Mendengar untuk berkata-kata |
Posted: 24 Nov 2013 03:19 PM PST Posted on Senin, 25 November, 2013 by saatteduh Baca: Yesaya 50:4-11 Kita sering mendengar ungkapan seperti ini: Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga, dua mata, tetapi satu mulut. Maka, lebih baik banyak mendengar dan melihat, sedikit berbicara. Setuju? Atau, ungkapan "No Action, Talk Only" (bicara saja, tak ada tindakan). Nubuat ketiga Sang Hamba ini ialah mengenai bagaimana Allah mempersiapkan Sang Hamba agar dapat menjalankan tugas Mesianik-Nya. Ia belajar "mendengar seperti seorang murid" (4b). Yaitu mendengar pengajaran sang Guru. Juga mendengarkan yang didengar sang Guru, termasuk di keluh kesah umat yang menderita oleh belenggu dosa. Tujuan mendengar ialah agar dapat berkata-kata yang benar, yang menghibur dan membangun semangat mereka yang membutuhkannya (4a). Berlatih mendengar merupakan sebuah proses. "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku" (5). Mendengar bisa menjadi pekerjaan yang sulit: membosankan karena pengajaran yang diulang-ulang, membuat stres karena mendengar keluh kesah akan beban kehidupan yang berat, serta mendengar untuk menaati tugas yang diberikan. Mendengar membutuhkan ketaatan dan komitmen penuh murid kepada sang Guru (5). Setelah mendengar harus siap melakukan setiap perintah Tuhan, siap berkata-kata kebenaran yang bisa ditolak dan berisiko dibungkam (6). Jadilah murid Kristus dengan meneladani-Nya sebagai Sang Hamba. Dengarkan firman Tuhan dan taati, apa pun risiko yang harus kita tanggung. Kristus menyertai dan memberi kita kekuatan. Dunia tidak dapat memfitnah apalagi menghancurkan kita saat kita melakukan tugas kemuridan kita. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 24 Nov 2013 03:18 PM PST Posted on Senin, 25 November, 2013 by saatteduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: 2 Samuel 4 Raja Daud menghargai Raja Saul—yang dipandang sebagai seorang raja yang diurapi Tuhan—dengan ketulusan, tanpa maksud mencari aman atau mencari keuntungan. Walaupun Raja Saul memusuhi Daud sampai menjelang akhir hidupnya, sikap Raja Daud tidak berubah: Dia tidak membenci Raja Saul dan keinginan membalas dendam tidak pernah terlintas di dalam pikirannya. Kematian Raja Saul dan anaknya—Yonatan—tidak mengurangi penghargaan Raja Daud terhadap keluarga Raja Saul.Orang Amalek yang membunuh Raja Saul mengira bahwa dia akan dianggap berjasa oleh Daud, tetapi Daud justru membunuh dia (1:6-15). Sekalipun sering terjadi pertempuran di antara prajurit Raja Daud dan prajurit Raja Isyboset (3:1), tidak berarti bahwa Raja Daud membenci Raja Isyboset. Rekhab dan Baana—dua orang yang merupakan kepala regu penyerang—mengira bahwa mereka telah berbuat jasa melalui tindakan mereka memenggal kepala Isyboset. Ternyata bahwa mereka telah salah duga. Raja Daud justru menyuruh anak buahnya membunuh serta memotong tangan dan kaki mereka, lalu mayat mereka digantung di tepi telaga di Hebron (4:5-12). Ketulusan ungkapan rasa hormat Raja Daud terhadap seorang yang diurapi Tuhan —yaitu Raja Saul—merupakan teladan bagi orang Kristen pada masa kini, sekaligus merupakan teguran keras terhadap kemunafikan. Raja Daud memberikan penghormatan secara wajar, tidak menjilat atau mencari aman. [P] 2 Samuel 4:10-11 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment