Kematian sebagai realitas |
Posted: 05 Jun 2014 04:27 PM PDT Posted on Jumat, 6 Juni, 2014 by Saat Teduh Baca: 1 Samuel 31:1-13 Kematian Saul memang bagian dari penghukuman Allah atas ketidaktaatan Saul sebagai raja urapan Allah. Bersama dengan kematian Saul dan ketiga putranya, Israel pun kalah di tangan Filistin. Satu babak dalam sejarah kerajaan Israel selesai.Babak baru, akan segera dimulai, yaitu Daud sebagai raja Israel. Namun demikian, kisah ini seolah berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Daud mengintai. Artinya, kematian Saul layak untuk direnungkan bukan sekadar dari kegagalan Saul yang terus menerus disoroti di 1 Samuel ini. Sepertinya Saul memiliki kesempatan memilih bagaimana ia akan mati. Ia menolak mati di tangan musuh yang akan sangat mempermalukan dirinya maupun bangsanya, karena dia masih raja mereka. Oleh karena itu, ia meminta pembawa senjatanya untuk membunuhnya. Penolakan bawahannya tersebut membuat Saul akhirnya memilih membunuh dirinya sendiri, tetap dengan pertimbangan daripada jatuh ke tangan musuh dan dipermalukan. Benarkah kematian Saul dengan cara seperti ini terhormat? Kita melihat bahwa pada akhirnya mayat Saul dipermalukan oleh orang Filistin. Akan tetapi, kisah ini ditutup dengan tindakan kepahlawanan penduduk Yabesh-Gilead, yang menyelamatkan mayat Saul dari dipermalukan lebih lanjut oleh pasukan Filistin. Tindakan penduduk kota tersebut menunjukkan penghormatan mereka kepada sang raja yang diurapi Allah, yang walaupun dalam banyak aspek kehidupannya gagal secara menyedihkan. Daud juga tetap menghormati Saul sebagai raja Israel sehingga menangisi kematiannya (lih. 2 Sam. 1). Kematian memang realitas yang tidak bisa dihindari. Demikian juga, kita tidak bisa memilih cara kematian kita. Akan tetapi, cara kematian tidak terlalu penting. Yang jauh lebih penting ialah bagaimana kita mengisi hidup kita, sebelum maut menjemput kita dan bagaimana kematian kita di mata Tuhan. Ada hamba Tuhan yang mati saat melayani firman di mimbar. Indah sekali! Namun, banyak misionaris yang kematiannya mengerikan. Di mata Tuhan keduanya adalah hamba yang setia yang akan menerima mahkota kehidupan! - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 05 Jun 2014 04:26 PM PDT Posted on Jumat, 6 Juni, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Matius 11:28-30 Ketika kita mendengar kelemahlembutan sering kita artikan sebagai gabungan lemah dan lembut. Pengertian yang negatif terhadap kelemahlembutan karena kita belum memahami bahwa dalam Alkitab berarti gabungan antara kekuatan, kelembutan dan rendah hati. Pada dasarnya natur manusia adalah sombong dan egois. Tetapi ketika Roh Kudus memenuhi hati seseorang, ia akan menjadi rendah hati, taat dan lemah lembut. Dalam Alkitab—selain Musa (Bilangan 12:3)— Yesus adalah teladan teragung kelemahlembutan. Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu…karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Matius 11:28-29). Roh Kristus yang lemah lembut terlihat jelas pada saat Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak yang telantar seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36-38). Dan puncaknya pada saat disalib, Ia tidak mengasihani diri-Nya sendiri, tetapi justru memikirkan orang lain : penjahat yang percaya yang disalibkan bersama-Nya, masa depan Maria, ibu-Nya serta murid yang dikasihi-Nya, Yohanes (Lukas 23:42-43; Yohanes 19:25-27). Kelemahlembutan seperti ini bukan sifat yang alamiah. Hanya Roh Allah yang berdiam secara supranatural di dalam diri orang percaya yang bisa membuatnya berespons dengan lemah lembut terhadap setiap penganiayaan. Saat kita melihat orang menderita karena sakit, fitnah, permusuhan, kesepian ataupun jatuh dalam dosa; sudahkah kita—seperti Tuhan Yesus—berbelas kasihan menolong mereka dengan lemah lembut tanpa membiarkan dosa tetap berlangsung? [JS] Matius 5:5 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment