Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 15 |
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 15 Posted: 01 May 2014 07:20 AM PDT Oleh : Martin SimamoraTuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian 14 Ketika anda berpendapat dan percaya bahwa Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat, mengacu pada kebanyakan fakta betapa manusia-manusia jahat dapat secara bebas melakukan kejahatannya dan Tuhan tidak mencegahnya; bahkan tidak terlihat bertindak sebagaimana Polisi akan segera bertindak mencegahnya bilamana dia berada di lokasi kejadian. Ini sebetulnya lebih dari sekedar benih-benih meragukan Tuhan; ini pada puncaknya akan meragukan keselamatan adalah tindakan kedaulatan Allah terhadap manusia, bahkan Allah sendiri melakukan penjaminan atas apa yang diberikan-Nya agar pada manusia itu( bandingkan dengan Efesus 1:3-6; Ibrani 6:17-18;Efesus 1:11, Yoh 1:12-13, KPR 4:12;Roma 8:28-29) Pemikiran bahwa Tuhan tidaklah seandal atau sehebat yang dikemukakan oleh Kitab Suci, pun telah sejak lama berkembang menjadi sebuah pandangan umum yang normal-normal saja dalam dunia yang tidak selalu membahagiakan ini. Hanya untuk sebuah contoh, pada bagian "parable of the madman," (perumpamaan orang gila) yang dapat ditemukan dalam karya Friedrich Nietzcshe berjudul "The Gay Science," halaman 119 [Nietzcshe sendiri dikenal sebagai filsuf yang menantang fondasi-fondasi Kristen], perhatikan kalimat-kalimat ini:
Kita tidak akan mengulas Nietzcshe sama sekali. Tidak sama sekali! Selain hanya hendak menunjukan bahwa meragukan Tuhan hingga derajat yang merendahkan serendah-rendahnya adalah hal yang sangat mudah menyerang kemanusiaan kita yang fana kala kita melihat sekeliling kita; kala kita membaca koran; kala kita menyaksikan berita-berita di TV; kala kita menyaksikan keadilan dapat diserongkan. Dan apakah menurutmu Allah benar-benar ada? Jika ada, mengapa Dia membiarkan kejahatan beranak pinak? Tetapi yang paling menakutkan jika peraguan terhadap Tuhan ini bersifat LATEN seperti "Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,"maka gereja sebetulnya sudah disusupi "ateisme" dalam dosis "ringan," namun ini sudah memiliki daya rusak permanen pada optik-optik mata orang-orang percaya. Ketika matanya melihat realita suram dunia ini maka akan dipersepsikan sebagai Tuhan telah kehilangan kebesaran dan kedaulatannya atau Tuhan tidak lagi Tuhan. Tidakkah sebetulnya pemikiran yang dicerminkan oleh judul artikel berseri ini, dapat dikatakan memiliki untaian gagasan yang sewarna dengan perumpamaan orang gila yang sekilas kita lihat baru saja, setidaknya? Dan itu adalah realita kehidupan kala seseorang terjerembab dalam situasi-situasi yang tidak selaras dengan ekspektasinya terutama bagaimana seharusnya Allah bertindak dalam situasi-situasi buruk (Coba bandingkan dengan Mazmur 73, dan bacalah bagian 6 pada artikel berseri ini) Bagaimana dengan Petrus, dalam memandang rentetan peristiwa buruk yang menimpa Yesus, sosok yang diandalkan, diharapkan, dan dipercaya? Melihat dan mengalami dari dekat, bahkan teramat dekat dengan PENDERITAAN dan KEMATIAN Yesus, sehingga membuatnya sedemikian takut bercampur tak percaya atas apa yang dialami sosok yang dia sebut sebagai Mesias – Anak Allah. Bagaimana mungkin dia yang melakukan berbagai mujizat; yang berkata AKULAH terang dunia (Yohanes 8:12); yang berkata AKULAH hidup (Yohanes 14:6), kini terlihat oleh mata para manusia tak berdaya dalam cengkraman tangan-tangan manusia. Bahkan dia mengatakan bahwa semua itu adalah hal yang harus terjadi (Lukas 9:22, Matius 16:21, Matius 27:63, Markus 8:31,Lukas 9:44,Lukas 17:25) sebagaimana yang telah DITETAPKAN SEBELUMNYA, dikatakan oleh kitab suci, teks-teks dalam Perjanjian Lama (Lukas 24:44, Lukas 1:21-22, Lukas 18:31, Lukas 22:37, Lukas 24:27, Lukas 24:46,)! Petrus menyajikan kepada kita sebuah kontras yang teramat tajam terhadap orang gila dalam perumpamaan Nietzsche tadi; terkait keberadaan Tuhan didalam dunia yang disesaki oleh kejahatan dan kebengisan, bahkan kematian yang menimpa Yesus, Petrus pada akhirnya tidak menuding Tuhan sebagaimana orang gila tersebut "
Petrus bahkan menyajikan sebuah realita yang sangat memesona terkait dahulu dan sekarang. Bahkan sekarang pada keadaan kita kembali kepada gembala, jiwa kita DIPELIHARA. (Ini mengingatkan saya pada perkataan- perkataan Yesus yang luar biasa sebagaimana anda akan temukan jika berkenan membacanya dalam Yohanes 10:27-30, Yohanes 6:37, Yohanes 15:9-10, Yohanes 17:9-12, Yohanes 18:9. Ada baiknya juga jika anda berkenan untuk membaca sebuah artikel terkait perihal ini) Tidakkah "tidak" (pada 1 Petrus 2:22-25) dapat dipahami sebagai sebuah kelemahan, sebuah ketakberdayaan Tuhan; sebuah penyerahan kedalam tangan para manusia (?). Manusia sukar untuk memahami Yesus adalah Anak Domba Allah? Tetapi juga salah besar jika hal itu digambarkan sebagai sebuah indikator bahwa Yesus bukan sosok yang memiliki kekuasaan dan kedaulatan, atau dinilai bahwa pada titik ini sedang tidak memiliki, sebab kekuasaannya pergi meninggalkan dia dan membuatnya berada dalam momentum SEMATA MANUSIA tanpa sama sekali keilahiannya; ini salah sama sekali ( Yohanes 10:17-18; Yohanes 10:11, Yohanes 10:15.) Petrus terlihat fantastis, untuk seseorang yang pernah menentang Yesus untuk pergi ke Yerusalem; yang pernah menghunuskan pedangnya tanda perlawanan terhadap ketetapan Allah yang mengurung seluruh kehendaknya sebagai manusia yang bebas. Sebetulnya dia sangat mungkin untuk terjerembab dalam pemikiran seperti Nietzsche, namun itu tidak terjadi bahkan dia dapat mengatakan :"Yesus telah dipilih sebelum dunia dijadikan," sebuah gagasan yang tidak mungkin lahir dari kemanusiaannya, sebab kini dia tidak lagi terkurung dalam ketakutan pada kedaulatan Allah dalam dalam menetapkan setiap peristiwa, bahkan sebelum dunia dijadikan! Ini adalah dosis yang demikian keras – membuat siapapun akan berpikir untuk menyingkirkan elemen penetapan sebelum dunia dijadikan. Tetapi, Petrus malah telah melihat kemuliaan pada kedaulatan Allah dalam pemilihan diri Yesus dalam skala yang menggentarkan siapapun juga: "sebelum dunia dijadikan." Ini sebuah gagasan Ilahi yang berimplikasi luas terhadap seluruh aspek sejarah manusia. Sejarah manusia dengan demikian telah menjadi Obyek kedaulatan Allah, sebab kedatangan Yesus ke dunia dalam bingkai Allah telah memilih dia sebelum dunia dijadikan adalah sebuah pengurungan dunia oleh kehendak Allah. Sejarah boleh bergulir kemana saja dia bergulir tetapi perjalanan sejarah itupun harus bersujud dihadapan Allah semesta alam! Sekarang, mari kita lanjutkan penjelajahan kita yang harus dilakukan. Kita akan melihat sebuah situasi yang akan membuat kita mengerti mengapa para murid meninggalkan dia dan melarikan diri; sebuah situasi mirip dengan yang dipaparkan Nietzcshe, namun Nietzcshe dalam kadar yang jauh lebih ringan. Kita akan melihat KEMBALI bahwa peristiwa yang telah ditetapkan Allah sejak semula, tidaklah menjadikan para manusia seperti robot atau Allah harus melakukan sebuah rekayasa dalam diri para manusia agar selaras dengan apa yang telah ditetapkan, seolah Allah takut apa yang telah dia gariskan sebelumnya akan melenceng! PERINGATAN YESUS YANG SUKAR DAN MENGURUNG SEMUA MANUSIA DAN SEJARAHNYA
Ada dua elemen penting yang diungkapkan oleh Yesus Kristus dan kedua-duanya menggambarkan realita yang saling berlawanan satu sama lain tanpa dapat diperdamaikan dengan cara yang bagaimanapun.
Mengapa Perkataan Yesus Mengurung Semua Manusia dan Sejarahnya? Ini adalah pangkal yang menyebabkan semua murid Yesus, dan secara khusus didemonstrasikan oleh Petrus, menentangnya keras-sungguh-sungguh. Tidakkah anda ketika berbicara mengenai ALLAH TELAH MENETAPKAN SEBELUMNYA maka sebuah hantu sinisme akan segera "merajami" pikiran anda dengan beragam ketakutan, kecemasan dan kemungkinan sebuah kegilaan agamawi. Lupa, bahwa Yesus senantiasa tidak pernah melepaskan dirinya dari "semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Jika demikian tidakkah sukar dan mustahil bagi manusia untuk menuliskan sejarahnya bagi dirinya dan peradabannya sendiri? Tidakkah manusia dan sejarahnya sudah "dibengkokkan" oleh Allah agar seturut dengan kehendaknya. Mari kita lihat "yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi" sehubungan dengan Matius 26:53-56:
Akibat nyata terhadap para manusia sungguh teramat keras memukul nalar dan rasa manusianya, tidak ada yang kuasa untuk menerimanya. Sebuah keadaan yang sama persis kala Yesus kepada murid-muridnya berkata : "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai."(Matius 26:31). Nah, bagaimana dengan anda ketika bertemu dengan fakta bahwa dihadapan Allah, dunia dan segenap aspeknya adalah OBYEK bagi KEDAULATAN ALLAH, sehingga menjadi alamiah saja ketika Alkitab mencatat Allah telah menetapkan sebelum dunia dijadikan. Sebagaimana pada bagian-bagian sebelumnya, bahwa perihal ini sama sekali ini tidak mengindikasikan manusia menjadi kehilangan kebebasannya; manusia menjadi tanpa konsekuensi dalam melakukan kejahatan seolah karena sudah ditetapkan sebelumnya maka secara naif dikatakan bebas berdosa sebab sudah ditentukan- jika itu terkait hal-hal buruk/kejahatan (coba bandingkan dengan penjelasan Yesus sendiri dalam Matius 26:24, dan bacalah ulasannya pada artikel berseri ini di bagian 13) Peringatan Yesus diatas, memang benar-benar peringatan yang harus diperhatikan; peringatan Yesus di atas tersebut, hendak memberitahu kepada semua pendengarnya bahwa peristiwa-peristiwa ke depan yang dinubuatkan akan terjadi adalah aktual, bukan main-main, bukan sandiwara. Sedemikian aktualnya sehingga tidak ada manusia yang akan melihat itu sebagai sandiwara; sedemikian nyatanya sehingga tidak ada manusia yang akan tetap percaya siapakah Yesus sebagaimana yang hendak dikemukakan oleh Bapa; sedemikian nyatanya siksaan, derita dan kematian itu sehingga para murid sendiri pun tidak lagi sanggup melihat Dia sebagaimana Dia yang mereka kenal sebelumnya. Ketika Yesus menghadirkan elemen yang berasal dari Sorga : "digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci,"maka ini bagaikan sebuah "clash" yang menggentarkan semua elemen dunia dan semesta; tidak bisa ada elemen-elemen dunia melarikan diri dari-Nya dan tidak memberikan hormat dan sujud. Mengapa? Sebab KETETAPAN ALLAH adalah TUAN atas semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah manusia; segenap manusia dan sejarahnya dengan demikian seperti dalam "kurungan" SANG TUAN, pemilik Sejarah. Kedaulatan Allah melalui sejarah yang menjadi obyeknya dapat mempertontonkan betapa dosa yang menyandera manusia akan melahirkan penentangan-penentangan terkeji terhadap Allah dalam kehidupan manusia yang terpisah dari Allah. Sebuah fondasi tak terbantahkan mengapa manusia PASTI SENANTIASA memerlukan Tuhan, ketika berbicara penaklukan kuasa dosa yang membelenggu manusia. Sehingga tidak akan pernah ada satu titik peristiwa yang tidak dalam kendali Allah atau merupakan Obyek kedaulatan Allah- seolah-seolah ada dimensi di dunia fana ini luput dari jangkauan kuasa Allah. Bahwa Yesus memang harus mengalami siksaan dan kematian dalam sebuah cara keji namun yang memang dikehendaki, dan telah ditetapkan sebelumnya. Tidak ada sedikitpun yang menyimpang dan tidak ada sedikitpun yang salah! Mengapa Yesus, baru pada momen ini ditangkap? "...Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah... Matius 26:53-56 ," demikian Yesus berujar. Dan sekali lagi, Yesus akan memperlihatkan hal yang terlampau besar dan menakutkan bagi manusia; dia sekali lagi memperlihatkan bahwa termasuk dalam setiap peristiwa kelam tidak dapat sama sekali dimaknai sebagai Allah tidak hadir didalamnya. Perhatikan jawab Yesus ini : "Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Bandingkanlah dengan teks-teks di bawah ini, untuk melihat bahwa sejarah manusia adalah Obyek kedaulatan Allah:
Apa yang sedang dinyatakan oleh teks-teks tersebut? Bahwa peristiwa-peristiwa kelam sekaligus kebangkitan (bahagia) dalam bingkai "Allah telah menetapkan sebelumnya," tidak serta merta membuat manusia menjadi robot bahkan terlihat nyata bahwa keinginan untuk membunuh atau membinasakan Yesus adalah nafsu alamiah pada diri mereka, dengan kata lain Allah tidak perlu sama sekali menanamkan kebencian dan memaksakan manusia untuk merancang konspirasi jahat nan licik atas diri Yesus. Malahan kita menemukan bahwa sekalipun demikian besarnya nafsu dan upaya untuk menangkap dan membinasakan Yesus, tidak ada satupun yang terwujud SAMPAI waktunya tiba/genap/selaras dengan kehendak-Nya! Manusia beserta sejarah dunia benar-benar merupakan Obyek dihadapan Kedaulatan Allah! Dalam hal ini, Allah tetap pemilik dan pemegang pena yang menuliskan sejarah pada peradaban manusia, bukan sebaliknya manusia menuliskan apa yang seharusnya dituliskan oleh Allah pada manusia.
Allah sama sekali tidak berupaya apapun untuk memastikan kematian Yesus agar "digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci ." Tidak ada sedikitpun Allah seolah memasok kebencian sebesar-besarnya agar Yesus pasti mati! Bahkan sebetulnya kita menemukan sebuah kemungkinan bagi Yesus untuk lolos dari pengadilan manusia, namun dalam hal ini tidak ada Allah kemudian berupaya melakukan koreksi. Sebaliknya, keinginan kuat para manusia untuk membinasakan Yesus, itulah yang "memastikan" jalannya pengadilan akan menyudutkan Yesus pada sudut kematian. KETETAPAN ALLAH telah membingkai sejarah manusia untuk berjalan selaras dengan apa yang dipikirkan oleh Allah; secara bersamaan tidak sedikitpun kebebasan manusia untuk berbuat sejahat-jahatnya diberangus:
Para manusia ini tidak memiliki dasar sama sekali untuk menghukum mati Yesus, bahkan dengan saksi palsu sekalipun yang banyak jumlahnya tidak ditemukan kesaksian palsu. Bandingkan dengan pengadilan di dunia betapa sebuah kesaksian palsu sudah dapat menjebloskan seorang tak bersalah kedalam penjara. Pada Yesus ini tak terjadi! Tidakkah seharusnya ini dilihat sebagai sebuah indikator bahwa pada titik buruk ini pun Yesus masih tetaplah sosok yang tidak kehilangan kemegahannya sebagai Mesias yang memiliki kemuliaannya SENDIRI di sorga :"TIDAK DITEMUKAN DASAR UNTUK MEMBUNUHNYA SECARA LEGAL." Namun perihal semacam ini, tentu terlampau redup kemilaunya untuk dapat dilihat oleh manusia. Malahan Yesus pada akhirnya menjadi bersalah bukan karena telah ditemukan pelanggarannya, namun disebabkan oleh pengakuan akan siapakah dia sesungguhnya yang sangat agung dan mulia; yang sepatunya hanya dimiliki oleh Allah :
Yesus memang pernah mengatakan "Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari ," namun yang Yesus maksud adalah dirinya bukan Bait Allah sebagai bangunan :
Dan..., jika yang dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagai menghancurkan Bait Allah adalah tempat untuk beribadah kepada Allah, maka tentu saja ini sebuah maksud yang teramat jahat, sehingga tuduhan yang dilemparkan oleh dua orang ini menjadi sangat serius dan perlu dijawab oleh Yesus. Tetapi, Yesus tidak menjawab sama sekali :" Tetapi Yesus tetap diam" Pasti tak diragukan lagi, diamnya Yesus ini membangkitkan kejengkelan yang luar biasa: "Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Namun, disaat yang sama, pertanyaan yang diawali dengan sumpah ini telah menyingkapkan apa yang sesungguhnya menggusarkan Imam Besar, yaitu "kemesiasan Yesus." Benarkah dia Mesias?
Yesus pada dasarnya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Mesias. NAMUN dia tidak berhenti di situ, malahan Yesus dalam peristiwa kelam ini menyingkapkan hal-hal teramat mulia akan siapa dirinya, Mesias yang tidak berasal dari dunia ini dalam sebuah cara yang tak terbayangkan : "mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit. " Tidak ada dan tidak mungkin ada seorang nabi, seorang mesias, seorang raja- keturunan Daud sekalipun, dipahami akan duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, apalagi datang di atas awan di langit. Dan ini pasti sukar untuk diterima, dan berujung pada tudingan yang teramat fatal :
Perkataan Yesus tersebut menjadikan Yesus melakukan kejahatan yang memastikan dirinya pantas untuk diganjar dengan hukuman mati; perkataan Yesus tersebut telah dipahami. Telah diinterpretasikan sebagai menghujat Allah; sebagaimana memang Hukum Musa menyataka bahwa penghujatan Allah akan diganjar dengan hukuman mati:
Dan keputusan untu menjatuhkan hukuman mati pun diputuskan saat itu juga:
Sebetulnya ini adalah keputusan yang tidak bulat sebab setidaknya ada satu yang tidak menyetujuinya, bernama Yusuf (Matius 23:50-51 "Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah."). Dan segera setelah itu situasinya menjadi semakin liar sebab mereka meludahi muka Yesus, tak cukup puas sekedar meludahinya, namun harus dipuaskan dengan meninjunya; orang-orang lain memukul dia. Dalam KETETAPAN ALLAH di peristiwa kelam kita malah melihat bagaimana dosa sedemikian jayanya menguasai manusia, membutakan siapa sebenarnya Yesus. Ya, bahkan para manusia menjadi sedemikian mahsyuk bercengkrama dengan sebuah mainan baru : Matius 26:68 "dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?" Kita telah melihat secara tajam dan vulgar betapa kejahatan manusia terlihat begitu berlimpah didalam benak dan hati manusia. Kreativitas manusia dalam mengorkestrasi sebuah kejahatan yang tak pernah dilakukan begitu brilian dan persisten. Allah bahkan tidak perlu sedikit saja melakukan pasokan gagasan keji kedalam diri manusia. Allah cukup memberikan ruang bagi manusia untuk mengaktualisasikan kejahatannya hingga ke titik "terindah" dan "tercanggih" yang mungkin untuk dilahirkan. Sejarah manusia dilakukan oleh manusia itu sendiri, namun mereka tidak pernah bisa menuliskan sejarah bagi Tuhan. Sebab Tuhan berada di atas Sejarah! Allah tak perlu merekayasa apapun agar APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH SEBELUMNYA BENAR-BENAR TERJADI. Tidakkah kita melihat para manusia tengah menikmati sekali sebuah permainan dalam sebuah peristiwa keji. Adakah rasa bersalah dalam diri mereka? Yang jelas mereka sedang mabuk kepayang melakukan sebuah permainan "tebak menebak tinju" terhadap Yesus. PETRUS DAN YUDAS DALAM BINGKAI KETETAPAN ALLAH Kita sudah melihat dan meneropong dua murid Yesus ini sejak bagian 12, bagian 13 ,bagian 11, dan bagian 10, dan kali ini kita akan melihat momentum yang terjadi. Petrus:
Tiga kali Petrus ditanyai perihal kedekatannya dengan Yesus. Kelihatannya Petrus lumayan tenar sebagai sosok yang menonjol mendampingi Yesus , dan sebanyak dia didatangi dan ditanyai orang maka sebanyak itu juga dia menyangkalinya. Bahkan dia terlihat berupaya berpindah tempat untuk menghindari dirinya dikenali oleh orang-orang. Namun tetap saja ada orang-orang yang mengenalinya. Ketenaran Yesus sungguh menyulitkan Petrus kala situasi tidak lagi berpihak kepada kenyamanan seorang Petrus. Pasti menyenangkan jika dapat turut menjadi tenar bersama dengan tokoh utamanya. Bukankah Petrus telah terlihat sedemikian menonjolnya berupaya mencegah Yesus masuk kedalam situasi yang sangat tidak dikehendakinya. Namun Kini Petrus merasakan sebuah sensasi yang menakutkan kala di dikenali sebagai seseorang yang dekat dengan Yesus, bahkan bahasanya pun telah menunjukan kedekatannya dengan Yesus! JELAS PETRUS TIDAK PERNAH MEMIMPIKAN HAL BURUK INI! Bahkan dalam situasi ini, dia tidak lagi sanggup untuk mewujudkan "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau-Matius 26-35," yang sebelumnya merupakan jawaban lantang kepada Yesus untuk membantah sebuah peristiwa yang telah ditetapkan sebelumnya (Yohanes 26:34). Petrus telah menyangkali Yesus bukan karena Allah telah mengimplankan sebuah perbuatan bohong kedalam dirinya, tidak sama sekali! Peristiwa yang nyata tersaji, bahkan teramat dekat dengan dirinya, telah merubuhkan keberanian-keberanian dan keyakinan-keyakinan yang berkobar-kobar sebelumnya, didalam kemanusiaannya. Keberanian-keberanian dan keyakinan-keyakinan Petrus lenyap bukan karena Allah harus menakut-nakuti Petrus, tetapi memang pada dasarnya dia tidak sanggup menanggung ketakutan yang disemburatkan melalui kejadian yang memilukan dan menghancurkan reputasi dan kemegahan Yesus dihadapan para murid-muridnya : "diludahi, ditinjui, dan dipermainkan dengan permainan tebak tinju." Mengapa Yesus tidak melakukan perlawanan atau setidak-tidaknya penghindaran sebagaimana sebelum-belumnya, yang mana Yesus dapat luput dari cengkraman tangan-tangan para musuhnya? Penetapan oleh Yesus atas peristiwa yang akan dialaminya, bukan soal fatalisme; bukan soal manusia menjadi robot; bukan karena telah ditetapkan maka si pelaku bebas dari segala konsekuensi! Bukan sama sekali, dan ini harus anda camkan, sebab jika anda bersikukuh dengan demikian anda sedang "menikam" kebenaran yang dikemukakan oleh Yesus sendiri! Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." Ketetapan Allah, oleh karena itu bukanlah sebuah perobotan manusia; bukan sebuah fatalisme; bukan sebuah kondisi manusianya menjadi terbebas dari konsekuensi! Kita bahkan dalam PENETAPAN ALLAH ATAS PERISTIWA JAUH SEBELUMNYA, kita begitu mudahnya mendapatkan semua hal "alamiah" terjadi secara sempurna : (1) Petrus teringat dengan perkataan Yesus mengenai penyangkalan 3x sebelum ayam berkokok dan (2) pergi ke luar , menangis dengan sedihnya. Kesedihan yang hebat mendera dirinya, menyadari bahwa dia SECARA SADAR oleh KEMAUAN SENDIRI telah menyangkali Yesus yang begitu dia kagumi,;Mesias yang sebelumnya telah dia bela mati-matian, bahkan dengan menghunuskan pedang, melukai salah seorang lawan Yesus. Perasaannya sebagai manusia tidak bisa mengabaikan realita ini. Sekaligus ini secara sempurna menjelaskan apa yang Yesus maksudkan dengan, perkataanya yang juga sukar untuk dimengerti :
Ini adalah perkataan Yesus terkait akan apa yang terjadi; sebuah peristiwa yang telah ditetapkan sebelumnya yang melibatkan banyak orang dan rentet perstiwa yang akan datang. Jika pun Petrus pada akhirnya tidak berakhir seperti Yudas, maka kita tahu Yesus telah mengemukakannya sebagai sebuah peristiwa yang akan pasti terjadi di masa mendatang selaras dengan kehendak Allah. Petrus memang pada akhirnya dapat bertahan bahkan kelak menjadi seorang rasul. Mengapa Petrus dapat bertahan? Apakah dia istimewa? Tidak! Faktor tunggalnya adalah: "Petrus adalah obyek kedaulatan Allah"; yang menyatakan bahwa Petrus adalah salah satu yang dikatakan Yesus sudah bersih SELURUHNYA; Petrus bukan orang yang dimaksud dalam kalimat Yesus : "hanya tidak semua." Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia." Kita dapat mengatakan secara pasti bahwa penetapan sebelumya oleh Allah terkait manusia-manusia atau dikenal sebagai Predestinasi, tidak sama sekali berindikasi bahwa manusia-manusia itu oleh Allah "dijejali" dengan sebuah kekelaman yang sedemikian kelamnya. Pada Yudas kita telah melihat betapa dia melakukannya dengan sebuah inisiatif penuh sebagai manusia yang mandiri! Yudas
Seperti halnya Petrus, Yudas memiliki sebuah penyesalan tersendiri. Walau keduanya menyesali masing-masing perbuatannya, namun jelas masing-masing terisolasi oleh dua jenis penyesalan yang menghasilkan buah yang berbeda! ( ini tidak bermaksud mengatakan bahwa ada jenis-jenis penyesalan dengan hasil berbeda)
Dapat dimengerti mengapa Petrus dapat teringat kepada Yesus dan Insaf, SEBAB Yesus berkata kepada Petrus :
Mengokohkan bahwa Petrus termasuk murid yang Yesus nyatakan : BERSIH, dan dengan demikian dia pasti bukan murid Yesus yang dimaksud dalam apa yang Yesus katakan : "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan. " Matius 26:24.
Tak hanya itu, Yudas tidak melihat Yesus sebagaimana Petrus melihat; Yudas HANYA MELIHAT YESUS SEBAGAI ORANG BIASA : "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Menunjukan bahwa tidak pernah ada sebuah intimasi terbangun didalam diri seorang Yudas yang sanggup membuat Yudas melihat siapakah Yesus Kristus. Tindakan Yudas YANG MENGAKHIRI PERSEKUTUAN DENGAN YESUS, DAN DIPERSILAHKAN OLEH YESUS ( Yohanes 13:27) memang telah menceriterakan bahwa Yudas tidak pernah melihat Yesus lebih dari seorang Guru; tiada kegentaran yang sorgawi yang meliputi Yudas; Yesus selalu asing bagi Yudas. Dapat dipahami kemudian jika buah kejahatan yang dipersilahkan oleh Yesus agar Yudas melakukan apapun yang dia maui telah berakhir dalam sebuah wujud yang sangat tragis : menggantung diri, setelah pengembalian uang upah penghianatannya tidak diterima. Yesus tidak pernah menjadi sumber kehidupan apalagi kekuatan bagi Yudas. Bahkan kala Yesus hanya mendoakan Petrus, yaitu mendoakannya supaya tidak ditampi oleh Iblis, ini sederajat dengan tindakan Yesus tidak mengenyahkan Iblis pada Yudas yang dirasuki; Yesus MEMBIARKAN Yudas ditampi oleh Iblis sebagaimana dia tidak mengenyahkan Iblis yang merasuki Yudas (anda harus membaca seri-seri sebelumnya!); sebuah hal yang bertolak belakang pada kasus Petrus dimana Yesus mengenyahkan Iblis. Seharusnya Petrus akan dapat berakhir sama tragisnya dengan Yudas, namun ketika Yesus memilih untuk berdoa bagi Petrus maka apa yang harus terjadi pasti terjadi secara pasti, sebagaimana yang telah ditetapkan Allah sebelumnya. Sehingga kita dapat memahami ketika Petrus dalam epistelnya menuliskan demikian:
Petrus bisa lolos dari penampian Iblis, semata karena Yesus MEMELIHARA atau MENJAGA DIA DALAM DOA YESUS kepada BAPANYA! Jelas bukan karena kekuatan atau upaya yang bagaimanapun oleh Petrus. Sekali lagi, Allah sama sekali tidak merobotkan keduanya apalagi membodoh-bodohi mereka; Allah memberikan ruang yang teramat luas bagi keduanya untuk boleh memilih apa-apa saja yang ingin dilakukan atau diperbuat sejauh kedaulatan Allah memberikan ruang bagi keduanya. Tetapi jelas kita dapat melihat, jika pun Petrus tidak mengakhiri hidupnya, itu bukan karena Petrus hebat- bukankah dia menyangkali Yesus 3 x akibat kepengecutannya; bukankah Petrus beberapa kali berupaya menjauhkan Yesus dari kehendak Bapa? Hanya karena Yesus MAU berdoa (menjaga/memelihara) bagi Petrus maka Iblis tidak menampinya, seperti halnya Yudas. Dan demikianlah juga bagi semua orang percaya yang ditambahkan oleh Allah melalui pemberitaan Injil (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:41,47, KPR 4:4, KPR 5:14, KPR 6:7, KPR 9:31, KPR 9:35,KPR 11:21, KPR 14:1,KPR 14:21, KPR 16:5, KPR 17:12 – semua orang-orang percaya baru tersebut adalah buah doa Yesus : Yohanes 17:20) Kedua-duanya telah menuai buah-buah perbuatannya secara pantas; kedua-duanya telah berdosa; Petrus menyangkali Yesus 3X , sementara Yudas telah menghianati dan menjual Yesus 30 keping perak. Hanya saja Allah memilih untuk menyelamatkan Petrus pada situsi-situasi terkritis dalam momen kehidupan yang diarunginya; agar apa yang telah dikatakan nas dalam Kitab suci tergenapi! (bandingkan dengan Matius 26:47-56). Bahkan peristiwa penghianatan dan menjual Yesus senilai 30 keping perak adalah hal yang telah ditetapkan jauh sebelumnya oleh Nabi Yeremia, sebagaimana Injil Matius 27:9 menyatakannya! (jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini bacalah pada ulasan ini) Semua sejarah manusia tanpa kecuali telah menjadi obyek kedaulatan Allah; Kedaulatan Allah tidak memerlukan sebuah upaya ekstra untuk memastikan manusia-manusia berperilaku sebagaimana seharusnya atau sedemikian jahatnya supaya kejahatan keji ini tergenapi. Seolah manusia-manusia itu terlampau mulia dan kudus, sampai-sampai terlampau sukar bagi manusia untuk membuahkan dari dalam dirinya sebuah kekejian yang paling busuk bahkan tak terpikirkan oleh dirinya sendiri! Kita sudah melihat bahwa manusia selalu tergoda untuk mengatakan Tuhan sebagai lemah, tidak berdaya, tidak benar-benar berkuasa. Ada area-area dimana Dia MENYINGKIR, seolah Dia tidak berkuasa penuh dan agung atas semua ciptaannya (bandingkan dengan Yesaya 40:12, Nahum 1:3, Mazmur 48:7, 2 Tawarikh 20:37, Daniel 5:5-6, Kolose 2:9). Bahkan orang-orang yang mengaku Kristen dapat disusupi secara laten gagasan yang cenderung ateisme dalam bungkus " Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat." MIRIP dengan orang yang bertingkah gila sebagaimana Nietzcshe... yang berteriak "Aku mencari Tuhan," tanpa henti seolah Tuhan telah meninggalkan dunia ini! Bagaimana dengan anda? Semoga anda belum terjerambab sejauh itu. Berserulah kepadanya dalam doa agar Dia memulihkan dan memelihara imanmu selama engkau berjalan di dunia yang tidak akan pernah memberikan zona aman kepada imanmu. Bersambung ke Bagian 16 *** |
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment