Sang anak dan Bapa-nya |
Posted: 07 Feb 2014 05:29 PM PST Posted on Sabtu, 8 Februari, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 12:44-50 Biasanya awam berpendapat para dalang suatu kejahatan seperti aksi terorisme layak menerima hukuman yang lebih berat, setidaknya sama berat, dengan para pelaku aksi teror itu sendiri. Dasar pemikiran ini biasanya sederhana. Si pelaku mungkin hanya bertindak sekali itu, sebelum akhirnya tertangkap. Namun, si dalang bisa melakukan itu berkali-kali, sepanjang ia bisa menemukan orang-orang baru yang bersedia direkrut sebagai orang suruhan. Di dalam nas ini, relasi antara Yesus sebagai Sang Anak dengan Bapa-Nya kembali dijelaskan secara lugas. Segala respons yang ditujukan orang kepada Yesus, sejatinya juga ditujukan kepada Sang Bapa yang mengutus Dia (44-45), supaya Ia boleh menjadi terang bagi dunia (46; bdk. Yoh. 1:5; 3:19; 8:12; 12:35). Di bagian akhir nas ini, Yesus juga kembali menegaskan posisi-Nya sebagai utusan dan penyambung lidah Sang Bapa (49-50). Di tengah nas ini, ada sesuatu yang seakan-akan kontradiktif: Yesus menyatakan diri tidak datang untuk menghakimi dunia (47; bdk. Yoh. 3:17; 8:15-16), sementara di nas-nas lain Yesus justru menegaskan diri-Nya memiliki kuasa untuk menghakimi (5:22, 27, 30; 9:39). Kedua penekanan ini sebenarnya tidak bertentangan.Tujuan utama kedatangan Yesus adalah supaya manusia percaya dan diselamatkan. Penghakiman terjadi otomatis melalui kedatangan dan firman sang terang itu: pemuliaan Sang Anak di kayu salib pun merupakan momen penghakiman atas dunia ini. Nas hari ini mengingatkan kita bahwa respons kita kepada Tuhan Yesus sama dengan respons kita kepada Sang Bapa. Di dalam perjuangan kita menaati kata-kata Yesus, kita mesti ingat bahwa itu semua pun adalah perintah Sang Bapa sendiri. Demikian pula sebaliknya, kita tak mungkin melihat Sang Bapa dan anugerah-Nya tanpa percaya kepada Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus, kita tidak perlu takut lagi kepada penghakiman Sang Bapa. Keduanya tidak terpisahkan dan karenanya, kita tidak boleh melupakan salah satu di dalam kehidupan ibadah kita. Mari kita syukuri karya anugerah Sang Bapa dan Sang Anak di dalam hidup kita! - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 07 Feb 2014 05:25 PM PST Posted on Sabtu, 8 Februari, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yesaya 45 Dalam alam pikir kuno—sebenarnya sampai sekarang masih ada orang yang memiliki pikiran yang sama—dewa-dewi itu memiliki wilayah kekuasaan tertentu. Misalnya, dewa gunung adalah dewa yang memiliki kekuasaan di wilayah gunung; dewa air adalah dewa yang memiliki kekuasaan di wilayah air. Allah Israel juga dianggap seperti "dewa" yang hanya memiliki kekuasaan di wilayah Israel. Karena dewa-dewi itu tidak memiliki kekuasaan di luar wilayahnya, maka orang-orang kafir pada zaman dulu seringkali memiliki banyak dewa. Oleh karena itu, bila Allah dapat memakai Koresh—Raja Persia—untuk melaksanakan rencana-Nya, maka Allah Israel adalah Allah yang luar biasa! Tidak ada dewa-dewi yang bisa melakukan hal seperti itu. Allah membuat Koresh menjadi raja yang sedemikian perkasa sehingga ia dapat menaklukkan raja-raja lain pada zamannya, termasuk menaklukkan Kerajaan Babel. Setelah Allah membuat Koresh menjadi raja yang amat berkuasa, Allah menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan umat Yehuda, yaitu menggembalikan mereka dari tempat pembuangan di Babel (yang sudah dikuasai oleh Persia) ke Yerusalem, bahkan Koresh mendukung pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem. Untuk menegaskan bahwa Koresh melakukan semuanya itu karena digerakkan hati-Nya oleh Allah, Allah menegaskan bahwa Koresh tidak dibayar dan tidak disuap (45:13, bandingkan dengan penggenapannya dalam Ezra 1). Bila kita bisa mempercayai bahwa Nabi Yesaya menyampaikan nubuat dalam pasal ini sebelum peristiwanya terjadi, kita tidak perlu merasa risau terhadap segala sesuatu yang terjadi di bumi ini karena kita tahu bahwa Allah adalah Penguasa Masa Depan! [P] Yesaya 45:5-6 Filed under: Renungan Harian |
Posted: 06 Feb 2014 03:33 PM PST Posted on Jumat, 7 Februari, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 12:37-43 Setiap karya sastra klasik pasti menghasilkan respons beragam. Sebagian besar orang yang membacanya tentu menyukai karya itu. Namun, ada saja orang yang tidak suka bahkan membencinya karena berbagai alasan. Bahkan, bisa dikatakan bahwa suatu tulisan belum layak dinobatkan jadi karya sastra klasik jika, selain adanya sambutan luas dari sebagian pembacanya, belum ada penolakan yang cukup sengit dari kalangan tertentu.Kelihatannya, karya Yesus pun menemui respons serupa. Seperti dinyatakan ayat 37, meski sudah banyak mukjizat dilakukan Yesus di depan mata mereka, tetapi respons mereka tetap tidak percaya. Injil Yohanes memparafrasa nas dari Yesaya 6:9-10 untuk mendeskripsikan situasi penolakan yang dihadapi Yesus waktu itu sekaligus menegaskan kedaulatan Allah atas segala sesuatu (40). Ini tidak berarti tanggung jawab atas penolakan itu berada di tangan Allah; nas ini justru menyatakan bahwa penolakan yang dilakukan sebagian pemimpin Yahudi itu tetap tidak berada di luar batas-batas kekuasaan Tuhan. Satu jenis respons lain adalah bagaimana sejumlah pemimpin Yahudi percaya kepada-Nya, tetapi karena takut dikucilkan rekan-rekan sejawat, mereka tidak berani mengakui iman mereka dengan terus terang (42). Catatan di ayat 43 seakan menjadi peringatan sekaligus dorongan kepada orang-orang seperti ini, termasuk bagi kita yang mungkin masih ragu atau takut dengan berbagai implikasi pengakuan iman kita: jangan cari kehormatan manusia, tetapi carilah kehormatan dari Allah. Menjelang penghujung bagian pertama Injil Yohanes ini, yang lebih sering dikenal dengan istilah Kitab Tanda-tanda (Yoh. 1:1-12:50), kita diingatkan untuk tidak membiarkan diri terperosok ke dalam kedua respons negatif tadi. Bagi orang Kristen, jenis respons yang disebut terakhir mesti diwaspadai. Bila kita tidak berani mengakui iman kita kepada Kristus, entah melalui perkataan atau perbuatan yang bisa berkontradiksi dengan tindakan dunia di sekitar kita, kita sebenarnya sedang mencari kehormatan manusia. Jangan balas kasih Allah dengan respons negatif seperti ini. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment