Monyet dan Pisang |
Posted: 18 Feb 2014 04:00 PM PST Seorang penjual pisang sangat marah ketika ada beberapa pisangnya yang hilang. Namun kemarahannya itu terhenti ketika ditemukan beberapa lembar uang di depan tokonya. Penjual pisangpun sangat penasaran. Dia pun berniat mengawasi setiap gerak-gerik pengunjung pada tokonya. Tidak ada yang aneh sepanjang hari itu sampai pada akhirnya datanglah seekor monyet. Penjual itu hendak mengusirnya, namun terheran-heran ketika monyet itu melemparkan lembaran uang kertas yang sudah diremas-remas beserta sebuah catatan, “Berikan kepada monyet ini 10 buah pisang.” Monyet itu segera pergi setelah mendapatkan 10 buah pisang. Penjual pisang pun segera membuntutinya. Monyet itu berhenti pada sebuah lampu merah, pada saat semua kendaraan berhenti barulah monyet itu menyeberang. Monyet itu terus berjalan melewati sebuah hutan, sampai akhirnya tiba pada persimpangan. Monyet itu mulai mencari sesuatu pada setiap pohon. Ada tumpukan daun kering yang tertancap pada daun, dan monyet itu berjalan pada jalan di mana ada tancapan daun itu. Rupanya monyet itu memberi tanda agar tidak tersesat. Sesampainya di sebuah rumah, monyet itu berhenti. Mengambil batu lalu mengetuk-ngetukkannya pada pintu. Karena tak ada yang membukakan pintu, monyet itu mulai memanjat pohon lalu melompat memasuki jendela. Penjual pisang sangat terkejut ketika mendapati monyet sedang disiksa oleh pemiliknya. “Apa yang sedang kau lakukan pada monyet itu? Dia sangat pintar, sehingga kau tak perlu repot-repot berbelanja pisang ke tempatku.” “Monyet ini sangat bodoh. Setiap hari selalu melompat melalui jendela dan membuat baju-bajuku kotor. Dia bodoh karena tidak pernah membuka pintu dengan kunci yang selalu terikat pada lehernya.” Mungkin cara pandang kita terhadap sesuatu hal tidak sama dengan cara pandang orang lain. Apa yang mungkin kita pandang sebagai suatu kesalahan atau sesuatu yang tidak baik, justru dianggap sebagai anugerah bagi orang lain. Seseorang yang tidak mau bersyukur akan selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah terjadi. Mereka selalu menutut kesempurnaan dan harus sesuai dengan apa yang dia harapkan. Perlu kita ketahui bahwa kemampuan setiap manusia itu berbeda-beda dan keahlian mereka pun terbatas. Kita tidak bisa menuntut orang lain untuk menjadi seperti apa yang kita inginkan. Berusahalah untuk bisa menghargai orang lain. Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. Amsal 14:21 Monyet dan Pisang is a post from: Renungan Harian Kristen |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian Kristen To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment