KAYA HATI |
Posted: 09 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: 2 Korintus 8:1-7 Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (2 Korintus 8:2) Bacaan Alkitab Setahun: Wahyudin, seorang pemulung dari Bekasi, tidak dapat melanjutkan kuliah karena kekurangan biaya. Namun, ia tidak meratapi diri. Ia malah tergugah untuk membantu warga tidak mampu di lingkungannya. Ia pun menggalang dana dari menjual gorengan buatan ibunya dengan harga khusus. Ternyata banyak orang tergerak mendukungnya sehingga terkumpul beasiswa melebihi perkiraannya. Ia sendiri akhirnya bisa melanjutkan kuliah dan meluangkan waktu memberi les bahasa Inggris gratis untuk anak-anak kampungnya. Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati jemaat Makedonia dalam menolong jemaat di Yerusalem yang menderita dan miskin (ay. 2). Jemaat Makedonia sendiri juga menderita, namun kasih Allah yang ada dalam hati mereka, membuat mereka tetap bersukacita dan peduli pada orang lain. Mereka tidak terjebak dalam sikap mengasihani diri sendiri. Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi memilih berbelas kasih dan menolong orang lain yang membutuhkan. Bahkan mereka memberi melampaui kemampuan, bukan karena mereka kaya, melainkan karena berlimpah dalam kasih (ay. 3). Kita sering sibuk dengan persoalan dan kesulitan pribadi sampai lupa dan tidak peduli bahwa di luar sana masih banyak yang lebih menderita dan membutuhkan pertolongan. Kiranya kita belajar untuk tidak hanya berfokus pada kesukaran dan penderitaan pribadi, tidak putus asa dan meratapi diri, tetapi tetap bersuka cita dan peduli pada orang lain.—RA SIKAP MENGASIHANI DIRI SENDIRI MELUMPUHKAN RASA BELAS KASIH Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 08 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: Roma 4:1-12 Kepada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang fasik, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran. (Roma 4:4, 5) Bacaan Alkitab Setahun: Seorang anak giat belajar untuk memperbaiki nilai rapornya. Jika bisa menjadi juara kelas, ia akan mendapatkan hadiah sepeda motor dari ayahnya. Ya, hadiah, bukan upah. Upah anak itu rajin belajar adalah ia mendapatkan nilai yang baik. Atas pretasinya itu, ayahnya berinisiatif memberinya hadiah. Hadiah biasanya diberikan pada bagian akhir ketika seseorang telah meraih prestasi atau mencapai tujuan. Cara Allah berbeda. Dia memberikan hadiah justru pada bagian awal seperti yang ditunjukkannya kepada Abraham dan orang percaya. Abraham dibenarkan karena iman (ay. 3) sebelum ia membuktikan kesungguhan imannya, sebelum ia disunat sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman (ay. 10). Pembenaran oleh iman merupakan anugerah Allah, hadiah yang diberikan bukan berdasarkan perbuatan manusia (ay. 6), tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah (lihat Kis. 15:11). Hadiah pembenaran Allah ini menjadikan Abraham bapa orang percaya (ay. 11). Hadiah ini juga mengaruniakan pengampunan atas dosa (ay. 7) sehingga kesalahan manusia tidak lagi diperhitungkan Tuhan (ay. 8). Betapa istimewa hadiah Tuhan itu! Kita tidak perlu bersusah payah mengusahakannya, namun cukup memercayainya. Dengan menyadari kemurahanNya itu, kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah dan termotivasi untuk menaati firman-Nya, menjalankan pelayanan, dan berbuat demi memuliakan nama Tuhan. Kita tidak mungkin membalas kebaikan Allah, tetapi kita dapat mensyukurinya dengan tidak menyia-nyiakan anugerahNya.—JAP ORANG PERCAYA TIDAK BERUSAHA MENGEJAR PEMBENARAN ALLAH, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment