MEMPERGUNJINGKAN PEMIMPIN |
Posted: 18 Jan 2014 09:00 AM PST
Baca: Bilangan 12:1-10 Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa? (Bilangan 12:9) Bacaan Alkitab Setahun: Suatu hari seusai kebaktian Minggu, saya pulang bersama beberapa teman. Awalnya kami berbincang santai tentang pekerjaan, tapi kemudian seorang teman tiba-tiba mengeluh tentang ibadah yang baru saja kami hadiri. "Khotbahnya terlalu lama, pelayan mimbar kemampuannya pas-pasan," katanya. Tak saya sangka, teman-teman lain ikut menimpali dengan bersemangat. Saat saya diturunkan di rumah, semua orang di dalam mobil sedang asyik menggunjingkan kekurangan dan kelemahan para pemimpin dan pelayan di gereja. Lidah adalah sesuatu yang buas, tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan (Yak. 3:8). Hal ini sungguh benar! Betapa sering kita, sadar atau tidak, menggunakan lidah untuk hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan. Perbincangan yang santai dengan mudah bergeser menjadi pergunjingan, membicarakan kekurangan orang lain, termasuk para pemimpin: atasan di tempat kerja, pemimpin dan pelayan di gereja, orangtua, dsb. Para pemimpin adalah manusia yang juga memiliki kekurangan. Tetapi, kebiasaan mempergunjingkan mereka bukanlah sikap yang pantas bagi anak Tuhan. Miryam menerima ganjaran berat karena mengeluh tentang Musa di belakang punggungnya. Jika kita memiliki keberatan terhadap pemimpin, kita seharusnya mendoakan mereka. Jika perlu, kita dapat menemui mereka empat mata, menyampaikan masukan kita dengan penuh kasih, bukan malah menyebarkan gosip. Bukankah Amsal berkata, "Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi" (Ams. 27:5)?—VW ANDA MENGETAHUI KELEMAHAN SEORANG PEMIMPIN? Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 17 Jan 2014 09:00 AM PST
Baca: Lukas 13:1-5 Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? 'Tidak!' kata-Ku kepadamu. (Lukas 13:2-3) Bacaan Alkitab Setahun: Ketika suatu peristiwa buruk–misalnya tsunami, gempa bumi, banjir, kebakaran, kecelakaan, tindakan kriminal atau kesialan tertentu–menimpa seseorang atau suatu daerah, sebagian orang memandangnya sebagai hukuman Allah. Mereka beranggapan bahwa orang-orang tersebut memang pantas mendapatkannya. Sebagian orang Israel juga memiliki anggapan demikian. Mereka mengira orang Galilea yang dibunuh dan darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah kurban persembahannya lebih berdosa daripada orang Galilea lainnya. Mereka juga mengira orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam lebih besar dosanya dari orang Yerusalem lainnya. Dosa merekalah yang mengakibatkan mereka mengalami nasib buruk itu, simpul mereka. Namun Yesus meluruskan pemahaman mereka. Cara hidup seseorang tidak menentukan cara matinya. Banyak orang benar yang mengalami kematian mengenaskan. Yesus sendiri bahkan menjalani kematian yang mengerikan dan hina. Sebaliknya, banyak orang jahat yang mati dengan cara yang dinilai terhormat oleh manusia. Karena itulah, Yesus mengajak pendengar-Nya untuk tidak berfokus pada apa yang dialami oleh seseorang di dunia ini, termasuk cara kematian mereka, melainkan pada sesuatu yang lebih penting. Dia menekankan pertobatan, menyambut anugerah Allah yang menyelamatkan, sehingga tidak mengalami kebinasaan kekal. Karena itu, janganlah kita tergoda untuk menghakimi orang lain dan membenarkan diri sendiri. Sebaiknya, pastikanlah pertobatan kita dengan menerima pengurbanan Kristus.—HT MENYAMBUT ANUGERAH ALLAH DALAM KRISTUS Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment