ORANG NOMOR DUA |
Posted: 11 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: Kisah Pr. Rasul 11:19-30 Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. (Kisah Pr. Rasul 11:25) Bacaan Alkitab Setahun: Tidak banyak orang siap menjadi nomor dua, apa lagi jika ia telah lama menjadi orang nomor satu. Realitas ini juga berlaku dalam dunia pelayanan. Barnabas termasuk salah satu orang yang memiliki kesiapan itu. Orang-orang percaya, termasuk para rasul, meragukan pertobatan Saulus dan menolaknya karena takut. Barnabaslah yang bersedia menerimanya dan meyakinkan para rasul. Karena terancam, Saulus akhirnya kembali ke Tarsus, desa asalnya (Kis. 9:26-30). Beberapa tahun kemudian, orang-orang percaya tersebar karena penganiayaan. Namun, terjadi pula pertumbuhan di banyak tempat, salah satunya di Antiokhia. Jemaat Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi mereka. Menyaksikan jemaat Antiokhia, Barnabas bersukacita. Ia sadar mereka memerlukan pembimbing. Dan ia tahu, Saulus orang yang tepat untuk menjalankan tugas itu. Ia mencari Saulus dan mengajaknya melayani bersama di Antiokhia. Kemudian, Saulus (nantinya menjadi Paulus) semakin menonjol dan berpengaruh dalam pelayanan. Bahkan, mereka sering disebut "Paulus dan kawan-kawannya" saja. Peran Barnabas seolah tidak terlihat lagi, namun ia tetap melayani dengan setia. Ketika orang yang kita bimbing menjadi lebih menonjol dalam pelayanan atau di bidang lain, bersediakah kita berbesar hati mendukungnya? Atau, kita tergoda untuk menyingkir karena sakit hati dan bahkan merongrongnya? Kita perlu meneladani Barnabas yang rela menjadi tak terlihat, asalkan pelayanan terus maju demi kemuliaan Allah.—HT DI ATAS PANGGUNG ATAU DI BALIK LAYAR, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 10 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: 1 Korintus 13 Kasih itu… tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (1 Korintus 13:5b) Bacaan Alkitab Setahun: Tom Riddle, salah satu tokoh jahat dalam serial Harry Potter, sebenarnya adalah pribadi yang rapuh. Ia sangat jahat karena memendam kepahitan sejak masa kanak-kanak. Ia dendam pada sang ayah yang meninggalkannya sewaktu masih dalam kandungan ibunya. Didorong oleh dendam kesumat itu, ia mencari tahu keberadaan ayahnya dan, sewaktu menemukannya, tak segan membunuhnya. Ia tidak memiliki cinta untuk mengalahkan dendam dan kebencian yang terus membara di dalam hatinya. Kejahatan dan kekejian menyelubunginya sampai ia tewas dalam ambisinya untuk menguasai dunia. Kita lebih mudah menyimpan dendam membara akibat perlakuan orang yang kita anggap tidak adil. Sebaliknya, kita sulit mengingat kebaikan yang pernah orang berikan bagi kita. Beribu kebaikan serasa tak berarti lagi gara-gara suatu pelanggaran yang terjadi. Satu kesalahan bisa menghancurkan segalanya, menjerat kita dalam kekejian. Tetapi, jika kita memiliki kasih yang Tuhan karuniakan kepada orang percaya, kita bisa mengalahkan sakit hati dan kepahitan yang menghampiri kita. Nas hari ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah. Artinya, orang yang memiliki kasih tidak akan mudah naik darah. Kasih juga tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kita berusaha menyelesaikan masalah secepat mungkin dan melupakan kesalahan orang lain. Bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kelemahlembutan dan pengampunan. Kalaupun orang itu belum menyadari kesalahannya dan meminta maaf, kita sudah lebih dulu mengampuninya.—IST TIDAK ADA ORANG YANG TERLALU MISKIN Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment