HIDUP DALAM KEMURAHAN TUHAN (2) |
HIDUP DALAM KEMURAHAN TUHAN (2) Posted: 15 Jan 2014 03:47 AM PST Khotbah Tahun Baru : Minggu, 5 Januari 2014 HIDUP DALAM KEMURAHAN TUHAN (2) By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Pada tanggal 31 Desember kemarin saya sudah berbicara tentang kemurahan Tuhan di mana sudah saya jelaskan bahwa kemurahan Tuhan sama artinya dengan kebaikan Tuhan, Tuhan menyatakan kemurahan-Nya dalam seluruh ciptaan-Nya seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia secara umum dan orang-orang percaya / beriman dan respon kita kepada kemurahan Tuhan adalah ucapan syukur dan memuji Tuhan. Setelah khotbah itu ada orang yang SMS dan bertanya : "Jikalau Tuhan menyatakan kemurahan-Nya kepada manusia dengan memberikan makan dan minum, lalu mengapa ada manusia yang sampai mati kelaparan seperti orang-orang di Afrika?" Pertanyaan ini membuat saya memikirkan lebih dalam tentang masalah kemurahan Tuhan ini, dan karena itu saya merasa perlu menambahkan beberapa hal yang berkaitan dengan kemurahan Tuhan ini. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu saya tambahkan dalam pembahasan tentang masalah kemurahan Tuhan ini : I. SIFAT DARI KEMURAHAN TUHAN. Dalam khotbah tanggal 31 Desember kemarin, saya juga sempat menyinggung sifat dari kemurahan Tuhan ini dengan menunjukkan beberapa ayat.
Adanya 2 ayat ini yang menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan bersifat kekal lalu dihubungkan dengan Tit 3:4 yang berbunyi :
maka ada orang yang lalu menyimpulkan bahwa kemurahan Tuhan itu selalu nyata / tetap nyata di dalam hidup manusia. Nah, apakah benar bahwa kemurahan Tuhan tetap / selalu nyata? Tergantung definisi dari kata "nyata" itu sendiri. Dan menurut Kamus Bahasa Indonesia, arti utama dari kata "nyata" adalah "terang (kelihatan, kedengaran, dsb); jelas sekali; kentara". Jikalau definisinya semacam ini, apakah kita bisa berkata bahwa kemurahan Tuhan selalu nyata? Dalam artian selalu kelihatan atau selalu jelas bagi kita? Ingat, tekanannya di sini bukan pada kata "nyata" melainkan pada kata "selalu" atau "tetap" yang dikaitkan dengan kata "nyata". Menurut saya tidak! Ada banyak kasus di mana kemurahan Tuhan adakalanya tidak nyata atau tidak terlihat dalam kehidupan kita. Ada banyak kasus di mana seseorang, bahkan yang adalah anak Tuhan, dan bahkan yang saleh dan sangat beriman, pada saat-saat tertentu dari hidupnya, tidak bisa melihat kemurahan Tuhan. Contoh :
Pernahkah saudara berdoa untuk kesembuhan seseorang dan ternyata dia bukan sembuh malah mati? Apakah kemurahan Tuhan selalu nyata dalam artian selalu kelihatan? Tidak! Lalu bagaimana dengan ayat-ayat seperti yang sudah kita baca di atas?
Menurut saya ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan itu selalu ada, tetap ada. Tetapi bukannya selalu nyata / tetap nyata. Ini sama dengan matahari yang selalu ada / tetap ada, tetapi tidak selalu / tetap nyata. Pada saat mendung, atau pada saat malam, atau pada saat ada gerhana matahari total, matahari tidak nyata / tidak terlihat, tetapi matahari itu tetap ada. Sekarang coba kita lihat ke dalam Kitab Suci. Ada beberapa kasus di mana kemurahan Tuhan tidak dapat dilihat bahkan oleh orang-orang saleh / beriman. a. Kasus Ayub. Kita tahu bahwa Ayub adalah seorang beriman yang sangat saleh di hadapan Tuhan. Tetapi justru karena kesalehannya itu ia dicobai oleh Iblis (tentu atas seizin Tuhan) dengan berbagai macam penderitaan. Hartanya ludes dalam seketika. Ayub 1:14-17 – (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Pada waktu itu belum ada asuransi yang menjamin harta benda. Anak-anaknya (10 orang) mati dalam sehari bersamaan dengan ludesnya semua harta benda. Ayub 1:18-19 – (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
Ia sendiri terkena penyakit yang sangat hebat. Ayub 2:7-8 – (7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Waktu itu belum ada Prudential untuk bisa klaim ganti rugi pengobatan. Isterinya sendiri bukan mendukungnya dia malah menjadi batu sandungan yang seolah-olah hendak menghancurkan imannya. Ayub 2:9-10 – (9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Note : Sedikit menyimpang, perhatikan bahwa dalam ayat 10 Ayub menggunakan kata "gila" kepada isterinya. Tetapi dalam ayat yang sama dikatakan bahwa Ayub tidak berdosa dengan bibirnya. Itu berarti mengatakan seseorang "gila" belum tentu adalah sebuah dosa. Tergantung orang itu memang layak mendapatkan kata "gila" itu atau tidak. Memang awalnya Ayub kuat menghadapi semua penderitaan ini, tetapi lama kelamaan ia jatuh pada kondisi di mana ia tidak bisa melihat kemurahan Allah.
b. Kasus Yakub. Kita tahu bahwa karena kejahatan anak-anak Yakub, mereka lalu menjual Yusuf ke Mesir tetapi mereka berbohong kepada Yakub sehingga Yakub mengira bahwa Yusuf anak kesayangannya itu telah mati. Dalam kunjungan anak-anak Yakub ke Mesir, Simeon ternyata ditahan oleh Yusuf yang sudah menjadi Perdana Menteri di Mesir. Setelah itu Benyamin pun diminta untuk dibawa ke Mesir oleh Yusuf yang belum diketahui oleh saudara-saudaranya. Akibat semua ini maka Yakub mengucapkan sebuah kalimat di dalam Kej 42:36 :
Kata-kata 'Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu' tidak tepat terjemahannya.
Kata-kata Yakub ini menunjukkan bahwa ia tidak melihat kemurahan Tuhan pada saat itu. Mengapa Yakub bisa sampai menjadi seperti itu? Karena begitu banyak penderitaan / bencana menimpa dia. Ia kehilangan Yusuf yang merupakan anak yang paling ia cintai, lalu ada bahaya kelaparan, lalu kehilangan Simeon, dan sekarang ia dituntut untuk menyerahkan Benyamin. Kemurahan Tuhan sudah pasti pernah dinyatakan pada Yakub, tetapi fakta bahwa dia pernah tidak melihat kemurahan Tuhan menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan tidak selalu nyata dalam hidupnya. c. Kasus Naomi. Gara-gara ada kelaparan di Israel, maka Elimelekh, Naomi, dan kedua anak laki-lakinya, pindah ke Moab. Tetapi di sana, Elimelekh mati. Lalu kedua anak laki-lakinya kawin dengan perempuan Moab. Tetapi kedua anak laki-lakinya itu lalu mati juga. Dan Naomi tertinggal bersama kedua menantu perempuannya. Lalu ia mendengar kabar bahwa di Israel bahaya kelaparan sudah lewat dan ia ingin kembali ke Israel (Rut 1:1-6).
Teks ini menunjukkan bahwa pada saat itu Naomi juga tidak melihat kemurahan Tuhan, karena ia berkata: Hidupnya pahit dan karena itu ia tidak mau disebut 'NAOMI', yang artinya 'menyenangkan', dan ia minta disebut 'MARA', yang artinya 'pahit' (ayat 13b,20,21). Tangan TUHAN teracung terhadap dia (ay 13), dan TUHAN naik saksi menentang dia (ay 21b). Ini berarti bahwa ia menganggap TUHAN memusuhinya, dan ini menyebabkan ia yang pergi dengan tangan penuh, dipulangkan oleh Tuhan dengan tangan kosong (ay 21a)! Ia memang percaya bahwa TUHAN itu adalah Allah yang maha kuasa (ay 20b,21b), tetapi kepercayaannya ini justru menyebabkan ia tidak punya harapan, karena ia beranggapan bahwa Allah yang mahakuasa itu menentang / memusuhi dia, dan mendatangkan mala petaka kepadanya (ay 21b). Ia mempercayai kemahakuasaan Allah dengan cara yang salah! Kemurahan Tuhan sudah pasti pernah dinyatakan pada Naomi, tetapi fakta bahwa dia pernah tidak melihat kemurahan Tuhan menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan tidak selalu nyata dalam hidupnya. Jadi baik Ayub, Yakub maupun Naomi adalah orang-orang yang beriman, tetapi pada saat itu mereka tidak bisa melihat kebaikan / kemurahan Tuhan. Segala sesuatu gelap gulita bagi mereka, kemurahan Tuhan bukan hanya tidak nyata, tetapi sama sekali tidak terlihat! Apakah ada saudara-saudara yang saat ini ada dalam keadaan seperti itu? Kalau ya, dengarlah ini: "Pada saat-saat seperti itu, sekalipun mata saudara tidak bisa melihat kemurahan Tuhan, kemurahan Tuhan itu tetap ada".
a. Dalam kasus Ayub. Semua penderitaan Ayub diakibatkan oleh serangan setan, yang diijinkan oleh Tuhan. Pada akhirnya, Ayub dipulihkan dan bahkan diangkat ke keadaan yang lebih tinggi / baik dari sebelumnya (Ayub 42:10-15).
Dan sampai sekarang, cerita Ayub menjadi suatu pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak Tuhan (bdk. Yak 5:11). Yak 5:11 - Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan. b. Dalam kasus Yakub. Kalau kita melihat cerita Yakub ini selanjutnya, justru penyerahan Benyamin itu menyebabkan ia akhirnya bertemu kembali dengan Yusuf, juga Simeon dan Benyamin, dan melepaskan mereka dari bahaya kelaparan. Ini menyebabkan Yakub dan semua keturunannya terpelihara dalam masa kelaparan tersebut, dan menjadi bangsa yang menurunkan Mesias / Yesus! Matthew Henry: Yakub menganggap Yusuf mati, dan Simeon dan Benyamin sebagai ada dalam bahaya; dan ia menyimpulkan, 'Semua hal-hal ini menentang aku'. Tetapi terbukti sebaliknya, bahwa semua ini adalah untuk dia, bekerja bersama-sama untuk kebaikannya dan kebaikan keluarganya: tetapi ia berpikir semua itu menentang dia. Perhatikan, melalui ketidaktahuan dan kesalahan kita, dan kelemahan dari iman kita, kita sering melihat itu sebagai menentang kita apa yang sebetulnya adalah untuk kita. Kita menderita dalam tubuh, milik / kekayaan, nama, dan hubungan; dan kita berpikir bahwa semua hal-hal ini menentang kita, sedangkan ini sebetulnya sedang mengerjakan untuk kita kemuliaan yang besar. Pulpit Commentary: Demikianlah providensia Allah sering disalah-mengerti / disalahtafsirkan oleh orang-orang kudusNya. Betapa sering orang percaya berkata: 'Semua hal ini menentang aku' pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan dalam keadaan diberkati yang dipulihkan. Memang, Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa di mana ia akan bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengarahkan ia kepada pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat itu ia justru menjadi putus asa. Bagi kita, karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap gulita, sehingga ia menjadi putus asa. Kalau saudara adalah anak Allah, dan pada saat ini segalanya kelihatan gelap gulita bagi saudara, jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara! c. Dalam kasus Naomi. Tentang Naomi, Pulpit Commentary berkata : Pulpit Commentary - Penafsirannya tentang providensia Allah salah. 'Tuhan', kata Naomi, 'telah bersaksi / naik saksi menentang aku'. Manusia sering membayangkan / mengkhayalkan bahwa jika Allah bisa mencegah penderitaan, tetapi mengijinkannya, Ia tidak menyenangi dan bersahabat dengan orang yang terkena penderitaan itu. Tetapi tidak demikian. 'Ia menghajar barangsiapa yang dikasihiNya'. Kitab Ayub memperingatkan kita terhadap kesalahmengertian tentang malapetaka / bencana. … Betapa sering merupakan sesuatu yang benar, seperti penyair Cowper mengetahui dan menyanyikannya - 'Di balik providensia yang merengut / cemberut, Allah menyembunyikan wajah yang tersenyum'. Bahwa di balik providensia Allah yang merengut, Allah menyembunyikan wajah yang tersenyum, terlihat dari kelanjutan cerita tentang Naomi dan Rut tersebut. Pada waktu Naomi kembali ke Israel, sekalipun Orpa akhirnya tidak mengikuti dia, tetapi Rut tetap berpaut kepadanya. Rut akhirnya menikah dengan Boas, dan melahirkan anak laki-laki.
Orang-orang perempuan itu menganggap Naomi berbahagia dan mereka menyebutnya Naomi (menyenangkan) lagi, bukan Mara (pahit)! Karena apa?
Bandingkan dengan banyak kasus di mana mertua bentrok dengan menantu. Itulah sebabnya ada orang yang berkata bahwa Hawa adalah wanita terbahagia karena tidak mempunyai mertua. Anak dari Rut dan Boas, yaitu Obed, akan memelihara / melayani Naomi. Karena itu ia disebut Obed (ay 17), yang artinya 'pelayan'. Obed adalah orang yang akan menurunkan Daud (ay 17,22). Dan dari Daud akan diturunkan Yesus! Jadi, cerita Naomi dan Rut yang mula-mula kelihatan buruk itu berakhir dengan 'Happy End'! Memang dalam Rut 1 semua menjadi gelap. Tetapi dalam Rut 2 mulai muncul titikterang. Dan dalam Rut 3 titik terang itu menjadi makin terang. Dalam Rut 4, sekalipun terang itu kelihatannya hilang sebentar, tetapi lalu muncul lagi, dan bahkan menjadi terang benderang. Kalau saudara adalah anak Tuhan, sekalipun saat ini saudara ada dalam kegelapan yang bagaimanapun pekatnya, di mana rasanya sama sekali tak ada harapan / kemurahan Tuhan bagi saudara, maka ingatlah akan cerita Rut dan Naomi ini, dan percayalah bahwa pada suatu saat saudara akan melihat titik terang yang makin lama akan makin terang, sehingga akhirnya menjadi terang benderang! Ini sesuai dengan janji Tuhan dalam Amsal 4:18 yang berbunyi:
Dari pengalaman 3 tokoh ini, kita dapat melihat satu kebenaran bahwa memang kadang kala kemurahan Tuhan tidak nyata atau tidak nampak dalam hidup kita atau lebih tepatnya kadang kita tidak bisa melihat kemurahan Tuhan di dalam hidup kita, tetapi sesungguhnya kemurahan Tuhan itu tetap ada. Bahkan sebenarnya kemurahan Tuhan itu memang tidak seharusnya tetap nyata bagi mata kita. Mengapa? Karena justru melalui itu kita belajar beriman.
Kita belajar beriman bahwa sekalipun kita tidak melihat matahari karena awan gelap, matahari itu tetap ada dan tak pernah lenyap. II. SIKAP KITA KETIKA KEMURAHAN TUHAN TIDAK TERLIHAT. Jikalau Ayub pernah tidak melihat kemurahan Tuhan dalam hidupnya, jikalau Yakub dan Naomi juga demikian, maka hal yang sama bisa terjadi pada kita. Kemurahan Tuhan memang tetap ada tetapi kadang ada saat di mana kemurahan Tuhan itu tidak terlihat di dalam hidup kita sebagaimana kata-kata dalam sebuah lagu rohani yang pernah dinyanyikan Julius Sitanggang. Tuhan…Masihkah mau Kau mendengarkan doaku Tuhan… Masihkah gerangan sembahku Kau terima Mana tangan-Mu…Gelapnya jalan yang kini kutempuh Sesatkah anakMu kini melangkah Dengar Tuhan…. Ratapanku Dalam kondisi semacam itu, apakah yang harus kita lakukan? a. Pandanglah pada keselamatan rohani dan salib Kristus! Rom 5:8 - Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Sesungguhnya kemurahan Tuhan terbesar yang pernah dinyatakan kepada kita adalah ketika Ia menyelamatkan kita melalui Kristus. Tit 3:4-7 – (4) Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, (5) pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya…. (6) yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, (7) supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. Yesus Kristus berkata, apa artinya seorang memiliki isi dunia ini kalau ia kehilangan nyawanya? Kalau begitu keselamatan kita adalah harta yang paling berharga / mahal, lebih mahal daripada isi dunia ini. Dan kalau Tuhan sudah menyatakan kemurahan seperti ini dalam hidup kita, apakah kita mau beranggapan bahwa Tuhan tidak bermurah hati kepada kita hanya karena hidup kita yang sulit, hanya karena doa kita tidak dijawab, hanya karena kita mengalami sakit penyakit, hanya karena kita mengalami kekurangan uang, hanya karena kita putus cinta, dsb? Sikap semacam ini sama dengan sikap seorang anak kecil yang menganggap orang tuanya jahat karena tidak memberikan dia uang Rp. 10.000 padahal dia tidak sadar bahwa kalau dia sampai besar seperti itu karena kasih sayang dan kebaikan orang tua. Ya! Asal saudara sudah diselamatkan, sadarlah bahwa itu kemurahan Tuhan terbesar dalam hidup saudara. Dan selalu ingat itu apabila saudara dalam hidup ini tidak melihat kemurahan Tuhan melalui terangkatnya penderitaan, lenyapnya penyakit, terkabulnya doa-doa, terselesaikannya semua problem. Yakinlah bahwa kemurahan Tuhan tetap ada dan yang terbesar sudah dinyatakan dalam hidup saudara ketika Dia menyelamatkan saudara dari dosa-dosa dan memberikan hidup kekal pada saudara. b. Tetaplah beriman pada janji Tuhan dalam Rom 8:28. Rom 8:28 - Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Di dalam Rom 8:18-27, Paulus memaparkan kehidupan orang-orang percaya dalam dunia ini dari sisi negatifnya yang meliputi penderitaan, keluhan dan perbudakan. Lihat ayat pertamanya : Rom 8:18 - Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita Tetapi selanjutnya dia mulai memaparkan sisi positifnya yang diawali dari ayat 28 bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu (termasuk dalam sisi negatif tadi yakni penderitaan, keluhan dan perbudakan) dengan tujuan mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya. Di sini ada sedikit persoalan terjemahan. Terjemahan yang tepat bukanlah "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu" tetapi "Segala sesuatu turut bekerja".
Tentu terjemahan Baru LAI juga tidak terlalu salah karena pastilah segala sesuatu itu bekerja karena Allah juga. Hanya memang secara hurufiah dikatakan bahwa segala sesuatu bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya. Lepas dari persoalan itu jelas bahwa ada janji yang sangat indah dalam ayat 28 bahwa segala sesuatu yang menimpa orang percaya, pasti akan berujung pada kebaikan. Th. Van den End – Tiada yang dapat merugikan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sebaliknya, segala hal yang menimpa mereka, termasuk nasib yang digambarkan dalam ayat 35 (penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang), harus membantu mereka mencapai keselamatan, karena hal-hal itu meneguhkan iman mereka dan mengikat mereka erat-erat kepada Yesus Kristus. Namun, Tuhanlah yang membuat segala hal turut mendatangkan kebaikan, sebab Dia berkuasa atas segala sesuatu. Orang Kristen percaya kepada Allah, bukan kepada nasib.…. Daun dan rumput, hujan dan kemarau, masa kelimpahan dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, dan segala hal tidak menimpa kita secara kebetulan, tetapi datang dari tangan Bapa saja. (Tafsiran Alkitab Surat Roma, hal. 453-454). Ya, ini adalah janji Allah bagi orang-orang percaya yang mengasihi Dia. Allah akan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Karena itu apabila penderitaan hidup, kesulitan, persoalan, kedukaan membuat saudara tidak dapat melihat kemurahan Tuhan, yakinlah bahwa kemurahan-Nya tetap ada, selalu ada dan terus bekerja untuk kebaikan saudara. Kalau saudara mau dan bisa melakukan hal-hal ini, maka akan terjadi seperti yang ada dalam teks di bawah ini.
Apa yang dibicarakan dalam ayat 17 adalah situasi di mana kemurahan Tuhan tidak terlihat. Tetapi dalam ayat 18 ada sorak-sorai dan sukacita karena Habakuk percaya sekalipun tidak terlihat, kemurahan Tuhan itu tetap dan selalu ada untuknya. Maukah saudara selalu percaya bahwa Tuhan itu murah hati kepada saudara, bahkan pada saat mata saudara tidak bisa melihatnya? Pada saat matahari tak terlihat oleh mata kita karena tertutup oleh awan, itu tidak berarti mataharinya lenyap! Selamat Tahun Baru, Tuhan memberkati saudara! - AMIN - |
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment