SIAPA YANG HILANG? |
Posted: 19 Nov 2013 09:00 AM PST
Baca: Lukas 15:11-32 Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk. (Lukas 15:28) Bacaan Alkitab Setahun: Spontan kita akan menjawab: si bungsu. Ia meminta warisan kala sang ayah masih hidup, meninggalkan rumah, menghamburkan harta dalam pesta pora, memiskinkan diri, dan menggerogoti keluhuran martabatnya sebagai manusia. Lalu, saat tersadar akan kondisinya, ia terseok pulang, dan sang ayah menyambut dan memeluknya. Ya, si bungsulah si anak terhilang. Benarkah? Bisa jadi. Namun, jika kita menilik lagi kisahnya dengan baik, kita akan menemukan alternatif lain. Bukankah si bungsu yang kurang ajar ini akhirnya kembali ke dalam pelukan Bapa yang penuh kasih dan penerimaan? Sebaliknya, bukankah si sulung masih terus bergumul dengan kemarahannya hingga cerita berakhir? Bukankah ia tak mampu mengasihi adiknya seperti diteladankan sang ayah? Bukankah ia, karena merasa diperlakukan tidak adil, kehilangan kepekaan bahwa segala milik ayahnya adalah miliknya pula? Tidakkah si sulung sejatinya juga "hilang"? Jadi, siapa yang sebenarnya hilang dari kasih Tuhan? Jawabannya tergantung dari sikap batin dan sikap hidup orang terhadap kasih Tuhan yang lestari bak mentari. Bila orang mau membuka mata hati dan mengarahkan hidup kepada kasih Tuhan, sejauh apapun ia tersesat, ia dapat kembali pulang. Bila hati mati dan hidupnya beku dan kaku, sedekat apapun seseorang dengan Tuhan, bisa jadi ia tak tahu jalan menuju Tuhan, dan tersesat di tengah "terang" hari. Siapakah kita? Si bungsu atau si sulung? Siapapun kita, marilah pulang. Pulang ke dalam kasih Tuhan. Pulang ke lubuk hati-Nya.—DKL KELEMBUTAN HATI BAPA MENGUNDANG KITA UNTUK PULANG. Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 18 Nov 2013 09:00 AM PST
Baca: Yohanes 1:43-51 Kata Natanael kepadanya, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:46) Bacaan Alkitab Setahun: Seorang teman menceritakan pengalaman yang menjengkelkan di sebuah bandara di Amerika Serikat. Saat pemeriksaan paspor, entah mengapa tiba-tiba beberapa petugas membawanya ke kantor untuk diinterogasi. Rupanya mereka curiga karena kota asal teman saya, menurut informasi yang mereka ketahui, adalah sarang teroris. Perlu waktu berjam-jam bagi teman saya untuk meyakinkan bahwa dirinya "bersih" dan barulah petugas bandara mempercayainya. Nazaret berlokasi di pegunungan sebelah selatan Galilea, dekat persimpangan jalan kafilah besar dalam rute perdagangan era itu. Pasukan Romawi yang bertugas di Galilea ditempatkan di kota kecil ini. Orang Nazaret selalu berhubungan dengan bangsa-bangsa dari seluruh dunia sehingga berita dunia cepat sampai kepada mereka. Mereka bersikap independen, tak terikat, sikap yang dianggap rendah oleh orang Yahudi lain. Barangkali inilah alasan di balik komentar Natanael. Ia berprasangka buruk dan menyamaratakan seluruh penduduk kota itu, padahal ada seseorang yang sungguh-sungguh baik tinggal di sana: Yesus, Sang Mesias. Kita semestinya berhati-hati agar tidak terlalu cepat berprasangka buruk dan menilai orang hanya berdasarkan asal-usul atau tempat tinggalnya. Belum tentu ia berperilaku buruk seperti dugaan kita, bukan? Kita menilai secara tidak adil, membangun tembok, dan tidak berinisiatif untuk mengenal orang lain secara mendalam. Jika kita bersikap seperti itu, bagaimana kita akan menunjukkan kasih Kristus kepadanya?—SYS KITA TIDAK AKAN MAMPU MENGASIHI SESEORANG Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment