HUKUM PERNIKAHAN |
Posted: 19 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: Matius 19:1-12 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. (Matius 19:6) Bacaan Alkitab Setahun: Peliknya masalah pernikahan membuat banyak pasangan merasa hidup membujang itu lebih baik. Banyak alasan dikemukakan: ketidakcocokan, sifat buruk pasangan, pasangan yang tidak bertanggung jawab, perselingkuhan, perlakuan kasar, gairah cinta yang sudah padam. Berada dalam situasi pernikahan yang buruk sering memicu pertanyaan: Dalam keadaan bagaimanakah Tuhan mengizinkan perceraian? Ketika orang Farisi bertanya kepada Yesus soal perceraian, mereka bukan benar-benar sedang prihatin atas persoalan rumah tangga. Mereka hanya ingin mencobai Yesus (ay. 3). Yesus menjawab persoalan ini dengan mengingatkan mereka bahwa pernikahan adalah ketetapan Allah (ay. 56; bandingkan Kejadian 2:24). Hukum Musa diberikan karena hati umat Tuhan yang keras, tidak mau tunduk pada apa yang sudah ditetapkan Tuhan (ay. 8). Tentang hidup tidak menikah, Tuhan kembali menjawab dengan menunjukkan apa yang sudah ditetapkan Tuhan dan apa yang menjadi kemauan hati manusia (ay. 12). Tuhan memiliki maksud terbaik ketika Dia menetapkan pernikahan, hidup membujang, maupun penyelesaian masalah rumah tangga. Bukankah Dia Allah yang Mahatahu dan Mahabaik? Kita dapat memilih, apakah akan mengikuti ketetapan ini atau melanggarnya. Sebelum memutuskan untuk menikah atau tetap melajang, renungkanlah dengan sungguh-sungguh: Apakah tindakan yang akan saya ambil sesuai dengan maksud Tuhan atas hidup saya? Adakah kecenderungan hati saya ini bertujuan memuaskan diri sendiri atau menyenangkan Tuhan?—HEM LEMBUTKAN HATI KETIKA MEMBACA KETETAPAN-NYA, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 18 Feb 2014 09:00 AM PST
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan. (2 Tesalonika 3:1) Bacaan Alkitab Setahun: Baru-baru ini seorang ibu dari salah satu gereja yang pernah kami layani menelepon kami. Selain menanyakan kabar, ia juga memberitahukan bahwa sampai saat itu, meskipun kami sudah tidak lagi melayani di gerejanya, ia masih berdoa untuk saya dan keluarga. Ibu ini berkata, "Ibu, dalam setiap doa, saya tidak lupa saya berdoa untuk Ibu sekeluarga supaya diberkati dan diberi kekuatan oleh Tuhan dalam pelayanan. Saya tidak hanya berdoa untuk diri sendiri; semua hamba Tuhan yang pernah melayani di sini selalu saya bawa dalam doa-doa saya". Mendengar tuturannya, hati saya terasa hangat, sungguh merasa dikuatkan. Masalahnya, kehidupan doa kita sering justru berlangsung sebaliknya. Kita sibuk berdoa tanpa henti untuk kepentingan diri sendiri, dan merasa tidak memiliki waktu untuk berdoa bagi orang lain. Untuk itu, kita perlu menyimak permintaan khusus Paulus kepada jemaat di Tesalonika ini. Rasul ini tidak segan-segan meminta mereka, agar berdoa kepada Tuhan untuk dirinya dan teman-teman sepelayanannya. Secara tidak langsung, Paulus mendorong jemaat di Tesalonika agar tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, melainkan mengingat kepentingan orang lain juga dalam doa mereka. Dengan berdoa bagi saudara seiman yang lain, kita saling menghibur dan menguatkan. Baik yang mendoakan maupun yang didoakan sama-sama mengalami berkat Tuhan. Karena itu, sungguh elok jika kita tidak lalai bersyafaat bagi orang lain dalam doa pribadi kita masing-masing.—YIW KITA TIDAK SELALU BISA MENOLONG DENGAN TENAGA ATAU DANA, Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment