Rela menerima hukuman Tuhan |
Posted: 01 Jul 2014 07:15 PM PDT Posted on Rabu, 2 Juli, 2014 by Saat Teduh Baca: 2 Samuel 16:1-14 Adalah mudah mengatakan kita mengasihi Allah ketika Dia memberkati kehidupan kita sesuai dengan keinginan kita. Namun kesejatian kasih kita akan terbukti melalui respons kita ketika Allah mengizinkan masalah menimpa kehidupan kita. Pelarian Daud dari Absalom jelas merupakan masalah besar bagi Daud. Ternyata, masalah lain datang menimpa melalui seorang dari kaum keluarga Saul, Simei (5). Ia mengutuki Daud sebagai penumpah darah keluarga Saul. Mungkin kutukan Simei berkenaan dengan peristiwa yang dicatat dalam 2 Samuel 21:1-14. Alkitab memang sering tidak memberikan kita catatan secara kronologis. Padahal Daud tidak pernah secara langsung menumpahkan darah keluarga Saul. Maka para pengikut Daud membelanya (9). Di sini kita melihat kebesaran hati Daud Bukan hanya Daud melarang anak buahnya membalaskan kutukan Simei kepadanya, ia malah membuka dirinya kepada Tuhan. Ia sadar dirinya tidak luput dari kesalahan masa lalu. Bukankah pelariannya dari Absalom merupakan akibat berlarut dari ketidaktegasannya mendisiplin rumah tangganya sendiri? Maka bagi Daud, lebih baik ia menerima kutukan Simei tanpa membela diri karena bisa jadi Allah sedang menegur dan menghukum dia melalui Simei. Inilah salah satu keindahan karakter Daud: hatinya selalu berpaut kepada Tuhan. Inilah respons orang yang sungguh mengasihi Allah. Daud juga mengenal Allahnya, Allah yang penuh dengan belas kasihan. Bahkan dalam murka-Nya, Ia tidak tega melihat orang yang Dia kasihi sengsara, dan akan membalaskan dengan yang baik nantinya (12). Di mata Tuhan, bahkan sebelum diurapi sebagai raja, Daud adalah seorang yang diperkenan di hati-Nya (1 Sam. 13:14). Karena kita menyembah Allah yang adil, yang dalam memberikan hukuman juga penuh dengan kasih sayang, marilah kita belajar seperti Daud, yang menerima dengan hati rela, apa pun kesulitan atau hukuman yang Allah berikan dalam kehidupan kita. Allah mengizinkan semuanya terjadi dalam kasih setia dan pemeliharaan-Nya yang sempurna. - Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Meninggalkan Tuhan Membuat Hidup Menjadi Sia-Sia Posted: 01 Jul 2014 04:33 PM PDT Posted on Rabu, 2 Juli, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yeremia 3 Tuhan menginginkan supaya bangsa Yehuda bertobat. Seruan pertobatan dalam relasi Allah dengan umat-Nya tidaklah mudah karena bangsa Yehuda telah meninggalkan Tuhan. Di sini, kita melihat bahwa kasih Tuhan pada umat-Nya luar biasa. Demikian pula, kasih Allah luar biasa terhadap orang percaya yang telah jatuh ke dalam dosa sampai begitu dalam, Allah berseru supaya umat-Nya bertobat dan kembali kepada Allah karena Allah sangat mengasihi umat-Nya. Dalam pasal ini, berkali-kali Tuhan mengatakan "kembali", baik dalam bentuk harapan Tuhan dari kesadaran umat-Nya (3:7), maupun ajakan langsung yang diserukan Tuhan kepada umat-Nya (3:12, 14, 22). Pada waktu itu, keadaan umat digambarkan seperti istri yang sudah tidak diinginkan lagi oleh suaminya karena perzinahan yang telah dilakukan istrinya sebagai bentuk gambaran dari penyembahan berhala yang mereka lakukan. Kata "kembalilah" menunjukan bahwa Allah tetap penuh belas kasihan dan mau menerima umat-Nya kembali. Allah menyediakan kesembuhan kepada mereka yang mendengar seruan pertobatan dan mau mengakui segala perbuatan dosanya, dan mau bertobat sungguh-sungguh (3:13, 22). Kesembuhan dari Allah akan mengubah kehidupan mereka sehingga hidup mereka dapat menjadi alat kemuliaan-Nya kembali. Seruan anugerah pemulihan ini harus diresponi dengan keseriusan: bukan hanya bersedih karena dosa, tetapi berubah. Bukan hanya menyesal, tetapi bertobat. [LH] Yeremia 3:13, 22a Filed under: Renungan Harian |
Posted: 30 Jun 2014 04:27 PM PDT Posted on Selasa, 1 Juli, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yeremia 2 Secara politik, umat Tuhan pada waktu itu sedang menghadapi ancaman dari bangsa yang besar, yaitu bangsa Babel. Di tengah keadaan seperti ini, mereka berusaha mendekati bangsa lain untuk mencari bantuan. Akan tetapi, di mata Tuhan, tindakan mencari dukungan kepada bangsa lain sama dengan menyepelekan dan meninggalkan Tuhan karena mereka meminta bantuan kepada bangsa yang menyembah berhala. Tindakan meminta bantuan terhadap bangsa yang menyembah berhala ini membuat mereka terjerat untuk ikut menyembah berhala. Di tengah pergumulan yang berat, seharusnya umat Tuhan berseru kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah menjadi padang gurun atau menjadi tempat yang gelap gulita bagi mereka (2:31). Allah memang membawa mereka ke padang gurun tetapi Allah menyediakan manna dan pemeliharaan. Allah memang membawa mereka berjalan dalam tanah yang gelap tetapi Allah menyediakan tiang api. Allah pasti menyediakan solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Nabi Yeremia menegur sikap umat Tuhan yang meninggalkan Tuhan, tidak mau datang kepada Allah saat menghadapi kesulitan, bahkan mereka berkata, "kami sudah bebas" (2:31). Perkataan, "kami sudah bebas" sebenarnya mengandung makna peralihan kekuasaan (bandingkan dengan Alkitab versi NKJV yang menerjemahkan perkataan tersebut menjadi, "we are lords"). Bukan Tuhan yang berkuasa menentukan keputusan dalam hidup mereka, tetapi diri mereka sendiri. Perbuatan umat Tuhan meninggalkan Tuhan dan tidak mau hidup mereka di bawah kekuasaan Allah merupakan tindakan sia-sia untuk mencari kenyamanan hidup. Demikian pula bagi orang percaya: Hidup akan menjadi sia-sia mulai saat seseorang meninggalkan Tuhan. [LH] Yeremia 2:13 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment