Patah namun tidak terkulai |
Posted: 23 Nov 2013 04:42 PM PST Posted on Minggu, 24 November, 2013 by saatteduh Baca: Mazmur 119:81-96 Yesaya 42:3-4 mendeskripsikan sosok hamba Tuhan yang memiliki tugas menegakkan buluh yang patah terkulai, dan menyalakan kembali sumbu yang pudar nyalanya. Saat Sang Hamba melakukannya, Ia sendiri tidak akan pudar maupun patah terkulai. Itulah Tuhan kita, Yesus Kristus. Namun bagaimana dengan kita, hamba-hamba-Nya masa kini. Adakah sumbu kita sedang meredup dan akan padam apinya, atau kita sudah terkulai bagaikan buluh yang patah? Pemazmur di ayat-ayat 81-88 ini sepertinya ada pada kondisi serupa.Tekanan dari para musuh yang sombong (kurang ajar, 85) dan melawan Taurat membuat pemazmur merasa seperti kirbat (kantung minum yang dibuat dari kulit) yang tidak berguna karena sudah kering, sehingga digantung orang di dapur yang penuh dengan asap (80). Namun, pemazmur tidak kehilangan asa. Ia tetap percaya dan berharap kepada Tuhan, sesuai dengan janji firman-Nya. Oleh karena itu, di bagian berikutnya (89-96), pemazmur memuji-muji Tuhan dan firman-Nya. Tuhan yang Mahakuasa dan firman-Nya yang tidak berubah menjadi dasar dan kekuatan hamba-hamba Tuhan tidak sampai hancur. Betapa pun dunia ini dengan segala kekuatannya bisa menekan umat Tuhan, Tuhan jauh lebih berkuasa. Ayat terakhir bisa dimengerti sedemikian, betapa pun manusia bisa mencapai kesempurnaannya (paling tidak menurut anggapan orang sombong), Tuhan melampaui semuanya itu. Kalau Anda saat ini merasa sedang kering, patah, serta semangat dan iman Anda memudar, jangan menyerah. Kekuatan untuk bangkit memang bukan pada diri kita, melainkan pada Kristus. Dia yang sudah menang menghadapi segala pencobaan, Dialah yang akan memulihkan Anda sepenuhnya. Dia yang akan memberikan kekuatan ekstra sehingga Anda seperti burung rajawali, akan terbang tinggi bersama-Nya (Yes. 40:31) - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 23 Nov 2013 04:39 PM PST Posted on Minggu, 24 November, 2013 by saatteduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: 2 Samuel 3 Yoab adalah panglima perang Raja Daud yang telah teruji kesetiaannya. Dia telah mendampingi Daud saat Daud masih menjadi seorang pelarian yang dikejar-kejar oleh Raja Saul. Sayangnya, Emosi Yoab sering tidak terkendali. Yoab tidak bisa menerima kenyataan bahwa Asael, adiknya, telah tewas dalam peperangan yang wajar melawan Abner (2:19-23). Oleh karena itu, Yoab amat marah saat mengetahui bahwa Abner telah dilepaskan begitu saja oleh Raja Daud (3:23-25). Yoab membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa marah, padahal dia tidak tahu bahwa sikap Raja Daud itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh adanya kesepakatan antara Raja Daud dan Abner (3:20-21). Emosi yang tidak terkendali membuat Yoab membunuh Abner secara licik (3:26-27). Tentu saja tindakan Yoab ini disesalkan oleh Raja Daud (3:28-29). Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak alasan yang bisa membuat kita menjadi marah. Sekalipun rasa marah itu manusiawi, rasa marah tidak boleh dibiarkan, melainkan harus diawasi agar tidak membawa kita kepada perbuatan dosa. Bila kemarahan tidak kita kendalikan, kemarahan itulah yang akan mengendalikan kita dan kita akan terperanjat saat menyadari dampak kerusakan yang bisa terjadi bila kemarahan tidak kita kendalikan. Daud mengakui bahwa Yoab dan saudara-saudaranya —yang disebut sebagai anak-anak Zeruya—adalah orang-orang yang kemarahan mereka tidak bisa ia kendalikan (3:39). Bila Anda termasuk orang yang tidak bisa mengendalikan emosi—khususnya rasa marah—Anda harus menjadwalkan waktu untuk mengoreksi diri setiap kali rasa marah terlintas dalam pikiran Anda! [P] 2 Samuel 3:27 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment