TETAP BERSUKACITA |
Posted: 16 Dec 2013 09:00 AM PST
Baca: Filipi 4:2-9 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4) Bacaan Alkitab Setahun: Ibu setengah baya itu amat ramah. Dengan wajah sumringah ia menyambut kedatangan saya di gereja kecil itu. Dan bukan hanya saya, setiap orang yang datang juga disambutnya dengan senyum hangat. Nantinya saya tahu, suami ibu itu sudah meninggal. Untuk menghidupi dua anaknya yang masih sekolah, ia bekerja sebagai petugas kebersihan sebuah wisma. "Tuhan telah memberikan napas kehidupan dan memelihara kami hingga saat ini dengan cara yang ajaib. Jadi, saya tidak punya alasan untuk bersusah hati karena Tuhan senantiasa memberi kami kekuatan. Selalu ada alasan untuk bersyukur kepada-Nya," kata ibu itu. Kondisi hidup yang sulit itu nyatanya tak menghapuskan sukacitanya. Paulus secara tegas mendorong jemaat di Filipi untuk senantiasa bersukacita, dan ia bahkan mengulangi dorongannya itu. Jika Paulus menulis surat ini dalam kondisi yang baik-baik saja, kita tidak akan heran. Istimewanya, Paulus menulisnya ketika berada di penjara karena memberitakan Injil. Ia menunjukkan bahwa penjara sekalipun tidak dapat merampas sukacitanya di dalam Tuhan. Keadaan buruk tidak dapat merusak kesaksiannya akan kebaikan Tuhan. Kita mungkin menanggung beban hidup yang amat berat. Namun, seburuk apa pun kondisi hidup ini, kita memiliki sumber pengharapan yang membangkitkan sukacita. Keadaan bisa jadi tidak bertambah mudah, namun sepanjang mata kita berharap kepada kebaikan Tuhan, hati kita akan diliputi sukacita dan dikuatkan untuk menghadapi situasi yang sulit tersebut.—SS SUKACITA YANG SEJATI TIDAK AKAN PADAM Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 15 Dec 2013 09:00 AM PST
Baca: 2 Timotius 2:14-26 Sebab itu, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai sejahtera bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2 Timotius 2:22) Bacaan Alkitab Setahun: Karena ngeri membayangkan kecelakaan, belakangan ini saya biasa mengemudi dengan lambat. Kendaraan di belakang saya jadi sering mengklakson tanda tak sabar. Sekian tahun silam, sayalah yang tidak sabaran. Saya sulit mengalah terhadap orang lain, terutama terhadap pengemudi yang memotong jalan saya. Kata "nafsu" antara lain berarti keinginan yang tidak terkontrol. Sifat ini terutama melekat pada anak muda, namun bisa saja terbawa sampai seseorang tua. Salah satu contohnya adalah kecenderungan sulit mengalah tadi. Dalam menghadapi pengajar sesat, Paulus mengingatkan Timotius, yang memang masih muda, akan hal itu. Demi mempertahankan kebenaran, tentu wajar bila ada kalanya Timotius ingin meluruskan pandangan salah tersebut sehingga terpancing untuk berdebat. Namun, Rasul Paulus menyebut perdebatan itu sebagai soal yang dicari-cari dan yang tidak pantas dipertengkarkan (ay. 23). Timotius pun diminta untuk menghadapi mereka dengan keadilan, kesetiaan, dan kasih. Seperti Kristus dengan sabar membimbing murid-murid-Nya yang susah mengerti ajaran-Nya (bandingkan Matius 16:9), Timotius diminta untuk memberikan tuntunan dengan lembut (ay. 25). Apakah Anda termasuk orang yang pantang menyerah dalam perdebatan? Anda sering bersitegang mempertahankan prinsip yang Anda pegang teguh? Inilah saatnya meneladani Kristus yang panjang sabar. Marilah memberi kesempatan kepada Tuhan untuk bekerja, agar orang yang suka melawan sekalipun dapat dipimpin untuk mengenal kebenaran (ay. 25).—HEM NYATAKAN KEBENARAN DENGAN KASIH DAN KESETIAAN, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment