Kesabaran Tuhan itu Berbatas |
Posted: 22 Feb 2014 06:56 PM PST Posted on Minggu, 23 Februari, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yesaya 65 Manusia sering beranggapan secara keliru bahwa Tuhan itu panjang sabar dan tidak akan murka pada manusia. Kita menganggap bahwa Tuhan yang panjang sabar itu tidak mungkin menghukum manusia. Akan tetapi, jelas sekali bahwa bukan demikian maksud dari kepanjangsabaran Tuhan. Tuhan itu panjang sabar, sehingga Dia memberi kesempatan demi kesempatan bagi manusia untuk bertobat lebih dari yang dapat kita bayangkan. Nabi Yesaya menceritakan bagaimana Tuhan menawarkan kepada manusia untuk datang kepada-Nya walaupun jelas bahwa mereka memberontak dan menempuh jalan yang tidak baik (65:1-2a), Manusia tetap memilih jalannya sendiri (65:2b-5, 12). Manusia memilih untuk menyembah kepada berhala dan meremehkan Tuhan. Tentu saja pantas kalau Tuhan murka terhadap manusia yang tidak menghargai kekudusan-Nya itu (65:6-7). Akan tetapi, dalam kemurkaan-Nya itu, Tuhan tetap menunjukkan kepanjangsabaran-Nya dengan cara menyediakan pengampunan bagi manusia yang bersedia untuk datang kembali kepada-Nya (65:9). Kesabaran Tuhan pada kita adalah nyata. Kita penuh dengan kegagalan dan pelanggaran terhadap firman-Nya. Akan tetapi, Dia terus memberi pengampunan kepada kita yang menyesali dosa-dosa kita. Dia selalu memberi kesempatan untuk terjadinya pemulihan hubungan dengan Dia. Di dalam Yesus Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, agar kita bisa menikmati pengampunan-Nya atas dosa-dosa kita. Akan tetapi, pengorbanan Yesus Kristus itu juga menunjukkan bahwa Dia tidak membiarkan dosa di hadapan-Nya. Dia murka dan menghukum dosa itu. Bersyukurlah kita bahwa Tuhan Yesus berkenan menanggung hukuman Allah itu. [AMNH] 1 Yohanes 1:9 Filed under: Renungan Harian |
Posted: 22 Feb 2014 06:54 PM PST Posted on Minggu, 23 Februari, 2014 by Saat Teduh Baca: Mazmur 127 Peribahasa ini, "manusia berencana, Tuhan menetapkan" bisa menyimpulkan Mazmur 127. Mazmur ini mengungkapkan keyakinan bahwa Tuhanlah sumber berkat atas keluarga dan masyarakat. Rumah bisa dimengerti sebagai bangunan tempat tinggal keluarga, bisa juga menunjuk kepada keluarga itu sendiri. Sepertinya keluargalah yang dimaksud dalam mazmur ini.Pemazmur menegaskan bahwa kesejahteraan dan keharmonisan rumah tangga Israel semata-mata berasal dari Allah, yang telah membentuk lembaga keluarga (Kej. 1:26-28). Keluarga-keluarga membentuk masyarakat. Pemazmur yakin bahwa masyarakat aman sentosa merupakan anugerah dari Allah. Bagian pertama mazmur ini (1-2) ditutup dengan penegasan bahwa manusia bertanggung jawab menyejahterakan keluarga dan masyarakatnya. Namun tanpa kasih karunia, semua sia-sia. Karena rumah tangga bergantung penuh kepada pemeliharaan Allah, maka bagian kedua (3-5) menekankan berkat terpenting dalam sebuah keluarga, yaitu anak laki-laki. Dalam masyarakat purba, anak laki-laki penting sebagai penerus nama keluarga. Ungkapan 'anak-anak laki-laki bagaikan anak panah di tangan pahlawan' menyatakan kebanggaan sekaligus jaminan masa depan bagi keluarga dan masyarakat. Pada konteks masa kini, pandangan 'banyak anak banyak rezeki' dicibir. Namun ingat, mazmur ini ditulis untuk masyarakat purba yang senantiasa was-was dengan musuh dan wabah penyakit yang bisa menyapu satu kota dalam waktu singkat. Memiliki banyak anak merupakan salah satu jaminan keamanan dan keberlangsungan keluarga maupun masyarakat. Tentu jaminan masa depan keluarga dan masyarakat bukan semata-mata bertumpu pada banyaknya anak yang dilahirkan. Sumber satu-satunya rasa aman dan kepastian masa depan, hanya pada Tuhan. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 21 Feb 2014 05:21 PM PST Posted on Sabtu, 22 Februari, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yesaya 63-64 Sapaan Tuhan sebagai Bapa adalah sapaan yang kurang populer dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menekankan bahwa diri-Nya harus dihormati, harus ditakuti, dan harus disembah. Selain itu, dalam pengalaman bangsa Israel yang dibuang ini, Tuhan menegaskan bahwa diri-Nya tidak boleh diduakan. Hanya Dialah satu-satunya Allah yang boleh disembah. Akan tetapi, sebenarnya dalam PL pun, Tuhan menunjukkan bahwa Dia berkenan pada keakraban dengan umat-Nya. Dalam bacaan hari ini, Nabi Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan berkenan disapa sebagai Bapa (63:16; 64:8) karena Dialah Penebus dan Pencipta manusia. Kenyataan ini menggambarkan sisi Tuhan yang ingin berada dekat dengan manusia. Dalam sapaan itu, Tuhan menegaskan bahwa kita bisa datang mendekat kepada-Nya dengan tidak perlu merasa takut. Seperti itulah Tuhan kita! Di satu sisi, Dia menuntut penghormatan, penyembahan yang penuh dari umat-Nya karena Dia berhak menerima hal itu. Di sisi lain, Dia menebus umat-Nya agar umat-Nya dapat menikmati kasih-Nya yang berlimpah, sehingga kita bisa memanggil Dia sebagai "Bapa kami". Seringkali kita kurang menikmati keakraban yang Tuhan sediakan bagi kita. Kita lebih mudah mengingat bahwa Dia adalah Tuhan yang kudus, yang harus kita hormati. Kita mungkin saja lupa bahwa Dia juga berkenan bila kita memanggilnya sebagai "Bapa"—sapaan yang menggambarkan hubungan yang akrab dan dekat. Dalam sapaan itu, Tuhan tetap menuntut penghormatan kita karena Dia tetap berhak untuk dihormati sebagai Bapa. Apakah Anda bisa menikmati keakraban dengan Tuhan sambil tetap menghormati Dia?[AMNH] Roma 8:15 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment