berada di luar Kristus ada dalam 2 kondisi ini :
(1) Berjalan dalam kegelapan
(2) Mati atau tidak memiliki hidup
Apakah ada kemungkinan dan daya bagimu untuk memperjuangkan dan mempertahankan keselamatanmu sedikit saja berjangkar pada dirimu sendiri, sementara anda dalam kegelapan dan mati- ujar Yesus Kristus?
Jika anda menyadari dan mengakui kondisi diri manusia yang sesungguhnya sebagaimana Yesus nyatakan maka menjadi dapat dimengerti ketika Rasul Paulus menuliskan hal yang akan membuat banyak orang mengajukan protes keras :
Roma 3:10 "seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah."
Segera saja Rasul Paulus, jika dia hidup di zaman ini, akan menerima begitu banyak protes dan makian untuk dua hal setidak-tidaknya : (1) merendahkan martabat manusia sebab mengatakan tak seorangpun yang berakal budi, dan (2) menghina berbagai religiusitas yang ada dan sangat kaya di dunia ini sebab berkata "tidak ada seorangpun yang mencari Allah."
Kalau saja Yesus tidak menyatakan dirinya sebagai TERANG DUNIA dan tidak berkata kecuali mengikut Dia akan tetap berjalan dalam kegelapan dan tidak memiliki hidup (Yohanes 8:12) maka memang benar, Rasul Paulus sungguh mengada-ada.
Menjadi dapat dipahami juga ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9 bahwa diselamat oleh Iman adalah kasih karunia atau pemberian Allah bukan sama sekali usahamu! Ini bukan tentang Kristen yang santai atau Kristen yang setelah selamat, lantas hidup sesuka-sukanya menjalani hidup, tanpa adanya pertumbuhan menuju manusia-manusia Kristen yang dewasa, bertanggungjawab dan menjadi teladan atau pelita bagi lingkungannya. Berpikir demikian sungguh menyesatkan sebab, Efesus 2:8-9 berbicara apa yang tidak dimiliki dunia dan manusia; apa yang tidak dapat diupayakan dan dicari manusia di dunia ini mengingat sumber Iman itu sendiri bukanlah dari dunia ini. Manusia tidak memiliki kapasitas apapun untuk menggapainya sebab dalam hal ini manusia itu berada dalam kegelapan dan tidak memiliki hidup alias mati!
Apakah Allah tidak kasih? Tidak mengasihi manusia? Mari kita lihat ayat yang begitu populer namun tidak pernah dipahami sebagaimana adanya , Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Mengapa Yesus harus datang? Sebab setiap orang didalam dunia ini berjalan didalam kegelapan. Jika anda dalam kegelapan maka anda mustahil memenuhi TUNTUTAN Yohanes 3:16 yang paling mendasar bahwa "Setiap YANG tidak percaya tidak binasa." Kita sudah melihat Yesus mendeklarasikan dirinya sebagai Terang Dunia yang diperlukan manusia. Jika manusia pada faktanya ada dalam kegelapan- dalam ketakberdayaan sebab tidak memiliki terang yang memberi hidup, apakah rasional untuk mengandalkan manusia untuk dapat memiliki kemampuan memilih terang sementara dia buta!
Yesus pun memberikan indikasi ketakberdayaan manusia untuk memilih diri-Nya; mengandalkan manusia yang berada dalam kegelapan untuk melihat kebenaran tanpa memiliki Terang dunia adalah sebuah hal Mustahil. Allah harus terlebih dahulu melakukan sesuatu didalam diri manusia itu untuk dapat BERJALAN MENDATANGI YESUS atau BERPALING KEPADA YESUS DAN MENGIMANINYA :
Yohanes 6: 44 "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."
Yohanes 6:65 "Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa atau dengan kata lain Kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya. Untuk apa? Untuk datang kepada Yesus; untuk percaya kepada Yesus.
Ketika anda berbicara keselamatan dan iman percaya kepada Yesus maka ini lebih dari sekedar anda memilih; anda memiliki pengetahuan yang benar; anda mendengarkan khotbah firman yang murni. BUKAN!
Mari perhatikan apa yang Yesus singkapkan mengenai mengapa tidak percaya, sekaligus membuktikan bahwa manusia memang membutuhkan kasih karunia dari Allah untuk selamat dan beriman :
Yohanes 8:43-44 "Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Sekarang, Yesus sedang menyingkapkan sebuah akar masalah yang mustahil untuk disolusikan oleh manusia. Akar masalah yang menyebabkan seseorang tidak mengerti perkataan Yesus, menangkapnya sehingga menjadi percaya. Apakah akar masalahnya? Yesus berkata : IBLIS!
"Iblislah yang menjadi bapamu!" Biang kerok mengapa manusia menolak Yesus bukan pada manusia itu sendiri, bukan pada kualitas jiwa manusia itu, bukan pada kualitas intelektualitas manusia itu sendiri, bukan pada faktor seberapa hebat anda sanggup menyajikan firman Tuhan yang murni. Anda tidak bisa mendisain sebuah metode pengajaran yang menjamin kemurnian firman yang hendak disampaikan, sebab jika ini adalah fondasi anda maka anda terlebih dahulu harus membentuk pola pikir jemaat anda, dan bila demikian maka jemaat dan gereja anda bukanlah gereja yang bersumber dari kuasa Yesus Kristus yang menerangi dunia, tetapi kemampuan anda melakukan pencerahan pikiran dan jiwa manusia!
Tak hanya menjadi selamat dan beriman, Allah begitu mendominasi. Tetapi menjadi anak-anak Allah pun tidak bisa bersumber dari kekuatan manusia itu sendiri tetapi harus bersumber dari Allah. Anda dituntut secara total untuk bergantung pada-Nya; anda harus benar- benar MENUHANKANNYA dalam setiap aspek perjalanan dan perjuangan anda dalam beriman –dalam memerangi keinginan-keinginan daging yang rajin menggempurmu selama di dunia ini! Seperti dinyatakan Injil Yohanes :
Yohanes 1: 12 "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya"
Rasul Paulus berkata OLEH KASIH KARUNIA KAMU DISELAMATKAN OLEH IMAN, BUKAN USAHAMU! Sebagaimana dia kemukakan dalam Efesus 2:8-9.
Menjadi anak-anak Allah sejatinya adalah karya Allah, anak-anak Allah tidak dihasilkan oleh pendeta yang sanggup menyampaikan firman Allah yang murni. Itu lebih tepat dikatakan omong kosong. Mengapa? Kalau anak-anak Allah harus ditautkan secara primer oleh kemampuan seorang pendeta untuk menyampaikan firman Tuhan yang murni maka jelas lebih tepat disebut sebagai anak-anak rohani pendeta x. Lagian, klaim bahwa pendeta tersebut sebagai penyaji firman Tuhan yang murni, apakah hendak mengatakan hanya dia dan tidak ada yang lain diberikan anugerah untuk menyampaikan firman Tuhan yang murni? Namun, bukan ini yang hendak saya sorot, tetapi siapakah sesungguhnya yang melahirkan orang-orang percaya itu sehingga mereka disebut anak –anak Allah? Demikian Injil Yohanes menjelaskannya:
Yohanes 1:13 "orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah."
Karena sebelum menjadi percaya maka tentu saja bapa kita adalah Iblis, hanya karena Allah bertindak atas diri kita yang berada dalam kegelapan dan tidak memiliki hidup, maka kita dapat menjadi menerima Yesus atau percaya kepada Yesus dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Dahulu anak iblis sekarang anak Allah. Adakah manusia atau pendeta yang dapat melakukan perubahan radikal semacam ini?
Percaya kepada Yesus bukan sekedar pada percaya itu sendiri, sehingga anda menilainya murahan. Percaya adalah hasil karya Allah yang spektakuler: Allah melahirkan anda sehingga menjadi anak-anak Allah! Anda sebagai pendeta sehebat apapun, semurni apapun firman yang anda sampaikan tak akan sanggup mengerjakan ini! Anda percaya adalah sebuah KASIH ALLAH YANG TOTAL PADA DIRIMU!Memampukan anda untuk menjalani kehidupan sebagai anak-anak yang dilahirkan Allah. Jika anda berasal dari Allah--anak-anakNya maka anda dapat membangun diri anda dalam kualitas sebagai anak-anak Allah!
Allah melahirkan anda sehingga menjadi anak-anak Allah dan bukan anda sebagai gereja atau pendeta yang membentuk manusia-manusia menjadi manusia Kristen yang sungguh-sungguh anak-anak Allah! Anda manusia bukan Allah dan untuk membentuk jemaat anda menjadi anak-anak Allah yang berkualitas dan unggulan maka ANDA HARUS MEMANDANG KEPADA ALLAH, bukan dirimu!
Yesus menegaskan bahwa tanpa anda dilahirkan oleh Allah maka mustahil juga anda untuk melihat kerajaan Allah:
Yohanes 3:3-6 "Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Menjadi selamat oleh percaya kepada Yesus karena kasih karunia atau karena pemberian Allah seharusnya tidak dipandang sebagai sebuah kehidupan beriman yang "dangkal" oleh orang-orang Kristen yang menekankan aspek kemanusiaan sebagai kunci untuk membangun anak-anak Allah yang berkualitas. Jika sejak semula adalah pemberian maka seterusnya pasti merupakan anugerah. Sekali anugerah tetap anugerah selama-lamanya. Dalam durasi kehidupan orang Kristen di dunia ini maka anugerah bukan saat anda dilepaskan dari kegelapan dan memiliki hidup namun perjalananan anda selama menjadi orang-orang percaya yang dilahirkan Allah akan tetap dalam pemeliharaan Allah yang melahirkan anda. Sebagaimana Yesus memberikan kepastian akan hal ini :
Matius 18:12-14"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?.... (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."
Menjadi dapat dipahami ketika Paulus dalam Filipi 1:6 menulis demikian "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."
Gereja dan pendeta memang harus menggembalakan domba-domba yang Bapa berikan dan percayakan untuk diberi makanan dengan firman untuk diajarkan segala sesuatunya sehingga benar-benar menjadi domba-domba yang bertumbuh dan dewasa. Anda sebagai pendeta wajib menabur namun Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan, bukan anda!
1 Korintus 3:5 – "Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
Bahkan Rasul Paulus dalam suratnya ini kembali menggaungkan bahwa anda menjadi selamat oleh iman adalah PEMBERIAN ALLAH : "kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya ," dalam hal menjadi percaya Paulus menekankan SENTRALITAS ALLAH kepada masing-masing ORANG PERCAYA. Dan dalam PERTUMBUHAN pun Paulus mengatakan Allah yang memberikan pertumbuhan bukan dirinya "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." Anda sebagai hamba Tuhan atau pendeta memang harus menaburkan benih, menanamkan firman-firman yang murni bukan berdasarkan keinginan manusia, namun camkanlah dalam hal ini pun tetap Allah yang memberikan pertumbuhan.
Mengapa bukan gereja dan pendeta yang memberikan pertumbuhan? Sebab orang-orang percaya itu dilahirkan dari Allah dan dengan demikian hanya Allah yang memiliki kuasa memberikan pertumbuhan bagi jemaat anda menjadi berkualitas. Bukan karena faktor anda memberikan firman yang murni. Faktor Primernya adalah Tuhan dan tidak pernah anda pendeta hebat dan berkualitas, tidak pernah manusia bisa menelurkan anak-anak Allah yang berkualitas!
Jika Allah sedemikian totalnya melibatkan diri dalam sejarah keselamatan dan perjalanan keselamatan manusia-manusia yang diberikan Karunia, maka menjadi sangat berdasar Paulus pun teramat dominan dalam menempatkan Allah sebagai faktor Primer yang bergerak dalam sebuah totalitas yang tak dapat disekat oleh upaya manusia. Demikian Paulus menggambarkan keselamatan itu berlangsung pada manusia :
Roma 8:29 – 30"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Totalitas Allah dalam sejarah keselamatan manusia yang Dia inisiasikan dan dilakukan-Nya sendiri, memiliki maksud BUKAN SEKEDAR MEMULIHKAN KEADAAN MANUSIA YANG MEMILIKI HUBUNGAN BAIK SAAT TAMAN EDEN BELUM TERCEMAR DOSA! BUKAN ini tujuan keselamatan itu, supaya manusia memiliki kembali hubungan dengan Allah. TETAPI tujuannya adalah : AGAR ORANG YANG DISELAMATKAN MENJADI SERUPA DENGAN GAMBARAN ANAK-NYA.
Wah..jelas tak ada satu hamba Tuhan atau pendeta yang sanggup mewujudkan ini! Hanya Allah! Dengan memahami bahwa tujuan utama seseorang diselamatkan oleh karena pemberian Allah adalah untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya maka kita akan dengan rendah hati dan tersungkur memberi hormat kepada Bapa!
Pendeta dan Gereja harus bersumber kepada Yesus Kristus untuk dapat menjadi instrumen di tangan Allah untuk mengajar dan mendidik jemaat sebagai anak-anak Allah yang belajar dan bertumbuh!
Ada 2 komponen yang MUSTAHIL untuk dilakukan manusia dalam teks Roma diatas : dipilih-Nya dari semula dan ditentukan-Nya dari semula. Jenis kemustahilan yang sama untuk dikerjakan oleh manusia ketika Yesus berkata "Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya " dalam Roma 6:65.
Apa yang dimaksud Paulus dengan "dari semula?" Mari kita lihat dalam surat Paulus yang lain ketika berbicara hal yang senada :
Efesus 1: 4-5 "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
Apakah ini Predestinasi? Ya Allah telah menetapkan sebuah destinasi untuk diarungi oleh orang-orang percaya; sebuah destinasi yang telah ditetapkan jauh sebelum keberadaan kita untuk untuk diarungi dan dicapai! Apa yang menjadi PRE-DESTINASI bagi orang-orang yang DIBERI KARUNIA KESELAMATAN? Pre-destinasinya adalah MENJADI SERUPA DENGAN GAMBARAN ANAK-NYA. Ya...untuk menjadi anak-anak-Nya adalah menuju ke keserupaan dengan gambaran Anak-Nya. Orang-orang yang diselamatkan memiliki Predestinasi oleh sebab Allah menetapkan destinasi yang harus diarungi dan diraih oleh orang percaya itu jauh sebelum dunia ini ada; jauh sebelum orang-orang pemberontak terhadap Allah itu dipilih atau ditarik oleh Bapa atau diberi karunia untuk percaya atau datang kepada Kristus, ada atau eksis di dunia ini – bahkan dalam keadaannya yang memberontak terhadap Allah! Bukan oleh karena Allah tahu bahwa dia akan percaya, sebab Yesus mengatakan bahwa manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang; Yesus mengatakan bahwa manusia ada dalam kegelapan! Jika demikian maka pemilihan Allah memang bukan karena manusia itu mampu membuat pilihan baik kelak, namun semata karena Allah MEMBERIKAN atau Bapa menarik atau Bapa mengaruniakannya!
Memahami hal ini akan sangat membantu untuk memahami Pilatus dan orang-orang Israel yang lebih MEMILIH Yesus Barabas daripada Yesus Kristus untuk dibebaskan. Sekaligus memperlihatkan bahwa Predestinasi pada dasarnya dan jantungnya, justru memperlihatkan bahwa manusia memang adalah tawanan Iblis yang secara sukarela memilih dalam kesadaran penuh untuk menolak terang. Bukan sebuah paksaan. Predestinasi atau tindakan Bapa MEMILIH untuk menyelamatkan siapa yang Dia kehendaki atas manusia yang MENOLAK DIA memperlihatkan sebuah kasih yang besar dalam diri Allah tanpa melenyapkan keadilan yang tetap harus berlansung penuh. Tak ada kewajiban bagi diri-Nya untuk menyorotkan terang kepada seorang manusia agar dia lepas dari kegelapan sehingga dapat datang kepada Dia.
Yesus memang secara terus terang berkisah tentang pemilihan yang erat hubungannya dengan Predestinasi baik dalam hal yang positif dan negaatif, seperti digambarkan secara lugas dalam teks ini :
Yohanes 13:18 "Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih." Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.
dan tentu saja ayat-ayat lainnya yang telah saya sajikan sebelumnya dalam bagian ini terkait "Bapa mengaruniakan" bagi siapa yang dapat datang kepada Yesus.
Predestinasi Negatif, Allah Yang Tak Adil & Bengis ?
Hal ini sebetulnya sudah terjawab kala saya secara padat menjelaskan perjamuan paskah penderitaan yang dirindukan oleh Yesus. Pada teks yang saya rujuk itu, pun Yesus bukan hanya membuat predestinasi negatif terkait kematiannya, namun juga terkait pengkhianatan Yudas. Saya sudah ulaskan secara khusus kasus Yudas ini pada bagian-bagian terdahulu.
Saya akan mengambil kasus Yudas untuk memberikan jawaban apakah Allah tidak adil dan bengis terkait predestinasi negatif. Saya hanya mengutarakan kembali dari apa yang telah saya sajikan pada seri-seri sebelumnya.
Peristiwa penghianatan oleh Yudas adalah peristiwa yang telah dipredestinasikan atau telah ditentukan sebelumnya HARUS terjadi namun sekaligus merupakan peristiwa alamiah yang dilaksanakan oleh Yudas Iskariot dalam kemerdekaannya sebagai manusia yang berpikir dan dapat menimbang apa yang harus dia lakukan. Kita bahkan telah melihat secara vulgar keambisiusan Yudas dalam balutan semangat berapi-api untuk mewujudkan skenario dan persekongkolannya dengan para lawan Yesus yang tak kalah ambisius. YESUS yang tahu sekali akan siapa-siapa yang dipilih dan akan apa yang sedang berlangsung MEMILIH untuk MEMPERSILAHKAN YUDAS MELAKUKAN apa yang perlu dilakukannya. Yesus tidak melakukan apapun yang membuat Yudas menjadi jahat; Yudas menjadi jahat sebab dia berada dalam kegelapan dan bapanya adalah Iblis.
Jika anda meyakini bahwa manusia sanggup membuat pilihan atas dirinya sendiri maka anda tidak dapat mengecam Predestinasi negatif semacam ini sebagai Allah yang tidak adil, sebab apa yang dilakukan Yesus hanya memberikan kehendak bebas Yudas untuk melakukan pilihan-pilihan menjadi tuannya. Allah tidak merampas kehendak bebas Yudas, sebab Yesus berdiam saja tak mencegah Yudas. Dan seperti saya katakan dalam seri-seri sebelumnya, Predestinasi memang tidak memberangus kehendak bebas atau eksistensi manusia dalam kemanusiaannya.
Predestinasi negatif sekalipun memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada kehendak bebas manusia untuk membuat pilihan. Malangnya, pilihan manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada terang, telah merupakan pilihan mematikan bagi dirinya sendiri!
Saya tidak memilik dasar yang bagaimanapun untuk membuang predestinasi negatif sebagai hal yang membuat Tuhan sebagi monster dan bengis, sebab justru saya melihat bahwa dalam predestinasi negatif pun kita memiliki ruang untuk merenung, memikirkan dan merencanakan pilihan dan tindakan kita. Hanya saja dalam Predestinasi negatif Allah tidak melakukan intervensi atau membiarkan/memberikan ruang bagi hikmat dan pertimbang manusia menjadi tuhan atas dirinya sendirim sehingga berkuasa untuk sepenuhnya menjalankan apa yang telah menjadi niatan manusia tersebut.
Itu sebabnya, pada kesempatan ini, saya mengatakan bahwa Predestinasi baik positif ataupun negatif justru memperlihatkan ketakberdayaan manusia untuk menyelamatkan diri sendiri dan memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia adalah manusia yang berdosa-melawan Allah dalam nafsu yang menyala-nyala.
Ketika berbicara atau menyerang predestinasi negatif, maka pertimbangkanlah seksama hal-hal ini :
1 Korintus 2:14 "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani."
Efesus 2:1-2 "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
PILATUS BERINTERAKSI DENGAN YESUS DALAM PREDESTINASI NEGATIF
Yohanes 19:16-27 "(16) Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus.(17) Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.(18) Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.(19) Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."(20) Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.(21)Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."(22) Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."(23) Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.(24) Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.(26) Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"(27) Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Predestinasi Allah sejatinya bukanlah seperti penguasa otoriter yang berjalan dalam keperkasaan sambil memegangi cambuk dan tongkat pada kedua tangannya untuk memastikan bahwa manusia-manusia itu memenuhi apapun yang telah dipredestinasikan oleh Allah. Allah tidak pernah menggunakan cambuk dan tongkat untuk memaksakan sebuah penggenapan apapun yang telah ditetapkan sebelumnya atau yang telah dinubuatkan sebelumnya.
Faktanya, Alkitab secara konsisten memperlihatkan bahwa apapun yang telah dipredestinasi oleh Allah didunia manusia beserta dunianya telah berproses sebagai sebuah interaksi antarkeduanya, namun tentu interaksi yang sedemikian alamiah itu harus diberi sebuah peringatan keras sebagaimana Kristus memberikan peringatan kepada Pilatus "Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."(Yohanes 19:11).
Setiap predestinasi Allah bukanlah sebuah pembodohan manusia-manusia yang berintelektual dan mandiri; predestinasi Allah secara luar biasa memberikan ruang kepada manusia untuk melakukan apapun yang baik menurut pandangan dan pertimbangan manusia itu (memuaskan hasrat-hasrat dagingnya); pandangan dan pertimbangan manusia yang asing dengan maksud dan kehendak Allah, yang juga buta untuk menangkap Allah yang kudus, apalagi jika dikatakan maha kudus, maha agung, maha mulia dan maha kasih.
Seluruh gerak tubuh dan pertimbangan dan keputusan Pilatus demikian juga dengan para prajurit yang digambarkan Yohanes 19:16-27 secara nyata memperlihatkan hal itu. Cara pandang mereka yang buta terhadap siapa Yesus telah mendorong diri mereka untuk melakukan kekejaman-kekejaman yang berujung pada penyaliban dan kematian Yesus kemudian. Allah tidak melakukan penghalangan dan sekaligus tidak perlu melakukan rekayasa apapun, sebab alami bagi manusia dalam kegelapan untuk melahirkan kejahatan-kejahatan.
Predestinasi Allah ketika itu adalah negatif merupakan ketentuan atau ketetapan Allah sebelumnya untuk memberikan ruang terbuka bagi ekspresi manusia berdosa seturut dengan kehendak-Nya untuk terjadi (sebab hanya jika Dia memberi ruang untuk terjadi maka dapat terjadi). Dalam kasus Yesus Kristus, kita mendapatkan mulai dari setiap individu yang "teragung" hingga rakyat jelata tak kuasa untuk melepaskan diri dari jerat hasrat dagingnya yang jelas-jelas merupakan seteru terhadap Allah akibat dosa. Hanya oleh sebuah tindakan Allah saja manusia dapat ditolong atau diselamatkan dari kondisi yang sungguh celaka ini (baca Roma 5:9-11, Yohanes 10:28-29, Ibrani 2:16-17; bandingkan dengan Imamat 6:30, 2 Tawarikh 29:24).
"Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus ," akhirnya sang Pilatus yang mengetahui secara pasti bahwa tiada kesalahan yang beralasan pada Yesus (Yohanes 19:6) sehingga ada dasar baginya untuk menjatuhkan hukuman atas Yesus pun tak berdaya. Bahkan, telah kita lihat bersama-sama bahwa Pilatus berjuang keras untuk membebaskan Yesus bahkan dengan wewenang politiknya untuk mengajukan Yesus Barabas atau Yesus Kristus untuk dibebaskan (Matius 27:17,20-21). Pilatus yang diberi kuasa oleh Allah untuk memiliki kuasa atas Yesus untuk menghakiminya (Yohanes 19:10-11), ternyata tak berdaya untuk menaklukan keinginan massa (Yohanes 19:12-15). Setiap orang dari kerumunan itu bukan tidak menyadari kemungkinan yang kuat bahwa Yesus tak bersalah sama sekali seperti ditegaskan oleh Pilatus dalam cara yang tidak main-main (Markus 27:15-24), sehingga secara luar biasa mereka dapat berkata dalam cara yang tak akan terbayangkan oleh siapapun, mempertaruhkan masa depan keturunan mereka , dengan berkata "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Demi memuaskan nafsu untuk melihat Yesus Kristus yang disalibkan dan bukan Yesus Barabas, maka mereka merelakan tak hanya diri mereka mendapatkan ganjaran keras namun juga anak-anak mereka! Para orang tua rela anak-anaknya jatuh kedalam sebuah ganjaran yang tak sepantasnya mereka tanggung, namun apa daya mulut para orang tua-para manusia yang dikuasai hasrat daging ini telah buta atas kebenaran-kebenaran alamiah sekalipun, bahwa orang tua seharusnya melindungi anak-anaknya.
Pilatus menyerahkan Yesus adalah sebuah tindakan teramat final untuk terjadi dalam sebuah kepastian sebab Yesus berkata bahwa Allah telah memberikan kuasa kepadanya; sama derajatnya dengan aksi yang dilakukan oleh Yudas, sebab Yesus berkata haruslah genap apa yang tertulis. Baik Yudas dan Pilatus melakukan penyerahan Yesus sebagai manusia-manusia yang mandiri dalam keinginan, dalam pertimbangan dan dalam tindakan. Tidak terjadi baik pada Yudas Iskariot dan Pilatus mereka menjadi robot. Predestinasi berinteraksi dengan manusia dan dalam hal ini manusia-manusia memiliki kemerdekaan untuk melayani nafsu-nafsunya. Nafsu-nafsu yang telah membutakan nurani untuk melihat siapa yang penjahat, bahkan tak lagi mampu melindungi anak-anaknya dari sebuah konsekuensi yang tak sepantasnya ditimpakan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Predestinasi bukan sekedar penentuan sebelumnya atas manusia dan peristiwa, namun disaat yang bersamaan justru memperlihatkan realita terkelam dalam diri manusia bahwa manusia membutuhkan Juru selamat yang dapat menyelamatkan dalam kepastian atas manusia-manusia yang berjalan dalam kegelapan dan mati, sesuai dengan kehendak-Nya.
Saya sudahi dulu bagian ini sampai di sini, agar anda dapat mempelajari dan merenungkannya. Saya berdoa agar Tuhan menerangi pikiran dan jiwa anda sehingga dapat memandang kemuliaan dan kasih Allah yang agung bagi dunia dan manusia yang berada dalam kegelapan.
Yohanes 3:18
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
1 Yohanes 4:13-16
Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
0 comments:
Post a Comment