Letak Ketenangan Hidup |
Posted: 05 Jul 2014 07:15 PM PDT Posted on Minggu, 6 Juli, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yeremia 7 Pada pasal 7, Nabi Yeremia dengan otoritas dari Tuhan membongkar kemunafikan dalam kehidupan rohani umat Tuhan. Nabi Yeremia menemukan bahwa kehidupan umat Tuhan seperti amat antusias datang ke rumah Tuhan pada hari perayaan (7:2), tetapi kehidupan mereka sama sekali berbeda dengan apa yang diinginkan Tuhan. Mereka melakukan ketidakadilan, menyembah berhala, dan melakukan kejahatan (7:5-6). Mereka menganggap ibadah sebagai alat untuk mencari pertolongan, namun hati mereka masih terus menerus sesat. Kehidupan ibadah tanpa pertobatan tidak akan menghasilkan relasi dengan Tuhan yang sesungguhnya. Tuhan tidak dapat ditipu karena Dia mengetahui isi hati manusia (Yesaya 29:13). Kehidupan ibadah mereka hanyalah suatu tradisi berbentuk ibadah yang diulang dari generasi ke generasi. Sejak dahulu, mereka telah mengetahui bahwa bait Allah merupakan tanda kehadiran Allah di tengah bangsa tersebut. sehingga perkataan "bait Allah, bait Allah, bait Allah" sebenarnya mengungkapkan kesombongan yang berkaitan dengan fisik bangunan. Allah telah mengingatkan bahwa diri-Nya tidak sama dengan bait-Nya (Yeremia 7:6-7). Menghampiri Tuhan tidak sama dengan datang ke dalam bait-Nya karena Allah bukanlah simbol. Allah adalah Pribadi yang hidup yang menciptakan dunia dan yang merencanakan keselamatan manusia dari dosa. Relasi Allah dan manusia tidak dapat terlepas dari masalah iman. Celakalah orang munafik yang menjalankan agama sebagai sekadar ritual (upacara) yang tidak mempengaruhi kehidupan.Mereka tidak akan merasa aman bila kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka melawan Allah. [LH] Yeremia 7:14 Filed under: Renungan Harian |
Merespons penderitaan secara berbeda Posted: 05 Jul 2014 07:14 PM PDT Posted on Minggu, 6 Juli, 2014 by Saat Teduh Baca: Mazmur 137 Mungkinkah orang Kristen menaikkan nyanyian syukur kepada Tuhan saat menderita, memikul salib? Sangat mungkin! Buktinya, Paulus dan Silas di penjara Filipi (Kis. 16:25). Mengapa mereka bisa memuji Tuhan di tengah penderitaan itu? Karena mereka melihat penderitaan itu sebagai kehormatan untuk melayani Dia yang sudah menderita bahkan mati bagi mereka. Tidak demikian dengan umat Israel saat dalam pembuangan di Babel. Mereka hanya bisa menangis dengan hati remuk redam penuh kepedihan saat mereka jauh dari Yerusalem, kota suci yang mereka yakini sebagai tanda penyertaan Tuhan, dan saat mereka menyadari tidak mungkin beribadah di bait Allah karena sudah dihancurkan oleh musuh. Hati bertambah sakit karena musuh mengejek mereka dengan menyuruh menyanyikan lagu-lagu sukacita mengenai Sion. Ejekan itu seolah mau berkata, di mana Allahmu, di mana kemegahan ibadahmu? (bdk. Mzm. 42:4, 11). Hanya saat mereka mengakui keberdosaan mereka dan menerima cara Allah dalam mendisiplin mereka, barulah mazmur keluhan ini bisa bernada lebih positif, nada pengharapan. Pengharapan bahwa Yerusalem satu hari kelak akan menjadi kembali tempat beribadah kepada Tuhan (5-6). Pengharapan bahwa Allah yang adil akan membalaskan kejahatan musuh setimpal (7-8). Dalam terang kasih Kristus, memang tidak mudah untuk memahami bagaimana pemazmur mewakili umat yang sedang menderita bisa meminta pembalasan kejam terhadap para musuh. Satu hal yang pasti, bahwa di dalam Kristus semua penghukuman atas dosa sudah ditimpakan ke atas-Nya. Kita tidak perlu berdoa seperti pemazmur untuk pembalasan. Sebaliknya kita bisa berdoa memohonkan belas kasih Allah, yang sedang kita alami dalam wujud pendisiplinan rohani, bagi para musuh. Mereka pun membutuhkan kasih-Nya agar dapat diselamatkan! - Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 04 Jul 2014 07:27 PM PDT Posted on Sabtu, 5 Juli, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yeremia 6 Saat menyerukan kebenaran firman Tuhan kepada umat Tuhan, Nabi Yeremia mengalami tantangan yang hebat dari umat Tuhan sendiri. Mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia. Hal ini membuat Nabi Yeremia bertanya-tanya kepada siapa dia harus berbicara dan bersaksi? Siapa yang mau memperhatikan dia? Respons negatif umat Tuhan diungkapkan sebagai "telinga mereka tidak bersunat" (6:10). Ungkapan tersebut memiliki arti penolakan terhadap pengajaran yang benar. Firman Tuhan menjadi "cemoohan" (6:10), artinya mereka mencela, memandang rendah firman Tuhan. Mereka "tidak menyukai" firman Tuhan (6:10). Sikap seperti itu bertentangan dengan ciri umat Tuhan dalam Mazmur 1:2, yaitu "kesukaannya ialah Taurat Tuhan". Mengapa mereka tidak menyukai firman Tuhan? Karena kebenaran firman Tuhan bertentangan dengan kesenangan mereka. Umat Tuhan telah menyerahkan diri pada kejahatan (6:7). Tanpa mereka sadari, hidup mereka yang tidak mempedulikan firman Tuhan membawa mereka berhadapan dengan murka Tuhan. Firman Tuhan sangat berguna bagi kehidupan orang percaya, yaitu untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakukan, mendidik, menasihati, menegur (2 Timotius 3:16; Efesus 6:4; Kolose 3:16) yang semuanya itu membuat kita bisa bersukacita di dalam Tuhan. Akan tetapi, nampaknya umat Tuhan lebih menyukai kesenangan di luar kehendak Tuhan, sehingga mereka menolak kebenaran Tuhan yang disampaikan oleh nabi-Nya. Ingatlah bahwa kesenangan hidup kita seharusnya bukanlah didasarkan pada kenikmatan kesenangan duniawi, tetapi pada ketaatan terhadap kebenaran firman Tuhan yang menjadi kesukaan kita. [LH] Yeremia 6:10 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment