DISALAHPAHAMI |
Posted: 26 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: Lukas 23:33-43 [Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."] Lalu mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34) Bacaan Alkitab Setahun: Istri saya menderita skizofrenia. Ia berhalunasi bahwa saya melakukan banyak dosa yang menyakiti hatinya, dan ia menceritakannya kepada banyak orang. Saya tidak melakukan perbuatan yang ia tuduhkan, namun orang yang mendengar ceritanya memercayainya. Sorot mata mereka mendakwa saya selaku orang yang bersalah. Itu terjadi sebelum penyakit istri saya terdeteksi. Kristus juga disalahpahami. Orang banyak mendakwa-Nya dengan berbagai tuduhan, padahal Dia sama sekali tidak bersalah. Orang pun menangkap dan menyalibkan-Nya di Bukit Golgota, tempat eksekusi para penjahat kelas kakap. Kristus disejajarkan dengan penjahat besar karena kesalahpahaman. Kristus memahaminya sehingga Dia berkata, "Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Kristus tidak menuntut mereka agar sadar, lalu meminta maaf kepada-Nya. Sebaliknya, Kristus berlapang hati untuk mengampuni mereka. Meskipun demikian, kesalahpahaman itu tidak berakhir, malah makin parah. Mereka menantang dan mengolok-olok Kristus untuk menyelamatkan diri-Nya. Setelah orang tahu istri saya sakit, tidak ada yang datang meminta maaf pada saya. Saya belajar kepada Kristus, dan berdoa, "Tuhan, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Setelah berdoa demikian, hati saya teduh. Tidak ada yang perlu dipersalahkan. Istri saya tidak bersalah karena ia sakit; mereka yang salah paham juga tidak bersalah karena tidak menyadarinya. Saya justru bersyukur karena dapat belajar untuk mengampuni ketika disalahpahami.—JAP KITA MENGAMPUNI KESALAHPAHAMAN ORANG LAIN Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 25 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: Amsal 11:3-8 Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya. (Amsal 11:6) Bacaan Alkitab Setahun: Honest Abe—alias Abe yang jujur—nyatanya bukan julukan kosong bagi Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat. Sejak kecil ia konsisten bersikap jujur. Ibu tirinya berkomentar, "Ia tidak pernah berdusta pada saya seumur hidupnya, tidak pernah berdalih... atau mengelak untuk menghindari hukuman atau tanggung jawab lain..." Ia bersikap jujur dalam perkara kecil sekalipun, seperti ditunjukkannya ketika menjadi penjaga toko di New Salem, Illinois. Suatu petang, saat mencatat neraca keuangan, Lincoln mendapatkan bahwa ia telah memungut bayaran sekitar 6 sen lebih banyak dari seorang pelanggan. Malam itu juga, ia berjalan kaki beberapa mil ke rumah pelanggan itu untuk mengembalikan uang tersebut. Salomo menguntai beberapa amsal tentang berkat dari kejujuran. Berjalan dalam kejujuran mendatangkan rasa aman yang kudus. Kejujuran itu seperti jalan yang, sekalipun tidak gampang untuk ditempuh, tidak akan menyesatkan. Kejujuran, dengan demikian, membebaskan dan melindungi kita. Ia membebaskan kita dari daya pikat dosa dan sistem dunia yang penuh jebakan serta melindungi kita dari ancaman kerusakan dan kebinasaan yang menyertainya. Di negeri kita belakangan ini, kejujuran terasa begitu sulit untuk ditemukan. Sebaliknya, korupsi merajalela. Keadaan memprihatinkan ini sejatinya merupakan kesempatan bagi orang benar untuk bersinar. Di tengah kegelapan korupsi, biarlah kita menjalankan pekerjaan, termasuk pekerjaan yang tampak remeh sekalipun, dengan penuh kejujuran.—ARS KETIKA KITA HIDUP DALAM KEJUJURAN, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment