Apakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? - 2 |
- Apakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? - 2
- Apakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus?
- Datangnya Raja Damai Kedalam Dunia Yang Gemar Berperang
Apakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? - 2 Posted: 16 Dec 2013 05:39 AM PST Oleh : Martin SimamoraApakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? Bacalah lebih dulu bagian 1 Mengapa pada dasarnya dalam benak orang-orang Kristen, soal masuk surga atau neraka adalah hal yang teramat esensial untuk dianggap omong kosong apalagi hanya sekedar teori? Secara sederhana, Alkitab mengatakan bahwa kesudahan manusia setelah kehidupannya dimuka bumi hanyalah berujung pada dua kondisi kekekalan , entah berakhir di neraka atau di surga. Orang Kristen juga secara umum percaya bahwa kondisi kekekalan tersebut amat terkait erat dengan faktor Yesus Kristus, atau dengan kata lain Yesus Kristus adalah determinator/Penentu mutlak atas kondisi kekekalan seperti apakah yang akan dijalani seorang manusia setelah usai hidupnya di muka bumi ini. Sejumlah ayat dalam Perjanjian Baru menunjukan secara gamblang dan sulit untuk dibantah bahwa Yesus Kristus adalah determinator absolut. Ketika saya mengatakan determinator absolut maka yang dimaksud adalah :bahwa orang Kristen tidak dapat sama sekali mengurangi, mengekang, memperlakukannya sebagai variabel, mengurungnya dalam lingkup waktu/tempat dan kemasakinian, memperlakukannya hanya sebagai salah satu opsi penentu keadaan kekal kesudahan hidup setiap manusia. Tulisan ini bukan sebuah kajian mendalam apalagi sebuah eksposisi yang ketat, namun sebuah perspektif yang hendak memunculkan sejumlah hal kritikal untuk setiap kecenderungan-kecenderungan berpikir manusia yang melawan perkataan, fakta dan tindakan Yesus Kritus terkait perihal ini. Tetapi tentu saja sudut pandang saya sebagai penulis adalah :Yesus Kristus adalah Allah yang datang ke dalam DUNIA dengan mengambil rupa manusia, sehingga perkataannya (kebenaran yang disampaikannya) adalah ya dan amin dan kekal. Penulis percaya dengan apa yang Alkitab ungkapkan mengenai siapakah Yesus bahwa Dia adalah Tuhan. Konsekuensinya adalah : perkataan Yesus Kristus yang diucapkan 2000 tahunan lampau tidak dapat dikatakan sebagai kuno, sempit, tidak mengikuti perkembangan zaman. Sebab Yesus sekalipun manusia yang tunduk pada ruang dan waktu kala berada di bumi ini, firman yang diucapkan Yesus adalah kekal atau tidak terikat oleh ruang dan waktu, sama kekalnya dengan keberadaan dia yang telah ada semenjak kekekalan (bacalah Yohanes 1:1, Yohanes 1:3,Yohanes 8:58, Yohanes 10:30, Kolose 1:17, Wahyu 1:17-18) dan tidak mengalami reduksi ketuhanan dan kekekalannya kala dia masuk dan merendahkan dirinya seperti yang Bapa kehendaki untuk Dia lakukan. Kecuali jika orang Kristen itu menganggap Yesus sebagai pribadi yang baru ada dalam EKSISTENSI saat kelahiran di Betlehem dan tidak punya kuasa untuk menjangkau zaman di mana kita hidup kini, apalagi hingga kesudahan zaman ini. Hal lebih dramatis yang dapat dilakukan oleh seorang Kristen terhadap isu atau menentang kebenaran ini adalah : "Yesus tidak pernah katakan itu, penulis Injil tidak akurat dalam menuliskannya", atau yang lebih ajaib lagi jika orang Kristen itu mengatakan " tidak seharusnya Yesus berkata demikian, sebuah perkataan yang intoleran dan tidak menghargai kemanusiaan yang dikenakannya sendiri." PERKATAAN YESUS SEBAGAI PENENTU ABSOLUT ATAS UMAT MANUSIA ADALAH PERKATAAN YANG DISETUJUI OLEH BAPA
Matius 10:32-33
Ayat ini secara ringkas hendak mengatakan bahwa Yesus menyatakan kalau anda mengakui dia didepan manusia maka Bapa mengakui anda. Bila siapapun juga menyangkal Dia, maka Bapa menyangkal orang tersebut. Tidakah Yesus sedang menyetarakan dirinya dengan Allah sendiri? Yohanes 5:22-23
Ayat ini secara ringkas hendak menyatakan bahwa Bapa telah menyerahkan penghakiman SELURUHNYA kepada Anak, dengan tujuan agar orang menghormati Anak. Nah..hormat yang seperti apakah ini? Apakah sekedar hormat lazimnya dalam pergaulan manusia? TIDAK! Hormat disini menuntut adanya percaya atau iman orang tersebut, hormat disini menuntut pengenalan akan Tuhan yang tidak main-main, sebab selanjutnya Yesus memberikan apakah makna hormat yang Dia kehendaki : "sama seperti mereka menghormati Bapa." Luar biasa! Yesus menghendaki agar setiap orang menghormati diri-Nya dalam konteks orang tersebut beriman kepada Dia, dalam derajat orang yang mengenal Tuhan bagaikan anak mengenal atau akrab dengan ayahnya, sehingga orang tersebut sanggup memanggil Tuhan sebagai Bapa. Tidakah perkataan Yesus ini memperlihatkan bahwa Dia sedang menyetarakan dirinya sebagai Allah? Yohanes 5:24
Ayat ini secara ringkas hendak menyatakan bahwa Yesus bukan saja hakim yang akan menghakimi, bukan saja pribadi yang memang patut dihormati sama seperti menghormati Bapa, tetapi luar biasanya sebagai hakim yang kelak akan menghakimi pun memiliki kuasa untuk mengakibatkan seseorang tidak turut dihukum kelak dalam Penghakiman Terakhir sehingga memiliki hidup kekal. Hakim yang melampaui semua hakim manapun, hakim yang kekuasaan-Nya setara dengan kuasa Allah. Sang Hakim ini berkata bahwa: kalau anda MENDENGAR PERKATAAN-NYA (YESUS) DAN PERCAYA KEPADA BAPA YANG MENGUTUS DIA, maka anda MEMILIKI HIDUP YANG KEKAL, dan TIDAK TURUT DIHUKUM.
Sehingga dengan memahami kekuatan perkataan Yesus dalam Yohanes 5:24 maka Yohanes 14 :6 dimana Yesus berkata ""Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku, " adalah sebuah pekataan Yesus yang teramat normal dan tidak ada seorang Kristen yang boleh berkata bahwa ini adalah perkataan yang tak sepantasnya dikatakan oleh Yesus, apalagi mengatakan bahwa jika kekristenan masih memegang ayat ini adalah sebuah cara pandang yang sempit. Dengan menimbang bahwa Yesus telah mengajukan legalitas dan sumber legalitasnya melalui Yohanes 5:19 maka sikap kita sebagai orang Kristen adalah mengamininya dan menjunjung setinggi-tingginya dalam setiap aspek kehidupan di dunia ini. Yohanes 5:24 Sebagai Jangkar Penjelasan Mengapa Perbuatan Baik atau Kebaikan atau Orang Baik Tidak Dapat Masuk Surga Tanpa Yesus Kristus Kalau kita memperhatikan apa yang Yesus katakan, maka klaim Yesus yang menunjukan bahwa dia adalah Penentu Absolut atas umat manusia sesungguhnya masuk akal, amat rasional. Hal APA yang dikatakan Yesus telah memosisikan diri-Nya sebagai Penentu Absolut atas umat manusia terkait apakah seseorang itu masuk surga atau neraka? Bagaimana Yohanes 5:24 menjelaskan kepada kita mengenai hal yang termat prinsipil ini, bahkan saya anggap luput dari para pengkhotbah atau pendeta yang mengaku Kristen, sehingga berani mengatakan bahwa seseorang dapat masuk ke surga, tanpa perlu percaya atau beriman kepada Yesus asalkan dia baik, menjadi teladan baik, hidup dengan kualitas baik, dapat masuk surga? Maka disini, saya akan memunculkan sebuah pertanyaan yang akan membuat kita pertama-tama menimbang perkataan Yesus ini secara hati-hati. Saya sekarang akan mengajukan pertanyaan yang berfungsi sebagai timbangan-timbangan bagi anda untuk merenungkan sebuah hal teramat penting tak hanya di sini-saat saya dan anda hidup di bumi ini tetapi saya dapat pastikan konsekuensinya akan saya dan anda nikmati setelah kita menutup mata di bumi ini. Dan diharapkan akan membantu kita memahami pemaparan ringkas atas Yohanes 5:24.
Pertanyaan pertama, saya dapat memastikan bahwa tidak ada satupun manusia yang pernah tahu bagaimana menjangkau surga, selain Yesus yang berasal dari surga, kala ia membangkitkan Lazarus dari kematian, Yesus mengucapkan perkataan ini : " Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" ( Yohanes 11:42) Pertanyaan Kedua, kehidupan manusia setelah Adam dan Hawa diusir dari taman Eden secara praktis dan tak terbantahkan telah terjadi sebuah perubahan yang amat dramatis atas fakta hidup manusia pertama itu. Minimal saya dapat menggambarkannya seperti ini: dahulu ADAM dan HAWA hidup di taman Tuhan yang indah dan permai dimana Tuhan bisa mengunjungi manusia itu bercakap-cakap langsung tanpa takut atau cemas. Taman itu ada diciptakan bagi manusia Adam dan Hawa. Sampai sebuah peristiwa yang tak diinginkan oleh siapapun juga termasuk saya terjadi, sebuah peristiwa yang membuat Tuhan tidak lagi berkenan terhadap mereka untuk tetap ada di taman Tuhan yang indah. Ini adalah sebuah peristiwa yang membuat Tuhan harus mengusir manusia itu dari taman tersebut. Faktanya semenjak Adam dan Hawa diusir akibat dosa pertamanya telah memberikan dampak hingga ke generasi kita. Tidak ada satupun manusia yang dilahirkan dalam Taman itu walau kita dapat mengatakan bahwa saya tidak melakukan kesalahan yang Adam dan Hawa lakukan. Dosa yang dilakukan Adam telah membuat semua manusia sepanjang abad dunia ini harus tetap mengalami keadaan diusir dari taman Tuhan dan hidup dan tinggal di taman dunia yang penuh bahaya, ancaman, resiko, sakit-penyakit, kematian, kelaparan, krisis , perang dan apapun bentuk penderitaan yang dapat kita sebutkan. Saya akan merujuk pada bagaimana Paulus menjelaskan fakta yang tak terbantahkan ini:
Baiklah, kini kita tahu bahwa : pertama, tidak ada manusia yang tahu bagaimana menjangkau surga atau secara praktisnya tidak ada yang tahu bagaimana pastinya masuk surga! Kedua, semakin pelik lagi setelah kita mengetahui bahwa status terakhir manusia, saat-saat terakhir manusia berada di taman Tuhan dan kini ada di taman dunia bukan karena manusia itu hendak pergi berwisata karena bosan berada di taman Tuhan. Manusia tidak lagi berada di taman Eden karena diusir! TUHAN sendiri mengusir merek . Memang dalam mengusir manusia Adam dan Hawa, Tuhan masih memberikan tanda dan tindakan kasih yang luar biasa dengan membuatkan pakaian dari Kulit Binatang (bacalah Kejadian 3:21) dan sebuah janji yang akan memberikan masa depan cerah bagi manusia dan diinisiasi sendiri oleh Tuhan berdasarkan kehendak-Nya sendiri (bacalah Kejadian 3:15) sekalipun telah diusir, namun hal ini tidak mengurangi sedikitpun fakta bahwa Tuhan mengusir manusia itu akibat dosa. Pernahkan anda membayangkan diusir oleh Tuhan?
Hal yang hendak saya tunjukan kepada para pembaca sekalian adalah : bahwa bukan hanya manusia Adam dan Hawa yang diusir, dihalau TUHAN sendiri dari Taman-Nya. Bahkan seluruh generasi manusia setelah Adam hingga saya dan anda adalah manusia-manusia yang tetap diusir, dihalau dari Taman-Nya. Tak ada pernah diketahui ada manusia yang terlahir atau ada manusia lain yang masih ada di Taman-Nya atau dapat kembali lagi masuk ke dalam Taman-Nya sehingga dapat menikmati persekutuan yang indah dan sempurna dalam taman-Nya. Tidak pernah ada manusia yang dapat memilikinya kembali! Dengan kata lain, terkait pertanyaan kedua terkait "Apakah manusia pada dasarnya tidak diperkenan di hadapan Allah?," maka perlu dicermati adalah KUALITAS ketakberkanan itu bukan perkara yang main-main sebab ketika saya mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak diperkenan dihadapan Tuhan terkait fakta bahwa Manusia diusir, dihalau dari taman Tuhan dan hingga kini kita tidak dapat masuk kedalam taman Tuhan itu. Dalam Yohanes 5:24,Yesus Kristus pun tidak lupa untuk memaparkan fakta yang mengerikan itu bahkan Yesus langsung menunjukan seberapa kelamnya fakta yang kita hidupi itu. Saya akan sajikan kembali perkataan Yesus ini :
Perhatikan bagian perkataan Yesus ini : …sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup Pada Yohanes 5:24 ini, Yesus tidak hanya berkata BARANGSIAPA atau SIAPA SAJA mendengar kepada Yesus dan percaya kepada Bapa yang mengutus Yesus, mempunyai hidup kekal dan tidak turut dihukum, BAHKAN terjadi sebuah perubahan dramatis atas eksistensi atau keberadaan orang tersebut, yaitu bukan sekedar tidak turut dihukum tetapi PINDAH DARI DALAM MAUT KE DALAM HIDUP (NIV : "…has crossed over from death to life." ;KJV:.." is passed from death unto life." ;NASB :" has passed out of death into life.") Pesan apakah yang Yesus sampaikan disini? Secara ringkas dapat dikatakan Yesus hendak menyatakan bahwa semua manusia pada dasarnya ada dalam MAUT! Yesus sedang memperlihatkan fakta manusia yang telah diusir Allah dari taman Tuhan, yaitu semua manusia ada dalam maut dan hanya karena Yesus saja maka fakta anda ada dalam maut dapat berubah. Hanya karena Yesus saja maka fakta yang melekat pada diri anda saat ini, yang berhubungan dengan dampak TUHAN mengusir Adam dan Hawa akibat dosa, menjadi dapat dipulihkan. Hanya karena Yesus saja maka anda yang tinggal DALAM MAUT DAPAT PINDAH KE HIDUP. Dengan demikian jelas tersingkap sebagaimana Yesus sendiri katakana bahwa pada dasarnya manusia bukan saja jahat, bukan saja tidak diperkenan dihadapan Tuhan, bukan saja sangat jauh dari Tuhan, TETAPI PADA DASARNYA SEMUA MANUSIA ADA DALAM MAUT DAN HANYA YESUS SAJA YANG DAPAT MENGUBAH FAKTA INI MENJADI BAIK YAITU MEMINDAHKAN MANUSIA YANG TELAH MENJADI PERCAYA KE HIDUP!
Dalam POIN YANG AMAT MEGAH INI , perbuatan baik adalah seperti kertas dalam tungku api, tidak dapat bertahan, tidak memiliki nilai, apalagi kuasa untuk mengakibatkan perubahan seperti yang Yesus Kristus adakan bagi BARANG SIAPA YANG MENDENGAR YESUS DAN PERCAYA KEPADA BAPA YANG MENGUTUS DIA! Masihkah anda yakin dan berani dan nekat untuk mengubah fakta ini? Apakah anda berpikir perbuatan baik dan kebaikan anda dapat menghidupkan diri anda yang seperti mayat dalam pandangan Yesus sehingga perlu dibangkitkan agar hidup? Apakah mayat sanggup menghidupkan dirinya? Bukankah Lazarus yang telah mati dan busuk itu harus mendengar suara Yesus terlebih dahulu baru bangkit (Bacalah Yohanes 11: 17:-44)? Bukankah kita tidak hanya mati tetapi juga tubuhnya sudah busuk seperti Lazarus? Kita pertama-tama membutuhkan Yesus memanggil kita semua KELUAR ! Agar HIDUP. *** | ||||||||||
Apakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? Posted: 14 Dec 2013 06:54 AM PST Oleh : Martin SimamoraApakah Orang Baik Masuk Surga, Meskipun Bukan Seorang Yang Diselamatkan oleh Yesus? Orang baik. Seperti apakah orang baik itu? Mengapa kata "baik" itu sendiri ketika dilekatkan pada "orang" menjadi sedemikian bernilai tinggi atau setidak-tidaknya dalam benak kebanyakan orang dikatakan bahwa orang ini pantas untuk masuk ke surga. Sungguh teramat sulit untuk memahami bahwa orang baik harus masuk neraka. Lagian dikatakan Tuhan itu kasih, Tuhan itu menyukai kebaikan dan membenci kejahatan sehingga bila orang baik tersebut sampai masuk neraka,bukankah itu mengingkari jati diri Tuhan yang kasih, Tuhan yang membenci kejahatan. Dunia yang diwarnai kejahatan, kebencian, perang, pertikaian dan ada banyak daftar yang dapat kita buat mengenai semua bentuk negatif ( kebanyakan orang tidak akan memandang fakta ini sebagai perwujudan dosa) telah membuat manusia semakin menyadari bahwa kebaikan, orang baik dan perbuatan baik adalah barang yang langka, mahal dan langka. Sebuah nilai emas mulai terbangun di dunia yang dipenuhi kejahatan dan hal-hal buruk dan ini melahirkan individu-individu dan tokoh-tokoh dalam masyarakat bahkan dalam skala dunia oleh karena kebaikan dan perbuatan baik yang dilahirkannya. Saya tidak menentang kebaikan dan perbuatan baik, bahkan Tuhan pun tidak menentang perbuatan baik itu sendiri. Tentu saja, bahkan saya, sangat mengapresiasi dan menghormati individu-individu dan elemen-elemen dalam masyarakat yang berjuang membangun nilai-nilai kebaikan sebagai upaya menciptakan dunia yang lebih baik, lebih bersahabat dan damai. Bukankah semua kita MERINDUKAN hukum dan peraturan ditegakan namun berkecenderungan untuk tidak menaatinya? Bukankah kita semua MERINDUKAN aparat penegak hukum mulai dari polisi hingga jaksa setia kepada hukum dan tegak lurus dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Benarkah? Saya harus mengatakan dengan jujur, tidak semua manusia merindukannya. Tidak semua orang ingin hukum ditegakan. Jika semua manusia menginginkan kebaikan, menginginkan peraturan dan hukum ditegakan maka boleh jadi tindakan kriminal adalah sesuatu yang teramat langka jika tidak mungkin untuk nol sama sekali.
Faktanya dunia ini memang merupakan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Polisi melawan kejahatan, Siskamling mengamankan lingkungan dari kemungkinan aksi kejahatan atau perampokan, dan demikian juga elemen-elemen lainnya. Tetapi tunggu dulu, kejahatan versus kebaikan ternyata tidak sesederhana itu, ini merupakan pertarungan yang amat kompleks. Lihatlah bagaimana Komisi Pemberantasan Korupsi menangkapi oknum polisi yang melakukan kejahatan, lihatlah bagaimana KPK menangkap oknum jaksa yang melakukan persekongkolan untuk membengkokan hukum, lihatlah bagaimana KPK menangkap anggota wakil rakyat yang menghianati kepercayaan rakyat terkait uang negara. Hal sederhana ini hanya hendak menunjukan bahwa manusia tidak pernah bisa pada dirinya sendiri untuk melakukan kebaikan, manusia pada dasarnya tidak memiliki mata air kebaikan yang berlimpah sampai-sampai manusia itu tidak memerlukan norma yang disepakati bersama untuk menata perilaku bermasyarakat, tidak perlu membangun peraturan yang disepakati bersama dan tidak memerlukan hukum. Semuanya itu ada karena pada dasarnya manusia itu sendiri percaya bahwa dirinya dapat melakukan kejahatan dan kebaikan. Dan kecenderungan manusia untuk berbuat jahat dari masa ke masa bukan berkurang tetapi sebaliknya. Lihatlah perkembangan undang-undang yang disusun untuk mengantisipasi berbagai tindak kejahatan pun mengalami perkembangan, lihatlah kini ada undang-undang ITE yang mengantisipasi kejahatan terkait teknologi dan informasi atau internet. Kini pun telah ada pengadilan khusus untuk tindak pidana korupsi seiring semakin meningkatnya jenis kejahatan ini, dan tentu saja bidang-bidang kejahatan lainnya seperti kejahatan keuangan. Dengan melihat bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat bukan berbuat baik, memiliki kecenderungan untuk mengejar kepentingan diri sendiri dengan caranya sendiri maka dapatlah dikatakan bahwa manusia baik jika manusia-manusia itu mau tunduk dan patuh pada nilai-nilai kebaikan yang disepakati bersama. Hukum, apakah itu hukum tradisional (adat) hingga hukum positif adalah kawalan bagi perilaku manusia, timbangan bagi pikiran dan nuraninya terhadap perbuatan yang diniatkan hendak dilakukan. Semua manusia tahu bahwa melanggar (menerobos) lampu merah adalah pelanggaran (perbuatan melawan hukum) karena memang ada undang-undang lalu lintas tentang lampu merah. Dan hampir dapat dipastikan kecenderungan para pengguna jalan untuk taat pada peraturan lalu-lintas amat minimal. Secara umum manusia tertib dan tidak melanggar hukum (tidak melakukan perbuatan melawan hukum) karena ada pak polisi yang berjaga. Bahkan andaipun pengguna jalan itu tertangkap dan ditilang, demi menghindari persidangan maka uang suap pun coba ditawarkan pada pak polisi. Jika pak polisi tegas maka hukum tegak, jika pak polisi tidak tegas maka hukum pun mandul. Ini belum ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur perilaku manusia berlalu-lintas seperti menggunakan helem, tidak menggunakan sirine pada kendaraan pribadi, tidak berhenti bukan pada tempatnya dan lain-lain maka semakin bertambahlah bentuk-bentuk perlawanan hukum manusia oleh manusia itu sendiri. Berangkali ada yang mengatakan, ah…kamu terlalu mendramatisir, kamu terlalu mengada-ngada, itu bukan pembunuhan, itu bukan korupsi, kamu juga harus paham bahwa saya melanggar lampu merah bukan karena saya mau melanggar tetapi saya harus mengejar waktu. Para pembaca terkasih, memang benar menerobos lampu merah bukanlah pembunuhan, jelas berbeda. Tetapi ingatlah, bahwa pelanggaran lampu merah menimbulkan sanksi, anda dapat dihentikan polisi, anda akan ditilang, anda harus menghadiri persidangan akibat pelanggaran itu. Apakah anda dapat memrotes pak polisi tersebut dengan mengatakan: 'ah anda mengada-mengada, saya hanya menerobos lampu merah, saya tidak membunuh, saya tidak korupsi kenapa saya harus dihentikan, kenapa saya harus membayar denda dan menjalani persidangan akibat perbuatan remeh ini?' Tentu saja pak polisi punya otoritas sebab dia bertindak diatas hukum tertulis dan yang sedang berlaku, yang mengikat pengguna jalan. Semua manusia menjadi baik bukan pertama-tama karena dia memang memiliki sumber kebaikan mandiri dalam dirinya secara konstan dan tak pernah mati. Manusia bukanlah mahluk moral yang sempurna. Manusia adalah mahluk yang dipenuhi hasrat dan keinginan yang bersumber pada "aku," yang cenderung tidak memedulikan apakah hal itu benar atau tidak, bukan sekedar baik! Manusia memerlukan norma hukum entah itu dalam masyarakat atau bahkan norma-norma spiritualnya. Manusia memerlukan penegak hukum seperti polisi sebab semua manusia memiliki kecenderungan melawan hukum- manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan jahat pada derajat berapapun. Bahkan aparat hukum sendiri perlu polisi atas polisi sehingga ada "provost," bahkan institusi hukum itu sendiri tidak sanggup untuk menjaga aparatnya untuk tidak melawan hukum, untuk tidak melawan kebaikan dan membungkam kebenaran. Sangat jarang juga dikatakan pada orang yang memperjuangkan kebenaran , memperjuangkan hukum sebagai orang baik yang diidolakan. Kebanyakan orang baik yang memenangkan hati orang kebanyakan semata melihatnya pada perbuatan baik terhadap sesama manusia, perbuatan baik melawan rejim otoriter, perbuatan baik melawan ketidakadilan. Sangat jarang juga masyarakat mengapresiasi polisi sederhana namun setia terhadap profesinya dan tidak mau dibengkokan sebagai orang baik. Atau berangkali, sangat jarang ada yang menominasikan pak Abraham Samad sebagai orang yang pantas masuk surga? Saya menduga, nampaknya manusia harus punya sentimen tertentu untuk berpendapat seseorang karena kebaikannya akan masuk ke surga. Ini sebuah temuan awal saja untuk menduga bahwa manusia pada dasarnya tidak sanggup untuk menjadi hakim yang adil dan benar dan tidak dapat dibengkokan, ketika dia menjadi hakim maka subyektifitas terlibat. Lalu apakah yang dapat dipegang pada penilaian manusia yang selalu gagal memberikan apresiasi pada apa yang sepatutnya diapresiasi dalam lingkup dunia, lingkup pemikiran manusia? Apakah ada manusia yang layak masuk surga dan apakah ada manusia yang tidak pantas masuk neraka? Apakah manusia pada dasarnya baik ataukah pada dasarnya jahat? Apakah ada manusia berdasarkan kebaikannya berani memastikan si A masuk surga? Kalau ada manusia yang sanggup memastikan si A atau si B atau si C masuk surga berdasarkan kebaikan pada dirinya namun tidak dapat melihat bagian jahatnya dan mengabaikan faktor Yesus dan keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus (sehingga orang baik tersebut sungguh baik bak malaikat) maka saya berani mengatakan itu adalah sebuah keangkuhan seorang manusia yang kadar kebaikannya saja belumlah terukur, dan orang Kristen semacam ini, dia sendiri sudah mengabaikan dan menghina Yesus yang jadi penebusnya, jika dia benar seorang Kristen (?). Jika di dunia ini saja untuk menentukan seseorang itu apakah bersalah atau tidak, dilaksanakan oleh lembaga-lembaga hukum seperti polisi dan pengadilan, dan mengacu pada undang-undang tertulis, kesaksian dan pemeriksaan para saksi, pemeriksaan bukti-bukti untuk menghasilkan keputusan yang benar dan adil. Masakan untuk mengetahui apakah manusia itu masuk neraka atau surga tidak melalui pengadilan, tidak melalui pemeriksaan, tidak melalui bukti-bukti, tidak merujuk pada kitab-kitab hukum di surga, tidak merujuk pada standard kebenaran di surga? Pastilah Tuhan punya mekanisme yang jauh lebih agung, lebih adil, lebih jujur, hakimnya pastilah tidak bisa disuap, tidak bisa salah, dan dia sendiri bukanlah hakim yang tidak sanggup memeriksa motif sebuah tindakan, dan yang jelas hakim agung di surga adalah hakim yang maha tahu. Dia adalah hakim yang maha tahu, dia sanggup melihat kehidupan seseorang melampaui mata manusia, melampai barang bukti, melampau kesaksian dan pembelaan terdakwa dihadapan takhta pengadilan. Singkatnya Dia adalah hakim yang siapapun tidak akan sanggup membayangkan kesempurnaan kerja-Nya, keadilan pengadilannya, kemegahan kekudusannya ( tidak dapat disuap, tidak dapat dipengaruhi seperti di dunia).
Apakah kita masih mampu untuk dengan percaya diri mengatakan saya baik sehingga dengan demikian saya masuk surga dan dengan demikian saya tidak memerlukan pengacara di pengadilan agung itu, tidak memerlukan pendamping hukum dan sanggup membela diri tanpa bantuan hukum? Apakah anda, memiliki fondasi teramat kokoh bahwa perbuatan anda yang "baik" itu sungguh SETANDING dengan syarat minimal untuk lolos dari vonis neraka tanpa Yesus Kristus? Dan apakah benar setiap kita tahu apa itu syarat minimal untuk lolos dari vonis neraka dan "minimal" yang bagaimanakah? Lantas adakah hal dari dunia ini yang dapat dikatakan SETANDING dengan yang ada di surga? Semoga kita dapat menghargai kedatangan Yesus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya,kenaikan-Nya dan yang paling mendebarkan adalah kedatangan-Nya dan penghakiman agung-Nya. Jika memang benar ada perbuatan baik yang dapat meloloskan kita dari vonis neraka maka kedatangan Yesus adalah sebuah kekonyolan yang paling menggelikan, dan jika memang kita punya keyakinan untuk masuk ke surga tanpa perlu Yesus, maka semua manusia tidak memerlukan Yesus, tidak memerlukan pengampunan, tidak perlu mengenal Tuhan, sebab jika anda baik anda dapat masuk ke surga tak peduli anda ateis, tak peduli apapun agamamu maka berbuat baik adalah tiketmu yang pasti. Tetapi benarkan demikian? Mari kita nantikan bersama-sama kelak saat Yesus dihadapanmu sebagai hakim agung atas segenap mahluk! Bersambung ke Bagian 2 | ||||||||||
Datangnya Raja Damai Kedalam Dunia Yang Gemar Berperang Posted: 13 Dec 2013 01:22 AM PST Oleh : Dr. Allen RossDatangnya Raja Damai Kedalam Dunia Yang Gemar Berperang
Kalau saya mengatakan Dunia Yang Gemar Berperang, tidak hendak mengatakan seolah perang adalah sebuah kegemaran populis layaknya sebuah hal yang menyehatkan apalagi menyejukan hati dan pikiran. Ada satu pepatah latin kuno yang berbunyi 'Si vis pacem, para bellum' yang artinya 'If you want peace, prepare for war' atau 'jika anda ingin damai, bersiaplah untuk perang', tak kecuali bagi negara kita melalui mantan Panglima Republik Indonesia TNI Djoko Santoso, dalam sebuah kesempatan strategis terpaksa mengumandangkannya. Sederhananya, perang adalah instrumen vital, strategis dan lekat dengan nilai patriotisme bela Negara. [ si vis pacem para bellum ini dikaitkan dengan Flavius Vegetius Renatus, yang menulis "De re militari" (390 B.C.E.) : "Qui desiderat pacem, bellum praeparat; nemo provocare ne offendere audet quem intelliget superiorem esse pugnaturem , dalam bahasa Inggris berarti : "Whosoever desires peace prepares for war; no one provokes, nor dares to offend, those who they know know to be superior in battle] Bahkan dalam perkembangannya di era perang modern dengan instrumentasi elektronik yang memampukan persenjataan-persenjataan menjadi cerdas, perang telah dimungkinkan menjadi intrumen utama yang kadang mengabaikan diplomasi dalam politik internasional, saat diplomasi dianggap tidak manjur. Ya… perang kini telah berubah menjadi alat "diplomasi berdarah atau diplomasi non damai" atau dikenal sebagai "pre-emptive strike" atau sebuah serangan yang terukur pada target-target spesifik dan strategis, dilakukan untuk merespon atau menetralisir ancaman sebelum menjadi kenyataan! Untuk melumpuhkan kapabilitas sebuah negara untuk menjalankan niatnya yang dinilai membahayakan keamanan sebuah kawasan atau sekutu dari negara-negara kuat. Itulah mengapa judul yang saya munculkan berbunyi demikian. Tentu perang bukanlah indikator minimal dalam mengukur derajat damai, sebab pertama-tama tentulah konflik adalah sebuah hal minimal yang mendahului sebuah kondisi menuju (potensi) perang. *** Sekalipun kini peradaban manusia telah mengalami berbagai kemajuan-kemajuan, pun tak mengurungkan dunia kita ini masih dipenuhi dengan sebuah hasrat untuk damai dan sebuah takut akan perang. Ketika orang-orang mengamati berbagai konflik-konflik dan rumor-rumor perang ( seperti konflik Syria, rumor perang Korsel-Korut, atau China terhadap sejumlah negara di Asia Timur dan Asia Tenggara terkait klaim Negara China yang menyentuh kedaulatan Vietnam dan Filipina di Laut Cina Selatan- editor Anchor), kemurungan dan keputusasaan kerap menggulung mereka seperti kegelapan yang pekat. Apalagi kalau kita menengok titik-titik panas di Timur Tengah.
Damai telah dikejar selama berabad-abad untuk dimiliki. Meskipun memang telah dicapai kemajuan dalam upaya-upaya untuk mewujudkan damai antara Israel dan Syria dan rakyat Palestina, tak seorang pun akan terkejut jika perang pecah esok. Gerakan-gerakan damai dan negosiasi-negosiasi damai dilangsungkan di seluruh dunia. Negara-negara yang lebih kuat yakin bahwa damai harus dinegosiasikan dari sebuah posisi kekuasaan; kelompok-kelompok radikal percaya bahwa teror akan memaksa isu ini. Tetapi kita masih menyisakan sebuah dunia yang lebih berbahaya dan lebih menakutkan daripada sebelumnya. Dan kita tinggal terhenyak andai siapapun juga benar-benar tertarik dengan damai dan kebenaran dan keadilan bagi semua, atau cuma mengamankan kepentingan-kepentingannya sendiri? Problemnya adalah masih pada hadirnya kejahatan. Kejahatan membuat saudara melawan saudara, dan bangsa bangkit melawan bangsa. Pada puncaknya, kemuraman dan keputusasaan dunia terkait dengan kegelapan rohani. Alkitab menghibur dan mengingatkan semua kita yang telah menjadi percaya kepada Kristus untuk tidak putus asa seolah tiada harapan. Kita memiliki pewahyuan dari Tuhan kita bahwa tidak hanya mengumumkan kedaulatan-Nya memerintah tetapi juga memetakan perjalanan peristiwa-peristiwa dunia. Salah satu pewahyuan yang paling signifikan ditemukan dalam Yesaya 9. Terhadap latar belakang nubuat perang dan pembinasaan, kegelapan dan kemuraman ( bab 8), Yesaya telah menyampaikan nubuat mengenai Mesias—raja mulia yang akan datang.
Teks ini dapat dibagi menjadi dua bagian: Terbitnya era Mesianik ( ayat 1-6) dan Pemerintahan Mesias yang Adil ( ayat 7-8). Meskipun keseluruhan nas ini menyajikan informasi yang berguna untuk pesan ini, ayat-ayat yang fokus pada natur Mesias adalah kritikal, karena pada ayat-ayat tersebut terletak pengharapan kita untuk damai yang kekal. Sehingga perhatian kita yang paling utama akan diberikan pada makna-makna nama sang Anak, memperlihatkan bagaimana deskripsi-deskripsi ini pas secara sempurna dengan natur Tuhan kita Yesus Kristus. I.Damai Akan Datang Dengan Terbitnya Era Mesianik ( 9:1-5) Yesaya mendeklarasikan bahwa sangat berbeda dengan eranya yang perang, muram, dan putus asa, ada sedang datang sebuah era ketika damai akan memerintah secara universal. Itu akan dimulai dengan datangnya sang Mesias, raja masa datang yang telah dijanjikan. Sehingga kita menyebutnya periode Abad Mesianik. Nabi Yesaya disini memperlihatkan bagaimana abad ini digulirkan.
A.Perubahan Dalam Situasi-Situasi Akan Mengakhiri Keputusaasaan ( ayat 1,2)
Mengapa? Itu tempat dimana Mesiah akan pertama kali tampil—Galilea tempat orang-orang asing –bukan Yahudi [rujukan untuk "orang asing" dapat dijelaskan dengan mengetahui kebijakan Asyria yang membawa banyak orang dari negeri-negeri yang berlainan. Galilea sejak dulu selalu merupakan area kosmopolitan karena terletak di rute-rute perdagangan, tetapi berbagai perang telah membuat Galilea dipenuhi orang-orang asing. Pada masa Yesus, Galilea memiliki reputasi demikian diamana orang-orang Yahudi yang yang sangat saleh dan benar berperan sangat kecil dalam hal itu.], sebuah tempat yang dipandang rendah untuk waktu yang panjang, kurang suci dibandingkan dengan Yudea. Penjelasan peninggian Yudea ditemukan dalam ayat2. "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." Bahasanya puitis: kegelapan menggambarkan kejahatan, kemuraman, keputusasaan dan kejahatan, dan terang menggambarkan kemakmuran, damai dan sukacita [gambaran ini bersifat hypocastasis/ substitusi. Alkitab suka menggunakan "malam" dan "kegelapan" untuk menggambarkan kejahatan dan pembinasaan dan keputusasaan, dan terang atau siang untuk menggambarkan kebenaran, sukacita dan pengharapan. Itu adalah gambar alami untuk mengeksprersikan terbitnya sebuah hari baru—sebuah permulaan baru setelah kesusahan.]. Bahasa semacam ini digunakan di bagian lain terkait era Mesianik—Maleakhi berkata bahwa "bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya" (4:2). Sehingga peduduk di utara yang telah menderita sedemikian berat memiliki prospek/pengharapan akan sebuah permulaan baru yang mengagumkan. Kita harus memperhatikan sambil lalu bahwa kata kerja-kata kerjanya dalam bentuk lampau—dia menuliskannya seolah itu telah terjadi. Itu adalah bahasa profetik. Nabi adalah seorang 'pelihat" atau visioner. Dia telah menerima pewahyuan dan telah merekam apa yang telah dia lihat. Sejauh yang telah dia perhatikan, jika itu memang telah diperlihatkan kepada dia dari Allah, peristiwa itu sama dengan atau dapat dikatakan telah terjadi. Itu telah pasti, bahkan walau itu belum berlangsung dalam sejarah.Sehingga "terang" akan menyinari bangsa yang berjalan dalam "kegelapan," (ayat 2). Penggenapan awal nubuat ini terlampau jelas untuk diragukan. Matius mengutip teks ini (Lihat Matius 4:16)dalam rangkaian dengan permulaan pelayanan Yesus di Galilea. Dia adalah terang sejati dunia yang menerangi setiap orang [ ini adalah sebuah metafora dimana Yesus diperbandingkan dengan sebuah terang. Gagasan menyinari setiap orang membawa banyak konotasi; pada jantung ungkapan, ini pastilah gagasan tentang menginsafkan dosa, karena Perjanjian Baru menggunakan kegelapan untuk menunjukan kejahatan, dan terang untuk kebenaran]. Dia membawa masuk ke sebuah dunia yang gelap pekat, anugerah dan kebenaran, dan sebuah janji damai yang pasti. Ketika Dia mulai melayani di Galilea dengan pengajaran-pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya, Dia telah mendemonstrasikan bahwa Dia memang benar-benar Mesias ini. Proklamasi-Nya akan kerajaan melalui keselamatan adalah apa yang menyudahi keputusasaan, bagi orang-orang percaya pada Dia tidaklah terhilang dalam kemuraman dan keputusasaan, karena mereka tahu bahwa apa yang telah Dia janjikan akan terwujud pada kedatangan-Nya yang kedua [ Yesaya, seperti nabi-nabi lain, hanya mengatakan apa yang Mesiah akan lakukan, bukan kapan dia akan melakukannya. Mereka memang tidak mengetahui dua hal yang akan terjadi, satu hal tentang hal mati, dan satu hal lagi terkait memerintah. Tetapi tidak dapat ada hal memerintah kecuali keselamatan ditegakan pertama-tama]. B. Sang Mesiah Membawa Sukacita dan Kemakmuran (ayat 3) Si nabi kini beralih mengulas TUHAN secara langsung. Kata-katanya menjelaskan apa maknanya bahwa terang akan melenyapkan kegelapan—sukacita dan makmur. Si nabi tidak memberi petunjuk apapun terkait seberapa segera hal ini akan terjadi [memang benar, transisi dari bab 8 ke bab 9 dibaca sebagai sebuah kontinuitas langsung, tetapi itu mencakup lebih dari 700 tahun. Kronologi yang pasti tidak mungkin dalam membaca nas-nas profetik. Sang "terang" muncul di Galilea sekitar 2.000 tahun, tetapi kulminasi dari kata-kata profetik ini masih menanti.]. Tetapi kita memiliki pewahyuan penuh mengenai Allah tahu bahwa Yesus membuat jelas bahwa dia adalah sang Mesiah,dan era damai dan keadilan masih merupakan hal di masa depan. Suka cita digambarkan disini luar biasa. Ini adalah jenis suka cita yang datang saat menuai/panen, atau saat membagi barang rampasan hasil perang. Menuai adalah sebuah saat suka cita yang terjadi secara teratur pada Israel; setelah saat yang lama berjerih lelah di ladang-ladang,mereka akan berkumpul untuk makan dan minum dan merayakan. Alkitab kerap menggunakan analogi menuai untuk menggambarkan kedatangan TUHAN ( lihat Matius 3:12 karena panen dan menampi adalah imajiner). Itu adalah sebuah perayaan pengucapan syukur untuk penyelesaian panen. Membagi barang jarahan, adalah penggambaran lain disini, ini agak lebih pedih karena peperangan akan membawa pada kesudahan era ini. Gambaran ini tentang kemenangan-kemenangan setelah peperangan berakhir, membagikan barang rampasan. Hal semacam ini akan menjadi sebuah perayaan kemenangan yang paling mencemaskan/mendebarkan yang akan mengantarkan pada sebuah era damai. C. Suka Cita Datang Melalui Penghentian Perang ( ayat 4,5) Gambaran suka cita saat pembagian barang rampasan membawa secara langsung kedalam penjelasan: si nabi telah melihat lebih dulu waktu ketika TUHAN akan menghancurkan intimidasi musuh-musuh. Yesaya menarik analogi dengan saat kemenangan Israel atas orang Midian melalui Gideon oleh kuasa TUHAN [Kiasan pada Midian bertautan dengan nas di Hakim-Hakim. Implikasi utamanya adalah, bahwa Allah akan menyudahi penindasan; tetapi ada juga pandangan bahwa Mesiah akan datang seperti tokoh Gideon]. Sehingga akan terjadi lagi.
Tetapi kemenangan ini akan menjadi kemenangan yang lebih besar. Ayat 5 berkata bahwa setiap pelaku perang akan habis terbakar [ kalimat yang digunakan disini bersifat synecdoche; hal –hal yang disebutkan mewakili jenis-jenis elemen atau bagian yang lebih besar dalam perang]. Ini tidak akan ada peredaan dalam tindakan, tidak ada perjanjian damai sesaat. Perang akan berakhir. Di tempat lain, Yesaya telah berkata "mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak" (Yesaya 2:4)," yakni, persenjataan-persenjataan militer tidak akan dibutuhkan dalam sebuah damai abadi. Bagaimana dapat hal-hal ini, mengacu pada situasi dunia yang kita kenal kini?Jawaban atas pertanyaan ini ditemukan dalam bagian kedua dari nubuat yang menggambarkan natur Mesias yang akan mewujudkan pemerintahan damai dan adil. Jika damai semacam ini datang, seseorang harus memiliki kemampuan untuk memproduksi dan menghasilkannya. II Damai Akhirnya Akan Datang Dengan Pemerintahan Mesiah Yang Adil ( 9:6-7) Yesaya kini beralih memperkenalkan Dia yang akan menransformasi kemuraman dan keputusasaan perang menjadi suka cita dan damai pada sebuah masa keadilan-Mesiah. A. Tuhan Akan Menyebabkan Kedatangan Sang Mesiah (Yesaya 9: 6A)
Yesaya sangat jitu disini, sebagaimana sekarang kita tahu. Seorang anak akan dilahirkan kedalam keluarga Daud, dan bahwa ada sebuah kelahiran di Betlehem yang tidak perlu dipertanyakan; tetapi Mesias juga akan menjadi Anak sebagaimana telah dikemukakan, dan bahwa Yesus tidak memperoleh eksistensinya (maksudnya Yesus itu bukan baru ada dalam keberadaan saat di Betlehem. Dia ada sejak kekekalan) di Bethlehem adalah jelas dari Alkitab. Mengacu pada Kovenan Davidik (2 Samuel 7:14), istilah "anak" adalah gelar untuk raja [ bahasanya bersifat metafora, baik dalam Samuel dan dalam Mazmur 2]. Raja akan menjadi seperti seorang anak, seorang anak laki-laki yang diadopsi, untuk Allah, mewarisi kerajaan [ Tentu saja ini metafora "anak" kala diaplikasi pada Yesus juga membawa bersamanya makna bahwa Dia turut berbagi natur Allah—kekal dan ilahi]. Sama benarnya dengan penglihatan Daniel dimana ekspresi " Anak Manusia" digunakan ( 7:9-14). Penglihatan Daniel memperlihatkan raja mulia dalam hadirat Yang Maha Kuasa, Yang Lanjut Usianya ( maksudnya secara simbolik menunjukan Yesus telah ada sejak kekekalan, sebuah gelar bagi sang Anak- editor Anchor), bahwa Dia akan diberikan kerajaan damai. Yesaya mengumumkan bahwa anak yang akan dilhairkan tersebut akan menjadi Anak sebagaimana yang telah dinyatakan. Ide ini kemudian telah diklarifikasi oleh Paulus : "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya …" (Galatia 4:4). Perjanjian Baru membawa kesaksian bahwa Yesus ini adalah Anak yang telah datang ke dunia. Faktanya, Yesus sendiri mulai membuktikan asal-usulnya di Surga, bukan di Bethlehem. Ketika Dia hendak membangkitkan Lazarus dari kematian, dia telah berdoa dan telah memasukan kata-kata ini dalam doa-Nya : " Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" ( Yohanes 11:42). Dengan ini Dia memaksudkan bahwa Dia dari atas (surga), dan mereka dari bawah (dunia). Atau dalam berdebat dengan pemimpin-pemimpin agama, Yesus bertanya bagaimana Daud dapat memanggil keturunannya "Tuan"-nya, secara jelas memperlihatkan bawa "Anak Daud," sang Mesiah, adalah lebih besar daripada Daud ( Markus 12:35,36, menimbang Mazmur 110). Dan tentu saja, kepada perempuan di sumur, Yesus secara jelas telah menyingkapkan diri-Nya : dia berkata, "Ketika Mesias datang, Dia akan menyatakan semua hal kepada kita." Yesus berkata," Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (Yohanes 4:25,26). Jelas. Kemudian, bahwa Yesus telah mengklaim menjadi Mesias, sang Kristus, anak yang telah lahir kedalam kaum Daud, Anak yang telah diberikan oleh Allah untuk menjadi Raja yang telah lama ditunggu-tunggu.
Kedatangan Pertama Yesus telah menegakan identitas-Nya; akan tetapi, kedatangan yang pertama tidak memulai pemerintahan-Nya, karena Dia belum menyudahi/mengakhiri semua musuh-musuh.
Akan tiba sebuah waktu ketika Anak ini akan memerintah sebagai raja. Kita dapat berkata bahwa Yesus sekarang memerintah di atas-surga, dan hal ini secara pasti benar. Tetapi Yesaya menyajikan penglihatan sebuah masa damai dan keadilan universal dalam dunia ini. Ini belum terjadi. Ibrani 1 menyatakan bahwa peninggian ini akan lengkap ketika Bapa membawa kembali anak sulung-Nya kedalam dunia. Sehingga Yesaya tidak tahu kapan semua hal ini akan terwujud; hanya tahu bahwa semuanya akan terjadi karena Firman TUHAN telah mendeklarasikannya. B. Mesias Akan Menjadi Seorang Raja Ajaib ( 6b) Natur sang Mesias sekarang digambarkan dalam pendaftaran nama-nama takhtanya. Harus diperhatikan bahwa ini bukanlah nama-nama dalam pengertian bahwa kita memiliki nama-nama. Semua ini adalah deskripsi-deskripsi karakter. Nama-nama tersebut dimaksudkan untuk memberikan natur atau signifikansi pribadi yang dinamai tersebut. Kita menggunakan kata "nama" terkadang dalam cara ini. Kita dapat berkata, "Dia membuat sebuah nama bagi dirinya sendiri," yakni, sebuah reputasi. Nama-nama dalam bagian ini menggambarkan natur sang raja mulia. Terlebih lagi, pada masa purba raja-raja Timur Dekat dahulu memiliki kebiasaan mengambil nama-nama takhta ketika mereka menduduki takhta tersebut. Mereka mengambil gelar-gelar dan telah menambahkan dan telah menambahkan julukan-julukan bagi nama-nama mereka. Biasanya julukan-julukan yang mereka pilih terlampau besar atau hebat bagi manusia-manusia fana. Sebagai contoh, Kerajaan Tengah Mesir, para penguasanya mengambil lima gelar ketika dimahkotai—setiap nama menunjuk pada sejumlah dewa, negeri, sejumlah ambisi yang ingin mereka capai bagi pemerintahan mereka. Seorang raja yang telah dimahkotai mendengarkan imam yang berkata. "Biarlah nama-nama hebat dewa yang baik dan gelar-gelarnya menjadikan mereka [dewa] : merujuk pada : Banteng Perkasa, Dia Yang Mampu Merencanakan, Dipenuhi Dengan Kebenaran, Anak "dewa" yang kepadanya kehidupan diberikan." Sehingga dalam julukan-julukan para raja akan dipuji secara sangat megah sebagai tempat bersemayamnya keperkasaan, hikmat, keajaiban-keajaiban, kebenaran, dan seluruh kehidupan. Semua hal ini, dipastikan, agak ambisius. Ada bukti akan gelar-gelar semacam ini di Israel, khususnya dalam kasus-kasus dimana Allah memberikan nama-nama pada raja-raja baru. Mazmur 2, Mazmur pemahkotaan, mengatakan, "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini" (Mazmur 2:7). Sehingga pada hari itu, raja telah menaiki takhta,dia telah dideklarasikan menjadi Anak, yakni, Raja yang telah diurapi Allah. Demikian juga dalam 2 Samuel 23:1 ,kita menemukan sebuah pertambahan cepat nama-nama bagi Daud : "Daud, anak/bin Isai, orang yang telah ditinggikan oleh Yang Maha Tinggi, orang yang telah diurapi oleh Allah Yakub, pemazmur Israel." Dan kemudian kita melihat TUHAN mengutus nabi-nabi untuk menamai kembali raja-raja, seperti menyebut Salomo, Yedija-yang dikasihi Allah ( 2 Samuel 12:25).
Tetapi Yesaya sedang meneguhkan bahwa dia yang akan datang tidak cuma akan memiliki gelar-gelar hebat, tetapi akan dalam kenyataannya mewujud apa yang diklaim gelar-gelar itu. Apa yang sejak lama telah menjadi sebuah harapan, sebuah mimpi liar, atau monarki-monarki selama berabad-abad dambakan akan secara pasti menjadi sebuah realita pada suatu hari. Dengan seorang raja seperti ini, damai dijamin.
1. Penasehat Ajaib. Kata pertama yang digunakan untuk menggambarkan Anak biasanya telah dipisahkan dalam alkitab-alkitab bahasa Inggris untuk membentuk dua julukan. Tetapi Yesaya sendiri menggabungkan dua terminologi menjadi satu dalam Yesaya 28:29. Sehingga berangkali, terkait dengan gelar-gelar lain, satu kata berfungsi untuk mengualifikasikan kata lainnya—dia adalah seorang yang ajaib dari seorang penasehat – Dia ajaib, secara khusus sebagai seorang Penasehat. "Ajaib" adalah sebuah kata yang secara utama menggambarkan TUHAN atau hal-hal ekstraordinari atau supernatural dalam Kitab suci; ini bermakna "ekstraordinari, melampaui, menakjubkan, ajaib." Ini tidak digunakan dalam pengertian yang remeh, sebagaimana kita kerap gunakan kata Bahasa Inggris "wonderful." Sebagai contoh, dalam Kejadian 18 TUHAN telah mengumumkan kelahiran Ishak kepada Abraham dan Sarah yang tua. Ketika Sarah tertawa dalam hatinya, TUHAN tahu dia telah tertawa, berkata," adakah apapun juga terlampau sukar bagi TUHAN? "Sukar" adalah bahasa kita—adakah apapun juga yang terlampau menakjubkan, ajaib, ekstraordinari, bagi TUHAN? Atau lagi , Daud, sedang merenungkan secara mendalam pada pengetahuan TUHAN, menjadi menyadari bahwa TUHAN mengetahui setiap hal tentang dirinya, pikiran-pikirannya,maksud-maksudnya, bahkan kata-kata yang dia sedang upayakan untuk tuturkan, semuanya ( Mazmur 139:1-6). Dia kagum, " pengetahuan semacam itu terlampau ajaib bagiku!" atau lagi, ketika Malaikat TUHAN menampakan dirinya pada Manoah (Hakim-Hakim 13), Manoah menyelidiki, "Siapakah namamu?" jawab-Nya pada Manoah, "Mengapa engkau menanyakan namaku, lihatlah bukankah namaku Ajaib?" (Hakim-Hakim 13:18). Kemudian ketika api pada mezbah naik ke atas, Malaikat Tuhan yang namanya Ajaib itu naik ke Surga. Untuk menggambarkan raja ini dengan kata Ibrani "ajaib" adalah melekatkan pada dirinya yang ekstraordinari, kemampuan-kemampuan supernatural. Yesus, oleh kata-katanya yang perkasa telah memperlihatkan diri-Nya menjadi Ajaib dalam pengertian ini. Dalam Yohanes 11:25 dia telah berkata, "Akulah kebangkitan dan siapapun percaya padaku akan hidup, bahkan walaupun dia mati." Kemudian, untuk mengotentikan klaim-klaim-Nya, Yesus telah membangkitkan Lazarus dari kematian. Itu adalah tindakan dan peristiwa ekstraordinari. Itu adalah hal yang melampaui menjakjubkan. Itu adalah ajaib. Kita harus mengatakan sama dengan Nikodemus bahwa tidak ada manusia dapat melakukan hal-hal ini terlepas dari Allah. Yesus memiliki kata-kata hidup karena Dia memiliki kuasa atas hidup dan mati. Seorang Raja yang seperti apakah Dia jadinya kelak! Kata kedua dalam gelar ini adalah "Penasehat." Kata yang bermakna " dia yang memiliki rencana-rencana." Kata ini bermakna dia memiliki hikmat untuk memerintah. Yesaya 11:2 akan menjelaskan bahwa raja ini, Immanuel ini, memiliki Roh Penasehat, yakni, hikmatnya untuk memerintah adalah pemberian Allah (bandingkan dengan hikmat Salomo). Kata 'raja' juga seperti terminologi-terminologi terkait lainnya berkaitan dengan gagasan membuat keputusan. Raja-raja membuat keputusan-keputusan; mereka memberikan nasihat. Terkadang, raja-raja harus melibatkan diri mereka dengan para penasihat untuk membuat keputusan-keputusan yang benar. Tetapi raja ini akan menjadi seorang ajaib, secara khusus sebagai seorang penasehat.
2. Allah yang Perkasa.
Tetapi Yesaya tidak menggunakan istilah tersebut dalam cara seperti ini, selain itu adalah satu-satunya makna disini. Pada setiap kesempatan lain, Yesaya menggunakan istilah "Tuhan" ('el) yang dia maksudkan ketuhanan. Faktanya, Yesaya baru saja mengumumkan dalam bab 7 dan 8 bahwa raja ini akan dikenal sebagai ' Immanu-'el ', Tuhan berserta kita." Untuk mengatakan 'seorang raja bersama dengan kita' akan memberikan efek kecil. Tetapi mengatakan bahwa seorang raja sedang datang, yang memiliki kuasa, yang akan memperlihatkan bahwa Allah ada bersama dengan umat—itu adalah sebuah Tanda. Ada nas lain yang menggunaka "perkasa" dan "Allah" bersama-sama untuk menggambarkan Mesias. Mazmur 45:3,6 berkata, " Ikatkan pedangmu di pinggang, hai raja perkasa,… Takhtamu, O Tuhan, selama-lamanya [ ayat ini dikutip dalam Kitab Ibrani-Perjanjian Baru sebagai yang telah digenapi dalam Yesus Kristus. Bahasa dalam Mazmur dapat dikenakan pada seorang raja manusia dalam cara umum, tetapi penulis Kitab Ibrani (Ibrani 1:8), mengambil banyak nas bersama-sama dalam ulasan mendalam, telah melihat bagaimana pada puncaknya telah diterapkan secara literal pada Kristus]. Sehingga sang Raja akan dikenal sebagai yang berkuasa penuh, Allah yang perkasa. Julukan ini, tak peduli bagaimanapun diterjemahkan, akan terlampau besar untuk semata manusia biasa-fana. Gelar ini secara aktual membawa ideologi "divine kingship " atau "penguasa yang menjadi representasi ilahi" masuk kedalam Yerusalem dan memberlakukanya pada sejumlah raja masa mendatang. Tetapi Yesus telah mengklaim hal semacam ini bagi diri-Nya sendiri juga. Dia telah menglaim menjadi ilahi. Menurut Yohanes 8:58, Dia telah mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai AKU ADALAH yang agung dari Perjanjian Lama, Tuhan Allah Israel yang berdaulat. Dalam Matius 24:30 dia telah mengumumkan, "Semua kuasa telah diberikan kepadaku. " AKU ADALAH —"semua kuasa." Singkatnya, Yesus adalah Allah yang Perkasa. Para Rasul-rasul bersaksi pada hal ini. Yohanes mendeklarasikan Dia adalah Allah dalam daging, agen penciptaan ( Yohanes 1:1-3). Dan Paulus mengingatkan kita akan keilahian-Nya dan kuasa-Nya dalam Efesus 1:18-21. Apa yang mungkin terlihat bagia pendengar Yesaya menjadi sebuha gelar yang terhormat, atau sebuah deskripsi tentang dia yang akan memerintah sebagai "seorang penguasa dengan kuasa untuk bertindak, mewakili Bapa ", telah menjadi benar dan literal dalam Yesus Kristus secara historis; karena Allah yang perkasa telah datang dalam manusia. 3.Bapa yang Kekal Gelar ketiga dalam banyak hal adalah yang paling luar biasa/menyolok. Kata ini secara literal 'bapa yang abadi," yakni, sosok yang secara abadi menjadi bapak. Di kawasan orang Kanaan, dewa tinggi disebut " bapa tahun-tahun," dan gelar ini dalam Ibrani terlihat mengusung makna yang sama [teks Ugaritik memiliki kata 'abu sanimi,' yang artinya 'bapa atas tahun-tahun." Ekspresi-ekspresi orang Kanaan kerap sama dengan Ibrani; hanya saja mereka menerapkannya pada pribadi-pribadi yang salah]. Gelar ini menggambarkan orang yang menghasilkan, mengarahkan, dan adalah tuan atas abad-abad. Gelar ini mungkin diambil atau dikenakan untuk memaknakan bahwa raja ajaib ini memiliki daya tahan atau kekekalan untuk memerintah. Tetapi penggunaan terminologi-terminologi dalam Perjanjian Lama menganjurkan pandangan lainya. Sang Mesias—sang Raja—harus dikenal sebagai "Anak," bukan Bapa, merujuk pada Kovenan atau Perjanjian Davidik. Kovenan ini mengatakan bahwa Allah akan menjadi Bapa bagi sang Raja, dan raja itu akan menjadi seorang anak bagi Dia ( 2 Samuel 7:14). Tetapi disini dalam Yesaya, Anak disebut Bapa. Poin dalam kitab Yesaya ini adalah bahwa TUHAN yang berdaukat yang telah selalu memahkotai raja-raja Davidik akan datang dan memerintah sebagai Mesias. Ini kelihatannya kebingungan pada "pribadi-pribadi" mengemuka dalam sepasang nubuat-nubuat lainnya. Dalam Yesaya 48:15-16, TUHAN Allah Mahakuasa sedang berbicara dan mengatakan "Aku, Akulah yang mengatakannya dan yang memanggil dia juga, Akulah yang mendatangkan dia, dan segala usahanya akan berhasil. Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya". Fenomena yang sama, TUHAN yang berdaulat mengutus Mesias dan Mesias yang diutusditemukan dalam Malaekhi 3:1-5:
Sekarang semuanya ini terlihat sedikit membingungkan, tetapi pernyataan-pernyataan Yesus mengonfirmasi fakta bahwa "Anak" yang diberikan juga dikenal sebagai Bapa. Yesus berkata, "Aku bukan dari dunia ini" (Yohanes 8:23). "Aku telah datang dalam nama Bapa-Ku" (Yohanes 5:43), dan akhirnya, Aku dan Bapa satu' --Yohanes 10:30 [Pernyataan-pernyataan individual kitab suci mengenai Mesias ( dalam Perjanjian Lama) dan yang Yesus buat ( dalam perjanjian lama) kerap dapat memunculkan satu atau dua interpretasi. Tetapi ketika pernyataan-pernyataan tersebut diletakan bersama, maka secara jelas menunjuk dalam arah yang sama. Dan orang-orang Yahudi telah memahaminya dengan jelas, karena mereka telah menuduh Yesus menghujat. Salah satu dari bukti-bukti terbaik makna dari apa yang Kristus telah katakan adalah respon ini.]. Nama-nama semacam ini milik kepunyaan Tuhan, bukan hanya ciptaan yang ilahi semata atau mahkluk spiritual, tetapi kepunyaan sang Allah. 4. RAJA (Pangeran) Damai. Gelar terakhir ini bermakna bahwa Mesias akan menjadi sosok yang menjamin berkat-berkat bagi umat-Nya. Dia akan menjadi seorang pangeran yang membawa damai.
C. Mesias Akan Memerintah Dalam Keadilan (7) Nabi Yesaya mendeklarasikan damai dan keadilan akan menjadi karakteristik pemerintahan Mesias. Hal semacam ini belum terjadi sekarang, tetapi pasti akan datang. Itu sebabnya orang-orang Kristen berdoa, " Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Matius 6:10). Pemerintahan Mesias kemudian menjadi keadaan yang kekal- 1 Korintus 15:23-25 :
Semua ini akan diselesaikan oleh "semangat TUHAN" [Kata Ibrani untuk "semangat" menggambarkan sebuah kekuatan hasrat untuk mempertahankan sebuah institusi atau kepemilikan yang diancam. Ketika kata itu menggambarkan sebuah hasrat yang bersemangat untuk hal yang salah, atau dengan motivasi yang salah, kata itu dalam bahasa Ibrani bermakna " kecemburuan, iri." Tetapi ketika motifnya benar, maknanya adalah semangat.]. Pada satu sisi "semangat" disini mengindikasikan kebencian ilahi terhadap kehormatan yang begitu lama diselewengkan; dan pada sisi lain, kata Ibrani tersebut bermakna bahwa Kasihnya menyala-nyala untuk menggenapi janji-janji-Nya bagi umat-Nya sendiri. Kesimpulan Gagasan sentral nubuat Yesaya adalah sebagai berikut : Damai utuh dan kekal datang dengan pemerintahan Mesias ilahi yang adil. Nabi Yesaya percaya akan terjadi di masa depan kelak bahwa kemuraman pada prospek perang akan digantikan oleh sukacita damai. Damai tersebut hanya dapat dituntaskan melalui seorang Raja yang adalah seorang Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai. Keadilan dan damai adalah mustahil tanpa Dia; tidak ada yang mustahil bagi Dia. Kata-kata nabi Yesaya memberikan pengharapan bagi generasinya. Allah tidak meninggalkan umat-Nya pada invasi dan malapetaka, tetapi telah menjanjikan bahwa meskipun hidup dalam kemungkinan perang pada hari-hari mendatang, ada sebuah masa depan gemilang didepan. Dan pada malam kelahiran Yesus, bangsa Israel juga mengalami tekanan konflik dunia dan itu membawa keputusasaan. Kedalam dunia Yesus telah datang, secara jelas mengklaim menjadi Mesias Israel, Raja Ajaib ini. Tetapi kedatangan pertamanya adalah untuk meletakan dasar kemuliaan yang akan datang nantinya, yakni, kematian-Nya di salib akan memperdamaikan orang-orang kepada Allah, membawa mereka kedalam tempat kekal bersama dengan Allah melalui pengampunan dosa-dosa. Dan demikian sekarang sebagaimana kita lihat kedepan pada kedatangan-Nya kembali, kata-kata Yesaya memberikan pengharapan bagi kita juga. Perang-perang dan konflik-konflik memenuhi dunia; keputusasaan dan depresi menyertai takut akan bahaya dan agresi. Tetapi Firman Tuhan jelas: ada datang sebuah saat damai yang utuh dan abadi dengan datangannya sang Mesias. Ada harapan. Kita yang mengenal TUHAN dengan iman tidak perlu putus asa seperti mereka yang tanpa pengharapan. Tetapi apa kemudian yang harus kita lakukan selagi kita menantikan Raja ini? Pertama, adalah tugas kita untuk meneruskan pelayanan Yesaya yang telah dia lakukan, untuk mengumumkan kepada dunia bahwa satu-satunya harapan adalah Yesus sang Mesias. Kepedulian utama kita adalah bahwa orang-orang menemukan damai kekal dengan Allah. Kita adalah duta-duta bagi Raja ini, memanggil orang-orang lain untuk diperdamaikan dengan Allah. Dan apakah yang menyertai selama masa ini? Kehidupan kita pasti dimurnikan dari dosa sehingga kita dapat menghadirkan bagi orang-orang lain, pengharapan dan keadilan. Upaya-upaya kita harus dilakukan tanpa lelah untuk mendeklarasikan pada dunia bahwa pengharapan damai terletak pada Yesus Kristus dan tidak ada siapapun yang lain. Dan pengedepanan untuk memperkenalkan damai dan keadilan harus konsisten dengan pemberitaan diri kita, dalam keluarga-keluarga kita, komunitas-komunitas kita dan dunia kita. Tetapi yang kedua, nas ini juga menginstruksikan kita mengenai sumber daya-sumber daya yang tersedia bagi kita bahkan sekarang dari Raja kita. Kita tahu bahwa:
Referensi
The Glorious Messiah and the Messianic Age Isaiah 9:1-7|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora |
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment