Kasih Karunia dalam Penderitaan |
Kasih Karunia dalam Penderitaan Posted: 10 May 2014 06:34 PM PDT - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 16-17 Kehidupan manusia umumnya semakin lama semakin sulit, baik dalam hal pernikahan, pendidikan anak, pekerjaan, kesehatan, studi, komunikasi antar pribadi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita memerlukan kasih karunia untuk bisa memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama, apalagi Ayub yang mengalami penderitaan secara fisik dan psikis. Ketika dibombardir dengan tuduhan-tuduhan tak berbelaskasihan oleh teman-temannya, sedangkan Allah tidak menjawab seruannya, Ayub merespons secara spontan: Pertama, ia muak terhadap mereka, terutama terhadap Elifas yang sombong dan tak berperasaan, sehingga Ayub mengatakan, "Penghibur sialan kamu semua!" (16:2). Kedua, dia merasa tertekan bukan hanya karena perkataan Elifas, tetapi juga karena Allah diam. Ia merasa lelah karena Allah seolah-olah telah membuang dia dan keluarganya (16:7-8). Perhatikan perkataan Ayub selanjutnya yang penuh emosional tentang ketidakhadiran Allah (16:9-22). Ketiga, hati Ayub terasa remuk (17:1-16) sehingga ia berdoa meminta agar kematian menjemput dia (17:1, 11-16). Ayub merasa tidak sanggup menahan beban kehidupan yang mahaberat dan dia merasa telah sampai ke dasar kehidupan yang paling rendah. Ayub sangat membutuhkan kasih karunia yang berlimpah-limpah dari Allah agar dia kuat dan tabah menghadapi penderitaan yang tak terperikan itu. Jika Anda pernah dan sedang berhadapan dengan kondisi seperti Ayub (walaupun tidak separah dia), Anda membutuhkan kasih karunia yang berlimpah-limpah. Mintalah kepada Tuhan agar ia menguatkan hidup Anda. Berkonsultasilah dengan hamba Tuhan di gereja Anda dan berdoalah dalam kelompok orang beriman agar mereka dapat mendoakan pergumulan Anda. [Souw] 2 Korintus 1:5 Filed under: Renungan Harian |
Posted: 10 May 2014 06:32 PM PDT Posted on Minggu, 11 Mei, 2014 by Saat Teduh Baca: Mazmur 130 Pernahkah Anda 'terjebak pada jurang yang dalam'? Mungkin berupa penyakit tertentu yang menggerogoti tubuh. Bisa juga terlilit hutang sedemikian, sehingga hanya pemutihan saja yang dapat membebaskannya. Bisa jadi, pernah jatuh secara moral dan sekarang sedang diperas habis-habisan.Saat hal-hal seperti itu terjadi, pertanyaan yang bergejolak di hati biasanya ialah, dosa apa yang menyebabkan aku mengalami masalah yang begitu rumit. Itulah yang digumuli pemazmur. Tanpa menjelaskan situasi 'jurang' seperti apa yang dihadapi, pemazmur menyadari bahwa semuanya terjadi karena Tuhan sedang memperhitungkan dosa-dosanya. Pemazmur tahu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat meluputkan diri dari hukuman dosa yang Tuhan jatuhkan. Oleh karena itu, pemazmur hanya dapat berharap kepada Tuhan yang berdaulat, baik untuk menghukum (3) maupun untuk mengampuni (4). Justru karena mengenal kedaulatan Tuhan dan kasih setia-Nya, maka pemazmur pun memiliki keyakinan bahwa pengampunan Tuhan pasti akan diberikan setelah penghukuman-Nya dijatuhkan. Ibarat badai boleh menerpa, pasti suatu waktu mereda. Atau, malam boleh gelap, tetapi pagi pasti gemerlap (5-6). Bukankah hal itu sudah menjadi pengalaman berulang dalam sejarah umat Tuhan (7)? Berulang kali umat tidak setia, berontak pada pimpinan Tuhan, berselingkuh dengan ilah-ilah bangsa-bangsa lain, sehingga berulang kali juga Tuhan harus menghukum mereka secara dahsyat. Namun, setiap kali pula pengampunan-Nya diberikan! Itulah kasih setia-Nya. Jangan tunggu sampai Anda masuk jurang dulu baru berseru mohon belas kasih dan pengampunan Tuhan! Jaga hatimu, jaga juga perbuatanmu! Bila Anda saat ini sedang ada dalam jurang penderitaan karena ulah Anda bermain-main dengan dosa, biarlah Mazmur 130 ini menjadi doa pengakuan dosa yang jujur di hadapan-Nya. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment