Seserius Apakah Semua Manusia Tanpa Kecuali, Memerlukan Juru Selamat? |
Seserius Apakah Semua Manusia Tanpa Kecuali, Memerlukan Juru Selamat? Posted: 02 Jan 2014 04:57 AM PST Oleh : Martin SimamoraSeserius Apakah Semua Manusia Tanpa Kecuali, Memerlukan Juru Selamat? Tahun yang baru, adalah tahun yang tak terelakan didahului oleh kelahiran sang Juru selamat kedalam dunia, Allah yang turun kedalam dunia – Yesus telah lahir, sudah masuk dalam sejarah manusia. Kelahirannya melalui perawan Maria disebabkan oleh Roh Kudus, oleh Allah sendiri! Perawan, oleh Roh Kudus- sebuah konsepsi janin yang tidak lazim sebab diakibatkan oleh Roh Kudus, datang dari Allah! Sebuah tahun dikatakan baru, pada dasarnya, bukan sekedar perubahan angka dari 2013-2014. Adanya tahun yang baru, pada dasarnya, diakibatkan oleh kunjungan Allah kepada manusia sebagai Juru selamat, sebuah Era Baru telah terjadi. Ini adalah sebuah peristiwa megah, kudus dan ajaib bagi dunia (Ibrani 1:1-6) : kini ada pengharapan yang pasti akan keselamatan. Kalau malaikat-malaikat HARUS menyembah dia yang lahir di Betlehem, maka pasti ada sebuah peristiwa megah dan sekaligus mendebarkan bagi semua manusia. Bukan karena kedatangan-Nya maka manusia kini dimungkinkan untuk melakukan upaya-upaya untuk selamat secara mandiri, sebab jika demikian adanya maka tidak ada yang dapat dikatakan megah dan ajaib, apalagi sampai perlu Yesus mati di kayu salib, cukuplah dia datang saja sebagai seorang Guru atau Nabi. Dalam hal ini, Allah telah memastikan sebuah keselamatan dalam sebuah cara yang mutlak dan pasti. Tetapi, menurut anda, apakah semua manusia tanpa kecuali, memerlukan Juru selamat?
Ketika manusia mengalami krisis pangan dunia, maka para ahli-ahli pangan, kini, dalam derajat yang cukup istimewa dapat menciptakan varitas-varitas bibit tanaman yang dapat berproduksi lebih banyak dibandingkan dengan varitas alami. Ketika manusia menyadari bahwa kelak suatu saat dunia akan mengalami krisis energi fosil (minyak bumi), manusia kini mengembangkan energi alternatif non fosil yang kelak dapat digunakan secara masal dalam kehidupan sehari-hari mulai dari memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. Bahkan manusia dapat belajar dari malapetakan atau bencana alam yang paling mengerikan dalam sejarah hidupnya; lihatlah bagaimana kini kita dapat meminimalisasi dampak bencana dengan peringatan dini tsunami, peringatan dini topan atau tornado, dan berbagai upaya lainnya untuk bencana-bencana lainnya. Memperhatikan sejumlah hal besar diatas tersebut, yang telah dilakukan dan juga potensi-potensi yang dimiliki manusia untuk menolong dan menyelamatkan eksistensi rasnya sendiri, maka dimanakah relevansinya bagi TUHAN untuk mengutus Anak-Nya kedalam dunia (Yohanes 3:16). Lihatlah manusia, bahkan kini berpikir dan berupaya sangat serius dengan seganap sumber daya yang dipunyai untuk merelokasi rasnya ke planet lain yang lebih muda dan lebih sehat bagi manusia dalam segala hal (bacalah " 3 New PlanetsCould Host Life"), ya manusia tak hanya dapat memroses air laut menjadi air tawar atau memanfaat energi nuklir untuk pembangkit energi hingga untuk pemanfaat medis, manusia bahkan memiliki potensi untuk mencari planet-planet baru untuk didiami! Dalam hal ini, memikirkan apalagi memercayai Tuhan sebagai Juru selamat menjadi terlihat tidak bernilai signifikan, kalau tidak dikatakan sebagai terlampau dramatis. Moral manusia Vs Moral Tuhan? Salah satu isu tajam : bahwa manusia memerlukan Tuhan sebab moral manusia sudah rusak dan tidak ada dokter atau ahli jiwa yang sanggup memperbaikinya, apalagi menyembuhkannya. Dengan kata lain masalah aktualnya lebih besar dari sekedar MORALITAS! Tetapi orang-orang sinis kerap mengejek Tuhan dengan cara seperti ini: "kalau seorang ayah atau orang tua pada umumnya saja akan segera bertindak ketika melihat anaknya dalam bahaya, misal bermain di pinggir jalan, mengapa Tuhan tidak melakukannya? "Lihatlah Tuhan, dia sama sekali tidak bertindak apapun ketika manusia yang jelas-jelas tidak lebih hebat daripada si iblis, dibiarkan-Nya saja diperdaya dan memakan dari pohon yang Dia larang sendiri? Bukankah ini sudah secara telak membuat Tuhan tidak memiliki moral yang lebih bermoral daripada manusia! Tetapi mari kita menjadi sangat cermat. Satu sisi, manusia-manusia berteriak dengan lantang dan penuh percaya diri bahwa "kami memiliki kehendak bebas, kami memiliki rasio, dan kami memiliki nurani untuk melakukan penilaian-penilaian untuk melakukan atau tidak melakukan sebuah tindakan." Satu sisi manusia-manusia tidak menghendaki Tuhan terlampau berdaulat sebab jika Dia terlampau berdaulat, bukankah kami tidak lebih dari sekedar robot atau boneka? Manusia memrotes dan mengecam Tuhan: sebagai Tuhan, bermoral tidak lebih baik daripada manusia sebab Dia tidak lebih baik daripada seorang ayah yang akan berlari menolong dan mencegah anaknya dari bahaya di jalan, terlepas dari apakah dia mampu atau tidak untuk mewujudkannya. Namun di sisi lain manusia juga menuntut agar Tuhan jangan terlalu berdaulat sebab kami manusia memiliki kehendak bebas, rasio dan nurani, kami lebih cerdas daripada "binatang", kami bukanlah manusia yang tidak sanggup membedakan apa atau mana yang benar dan salah, mana yang hitam dan mana yang putih. Kami manusia memiliki kapasitas untuk melakukan penilaian-penilaian, kami tidak selemah atau segampang itu untuk diperdaya oleh gagasan-gagasan muslihat! Jadi…Tuhan, janganlah Engkau terlampau berdaulat, sampai-sampai engkau menentukan segala sesuatu yang boleh terjadi dan tidak boleh terjadi, bahkan Engkau dikabarkan melakukannya jauh sebelum semuanya itu terjadi! Kalau Engkau melakukan itu Tuhan, itu sama saja engkau membungkam kehendak bebas kami, itu sama saja engkau tidak memberikan kesempatan kepada otak kami serta nurani kami untuk membuat keputusan-keputusan yang mandiri. Bukankah engkau yang menciptakan kami manusia dengan kehendak bebas, kecerdasan atau kemampuan menggunakan rasio dan nurani yang istimewa? Itulah manusia! Kami manusia berteriak lantang "moralitas kami sebagai manusia tidak lebih buruk daripada Tuhan!" Kalau kami, sebagai orang tua manusia akan mencegah hal-hal buruk dengan segala daya dan cara, kalau perlu tidak mengizinkan anak kami bermain di luar rumah, agar terhindar dari bahaya yang kami ketahui namun tidak diketahui anak kami, kok..Tuhan tidak "mengurung" Adam dan Hawa agar pada hari dan jam tersebut tidak bertemu Adam dan Hawa? TETAPI disaat yang sama, kami manusia juga berteriak dan menuntut pada Tuhan agar "berikanlah kepada kami ruang seluas-luasnya bagi kehendak bebas, daya rasio dan nurani kami, agar kami boleh hidup sebagai manusia yang sempurna dan eksis!" Jika Engkau, sedikit-sedikit campur tangan, sedikit-sedikit mengatur semua runtutan sejarah manusia, maka apakah kami ini? Robotkah? Bonekakah? Lantas untuk apa Engkau memberikan kepada kami kemauan, otak, dan nurani Tuhan? Apakah yang dimaui manusia? Harus seperti apakah Tuhan berlaku bagi manusia? Apa yang dikehendaki manusia agar Tuhan bersikap? Wow…. tidakkah ini menjadi terlihat bahwa Tuhan telah didikte oleh manusia? Atau apakah benar Tuhan telah memperlakukan manusia bagaikan robot atau boneka, jika dia berdaulat penuh sebagai Tuhan? Apakah manusia serta-merta menjadi robot atau boneka? Ketika Dia bersabda demikian :
Justru karena manusia MERASA SANGAT bernilai dan sangat istimewa, terlihat, telah menjadikan manusia tidak lagi sanggup mengapresiasi Tuhan dalam kedudukan-Nya yang megah dan agung. Seolah-olah, karena Tuhan telah memberikan kehendak bebas, rasio, dan nurani yang luar biasa, lantas Tuhan tidak boleh lagi terlampau dominan. Ya…seperti halnya kita di dunia manusia, bahkan terhadap anak sendiripun kita berkeyakinan bahwa orang tua tidak boleh terlampau dominan apalagi berkuasa atas anaknya. Seolah hendak mengatakan bahwa moralitas Tuhan itu tidak lebih hebat daripada moralitas manusia sehingga sebagaimana orang tua dunia yang dominan dapat otoriter dan tidak adil maka Tuhan pun dapat demikian. Begitulah kuatir dan persepsi manusia ketika Tuhan terlampau berdaulat, maka bagi manusia itu adalah otoriter, itu adalah perilaku seperti orang tua dunia memperlakukan anaknya semena-mena dan hanya jadi boneka tanpa belajar menjadi mandiri. Sebaliknyalah Moralitas Tuhan teramat megah untuk dapat disandingkan dengan moralitas manusia. Inginkah anda mengetahui bagaimanakah moralitas yang diusung oleh Tuhan? Cobalah anda bandingkan dengan diri anda ketika membaca moralitas Tuhan ini:
Adakah satu, saja manusia yang sanggup memenuhi standard moralitas Tuhan yang seperti ini- sempurna tanpa cela dan lebih tepat dikatakan KUDUS? Jangankan memenuhi, sekedar untuk mendekati saja akan sangat mustahil! Bahkan perkataan Yesus sendiri akan menunjukan bahwa manusia mustahil memenuhinya! Ini bukan menunjukan bahwa manusia membutuhkan pertolongan pada apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia, tetapi pada hal yang mustahil untuk dilakukan manusia terkait apa yang menjadi standard Tuhan. Manusia Baik Dimata Dunia adalah Manusia Najis Bagi Tuhan! Kalau Tuhan memiliki standard yang sekaligus menunjukan integeritas moralitasnya lebih daripada sempurna, tetapi TEGAK LURUS atau kudus. Apakah ada dasar untuk mencurigai Tuhan akan berbuat licik apalagi menjadikan manusia seperti boneka/ robot. Hal yang perlu saya tegaskan di sini adalah: bahwa manusia memang memiliki sebuah kemampuan yang diinstrumentasikan melalui kehendak bebasnya yang disertai oleh kemampuan rasio dan nuraninya. Saya berpendapat, ini adalah trio yang istimewa, yang masih bekerja sekalipun manusia dinyatakan telah jatuh kedalam dosa. Hanya saja, jika sejak penciptaan Allah adalah Allah yang berdaulat maka setelah manusia jatuh pastilah Dia tetap berdaulat atas segala sesuatunya. Dan jika pada Adam dan Hawa, dalam kedaulatan-Nya, Dia membiarkan kehendak bebas, kemampuan rasio, dan nuraninya untuk berhadap-hadapan dengan si ular, maka kita juga melihat Allah masih memberikan pada manusia itu tiga trio tersebut, namun saya percaya kualitasnya sudah jauh memburuk. Namun, kepada siapapun yang menuding Allah sebagai "keterlaluan" dengan membiarkan manusia sendirian berhadap-hadapan dengan si ular (Setan), ingatlah akan hal ini : "DIA MEMBERIKAN MODAL BAGI MANUSIA UNTUK BERHADAP-HADAPAN DENGAN SI SETAN : KEHENDAK BEBAS, DAYA RASIO, DAN NURANI." Bahkan sebetulnya Allah "sadar" bahwa "trio" tersebut, tidaklah cukup sehingga Dia membekali manusia Adam dan Hawa dengan Firman-Nya :
Karena manusia memiliki "trio" yang membuat manusia benar-benar istimewa, maka TUHAN pun dalam kemahatahuan-Nya tidak membiarkan manusia itu sendirian dengan "trio"mumpuni andalan manusia ini. Dia melengkapi manusia dengan sebuah panduan, nasehat, teguran, yang jelas dan lugas:
Kita tahu selanjutnya bahwa manusia yang memiliki trio: kehendak bebas,daya rasio atau berpikir,dan nurani, PLUS firman dari sang Pencipta, pun membuat manusia itu tidak juga berpihak pada ketetapan TUHAN, sebaliknya manusia telah mempertaruhkan HIDUP yang dimilikinya yang berujung pada KEMATIAN! (Bacalah targedi maut manusia ini dalam Kejadian 3:1-13). Nah, sekarang sebagaimana TUHAN telah katakan, bahwa manusia itu sekarang telah MATI, tetapi kita tahu bahwa wujud kematian ini bukanlah sebuah kematian yang terjadi secara jasmaniah tetapi secara spiritual. Karena saat manusia itu memakan yang dilarang itu, kedua manusia itu masih bernafas, masih memiliki trio tersebut dan ini terlihat bagaimana Adam dan Hawa sanggup berdialog dengan TUHAN, namun nyata efek MATI itu terlihat, dengan cara MENYALAHKAN TUHAN SEBAGAI BIANG KELADI TRAGEDI INI :
Kedua manusia itu bukan sekedar saling menyalahkan atau lebih tepatnya tidak mau disalahkan begitu saja. Hebatnya lagi, manusia itu tidak saja menyalahkan si Ular sebagai biang keladi, tetapi dengan sangat percaya diri, manusia itu sanggup beragumentasi bahwa TUHANLAH, biang keladi UTAMA tragedi ini. ANDAI SAJA TUHAN TIDAK MENCIPTAKAN HAWA (Kejadian 2:18-19) DAN MENJADIKAN PENOLONG DI SISI ADAM, DAN HAWA TIDAK MEMBERI BUAH POHON ITU, PASTILAH AKU TIDAK MELANGGAR PERINTAH TUHAN! Jadi, seharusnyalah Engkau turut bertanggungjawab dan lebih pantas menjadi aktor utama kesalahan ini! TETAPI, apakah serta merta TUHAN menjadi murka dan begitu saja memusnahkan manusia yang lancang dan kurang ajar ini? TIDAK! Bahkan luar biasanya, TUHAN dalam kedaulatan-Nya, dalam kemegahan-NYA, dalam Kekudusan-Nya, dalam Keadilan-Nya, dan dalam kasih-Nya, memberi tempat selebar-selebarnya bagi KEHENDAK BEBAS, DAYA RASIO, dan NURANI mereka untuk boleh berbantah-bantahan dengan-Nya. TUHAN memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengajukan pembelaan diri (bacalah kembali Kejadian 3:9-19), namun manusia itu tidak berdaya terhadap barang bukti yang telah melekat pada diri mereka, yaitu MEREKA TELAH MATI! TETAPI, lihatlah apa yang TUHAN lakukan kepada manusia yang TELAH MATI tersebut? Dia tidak hanya masih MEMANGGIL untuk menanyai duduk persoalan (padahal Dia mahatahu!) dan MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MEMBELA DIRI, Dia juga menunjukan kesalahannya (sebenarnya ini malahan KESALAHAN TUNGGAL namun kompleks), memberikan vonis yang ADIL bagi masing-masing pelaku kejahatan (Kejadian 3:14-19). TETAPI, ada yang lebih luar biasa lagi, sebelum Tuhan mengusir mereka dari taman TUHAN, Dia memberikan sebuah tanda kasih yang dahsyat, sebab pada dasarnya Dia oleh kehendak-Nya sendiri dalam Kedaulatan-Nya melakukan sebuah Tindakan yang Penuh kasih seorang Bapa kepada anak-anak-Nya : "Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka (Kejadian 3:21). "Sebelum pada akhir-Nya Allah HARUS MENGUSIR MEREKA DARI TAMANNYA : "Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan" (Kejadian 3:23-24). Dalam hal ini kita bisa melihat, sekalipun manusia itu memang memiliki kehendak bebas, daya rasio atau kecerdasan intelektual, dan nurani yang dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan moral. Kita melihat bahwa TUHAN menuntut manusia untuk selalu bergantung sepenuhnya dalam seluruh keberadaan manusia, sehingga manusia tidak dapat menggusur kedaulatan Tuhan dalam setiap ketetapan-Nya! MANUSIA HARUS SENANTIASA DALAM SETIAP HAL TANPA KECUALI BERGANTUNG PADA TUHAN! Kemampuan manusia dengan kehendak bebas, berpikir dan bernurani TIDAK BOLEH MEMBUAT TUHAN MENJADI KECIL tetapi seharusnya semakin MEGAH! Jika hal ini diabaikan maka hasil finalnya adalah : MATI! Allah yang Adil sekaligus Kasih! Sesuatu yang sulit untuk dibayangkan, namun sejak Kitab Kejadian kita sebenarnya telah dipertontonkan oleh sebuah demonstrasi Keadilan dalam Kasih dan Kasih dalam Keadilan, karena Dia berdaulat maka Dia dapat melakukannya. Dia menghukum namun dia menunjukan kasih-Nya. Dia masih memberikan pakaian kepada manusia yang telah MATI. Dia masih memberikan pakaian (dibuat oleh-Nya dan dikenakan oleh-Nya) sebelum dia sendiri mengusir-Nya! Inilah moralitas TUHAN yang tak pernah jadi perhatian manusia!
Manusia memang bisa baik sebab manusia masih memiliki kehendak bebas, daya rasio atau berpikir, dan nurani. Malangnya ini beroperasi dalam dua fakta yang menakutkan : (1) Semua manusia TELAH MATI (2) Semua manusia telah diusir dari hadapan TUHAN! Sehingga inilah yang mengakibatkan manusia baik di mata dunia adalah najis di hadapan Tuhan. Sekaligus menujukan bahwa manusia memerlukan Tuhan sama sekali untuk menolongnya dari fakta ini. Mari kita lihat fakta ini dari sudut pandang Allah sendiri, melalui dua kesaksian dalam Alkitab
Tunjukan kepada saya di muka bumi ini, ada satu manusia yang sama sekali dari dalam hatinya tidak pernah setitik saja ada hawa nafsu, ada kesombongan, ada kelicikan, ada kebebalan? ATAU tolong tunjukan kepada saya ada manusia yang sanggup membuktikan atau melihat dalam hati seseorang ada atau tidak ada setitik saja hal-hal ini? Saya tidak yakin ada manusia yang sanggup melihat kedalaman hati manusia, SELAIN TUHAN! Saya sama sekali tidak percaya ada manusia yang dapat lolos dari apa yang telah ditetapkan TUHAN ini. Berdasarkan fakta yang disodorkan oleh Yesus Kristus, saya tidak bisa membantah fakta mengerikan bahwa tidak ada manusia yang dapat bebas dari kondisi najis! Dalam hal ini kita memerlukan Juru selamat, tidak bisa tidak, agar kita kudus! (bandingkan dengan ; Yohanes 15:3,Yohanes 17:17-20, Ibrani 2:11, Ibrani 9:13,18,26 Ibrani 10:5-10, 29 1 Tesalonika 4:7, Titus 2:14)
Hanya jika anda dan saya percaya kepada Yesus maka kita dapat hidup sebagai orang yang MENGENAL Allah. Mengenal disini bukan dalam artian yang "gampangan" apalagi dalam artian yang murahan. MENGENAL ALLAH adalah sebuah realita dan bukan sebuah jargon semata, orang itu HARUS hidup dalam PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH. Jika memang demikian maka pikiran kita akan berguna,pengertian kita akan terang, hati kita tidak degil tapi penurut/tunduk, perasaan kita tidak tumpul tapi menjadi tajam/hidup sehingga kita berkuasa atas hawa nafsu tidak menyerah. Jika demikian maka kita tidak menyerah kepada hawa nafsu dan tidak mengerjakan segala macam kecemaran! Darimanakah semua ini HARUS BERMULA? Semua ini bermula dari MENGENAL ALLAH ,atau dengan kata lain manusia yang TELAH MATI, pertama-tama harus DIHIDUPKAN atau DIBANGKITKAN DARI KEMATIAN (Ini mustahil dilakukan oleh manusia!) agar SANGGUP meninggalkan dosa dan berpaling kepada Yesus Kristus, sehingga dapat mengenal ALLAH- memiliki PESEKUTUAN DENGAN ALLAH sebab memiliki Allah sama dengan memiliki HIDUP, anda tidak lagi MATI! Bagaimana agar anda MENGENAL ALLAH? Tidak bisa tidak, anda harus MENGENAL KRISTUS, anda belajar MENGENAL KRISTUS! Mengenal ALLAH, sehingga pengenalan itu merasuki segenap sunsum tulang anda, sehingga membuat setiap sel-sel tubuh anda kembali mengenali sang PENCIPTA, nampaknya ini adalah sebuah upaya yang tidak sederhana. Anda harus BELAJAR MENGENAL KRISTUS, BELAJAR MENGENAL ALLAH ITU SENDIRI, sehingga anda memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia yang telah MATI, manusia itu perlu DIBANGKITKAN TERLEBIH DAHULU sehingga dengan demikian mampu : BELAJAR UNTUK MENGUSAI SELURUH KEBERADAAN DIRI ANDA AGAR HAWA NAFSU TIDAK BERKUASA ATAS DIRI ANDA!
Orang baik memang dapat ditemukan dan akan selalu ditemukan. Tetapi orang baik dalam dunia ini mustahil menjadi tidak najis tanpa dia mengenal Allah, tanpa dia MEMILIKI PERSEKUTUAN DAN BELAJAR MENGENAL KRISTUS. Itulah sebabnya DIA dikatakan Juru selamat, menyelamatkan kita dari kematian kekal agar dapat memiliki hidup kekal dan tidak turut dihukum, sehingga kita dapat bersekutu dengan Allah yang hidup! Ya…dahulu melanggar dosa dan Mati dan diusir dari taman Tuhan, oleh Tuhan dari persekutuan bersama-Nya, kini diselamatkan dari MATI dan dipanggil kembali kepada Tuhan untuk masuk kembali kedalam persekutuan dengan TUHAN. Apakah anda telah diselamatkan dan dikuduskan oleh sang Juru selamat dunia? *** |
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment