PEMIMPIN YANG AMANAH |
Posted: 01 Jul 2014 10:00 AM PDT
Baca: 2 Tawarikh 24 Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN selama hidup imam Yoyada. (2 Tawarikh 24:2) Bacaan Alkitab Setahun: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata amanah berarti sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain, dan adanya keamanan dan ketentraman. Pemimpin yang amanah dipercaya untuk membawa keamanan dan ketentraman bagi pengikutnya. Apa yang dititipkan? Wewenang untuk memimpin dan memerintah rakyat. Perlu diingat, wewenang itu berasal dari Tuhan sendiri (lihat Roma 13:1). Dengan kata lain, Allah memberikan kepada para pemimpin wewenang untuk memimpin dengan maksud untuk membawa keamanan dan ketentraman serta kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dengan jujur Alkitab mencatat bahwa banyak raja Yehuda dan Israel yang tidak menjalankan amanah itu dengan baik. Beberapa raja Yehuda pada awal kekuasaannya berlaku sebagai raja yang benar di mata Tuhan, misalnya Raja Yoas (ay. 2). Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama. Setelah Imam Yoyada wafat, Yoas tidak lagi menaati kehendak Allah (ay. 17-22). Ia mengabaikan amanah kepemimpinan yang dipegangnya sehingga Allah menghukumnya dengan menyerahkan Yehuda ke tangan tentara Aram (ay. 23-24). Yoas sendiri mati terbunuh oleh pegawainya (ay. 25-26). Sebentar lagi kita melaksanakan Pemilu Presiden. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, mari kita memilih para pemimpin yang amanah: sosok yang memiliki karakter yang baik, integritas, dan komitmen untuk menjaga keutuhan bangsa. Pilihlah sosok yang nasionalismenya teruji, tidak korupsi, tidak cacat hukum, berpihak pada rakyat, dan menghargai kebhinekaan.—AAS KUALITAS SEORANG PEMIMPIN BISA DILIHAT DARI STANDAR Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 30 Jun 2014 10:00 AM PDT
Baca: 2 Korintus 5:11-21 Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2 Korintus 5:15) Bacaan Alkitab Setahun: Buku Bob Sjogren dan Gerald Robison, Teologi Kucing dan Anjing, ditulis dengan latar cerita tentang dua binatang piaraan, anjing dan kucing. Kucing berpikir, "Kau memberiku makan, Kau memberiku tempat tinggal, Kau mengelusku, Kau mengasihiku. Kau pasti… pelayanku!" Sedangkan anjing berpikir, "Kau memberiku makan, Kau memberiku tempat tinggal, Kau mengelusku, Kau mengasihiku. Kau pasti… Tuanku!" Orang dengan sikap seperti anjing memandang kebaikan Tuhan sebagai pernyataan kemuliaan-Nya. Ia menempatkan Tuhan sebagai Tuan, dan menyerahkan diri untuk melayani tujuan dan kemuliaan-Nya. Orang dengan sikap hati kucing, sebaliknya, memandang kebaikan Tuhan sebagai hal yang sudah seharusnya ia dapatkan. Ia menempatkan Tuhan sebagai pelayan, yang ada untuk melayani keinginannya. Kristus menebus kita dengan tujuan yang tidak berpusat pada diri kita, melainkan pada diri Kristus (ay. 15). Tanpa Kristus, kita akan hidup dalam kesia-siaan dan mengakhirinya dalam penghukuman. Kematian dan kebangkitan Kristus menjadikan hidup kita menjadi berarti dan penuh pengharapan. Kita menerima anugerah keselamatan bukan untuk menyia-nyiakan anugerah tersebut, melainkan untuk menjalani hidup yang dipersembahkan seluruhnya bagi Kristus, dengan kekuatan anugerah-Nya (Rm. 12:1; 1 Kor. 15:10). Bagaimanakah kecondongan sikap hati kita terhadap Tuhan? Seperti sikap kucing atau anjing? Kita menyerahkan diri untuk melayani Tuhan atau kita mengharapkan Tuhan melayani kita?—JOO ANUGERAH YANG MENYELAMATKAN KITA ADALAH JUGA ANUGERAH Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment