Antara Kebangkitan dan Ratapan |
Antara Kebangkitan dan Ratapan Posted: 30 Jan 2014 05:35 PM PST Posted on Jumat, 31 Januari, 2014 by Saat Teduh Baca: Yohanes 11:17-37 Kesempurnaan biasanya didefinisikan berbeda-beda.Bagi orang tertentu, manusia sempurna adalah orang yang dengan dingin bisa merespons berbagai masalah dan kesulitan yang timbul. Kira-kira seperti Superman. Namun, bagi orang lain, yang sempurna justru orang yang merespons dengan semangat dan bergairah.Dan mungkin, ia juga akan berkata, seperti Superman! Tentu saja, kedua pemahaman ini sama-sama tidak sempurna, karena keduanya sebenarnya tidak pernah mengalami dan mengetahui, seperti apa rasanya menjadi manusia sempurna. Tidak seperti Yesus. Kesempurnaan Sang Firman yang telah menjadi manusia ini (Yoh. 1:14) menjadi fokus utama nas ini, melalui dua faset yang digarisbawahinya. Pertama, Sang Firman kini menyatakan diri-Nya sebagai "kebangkitan dan hidup" (25). Sang Anak berkuasa memberi hidup dan membangkitkan (Yoh. 5:21, 25), dan karenanya Ia menjadi penggenapan dari pengharapan eskatologis tradisional Yahudi, seperti yang nyata di dalam kata-kata Marta (24). Namun, Yesus tidak hanya sekadar mengonfirmasi iman Marta, tetapi juga mengajaknya pada pemahaman yang lebih tepat, bahwa Yesuslah Sang Mesias, di mana segala janji tentang kebangkitan dan kehidupan kekal akan dan sedang diwujudkan. Kedua, Sang Firman yang menjadi manusia menunjukkan kemanusiaan-Nya lewat kasih dan kesedihan-Nya karena penderitaan Maria dan keluarganya (33, 35). Ia meratap bersama mereka yang akan menerima anugerah-Nya. Di nas ini kita melihat Tuhan yang memberi hidup, mengasihi dan berempati juga pada penderitaan manusia. Sebagai manusia, tentu kita tahu betapa indah dan menyenangkannya dikasihi orang-orang yang kita kasihi, betapapun mereka tidak sempurna dan betapapun terbatasnya tindakan yang bisa mereka lakukan. Namun, Tuhan Yesus adalah pemberi hidup yang berkuasa membangkitkan, serta mengasihi dan peduli dengan penderitaan kita. Hanya satu respons tepat untuk Tuhan yang seperti ini: kita mesti percaya kepada-Nya, seperti Marta, dan menyerahkan segala dukacita dan pergumulan kita kepada-Nya, seperti Maria. - diambil dari Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org - Filed under: Renungan Harian |
Posted: 30 Jan 2014 05:33 PM PST Posted on Jumat, 31 Januari, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yesaya 36 Iman tidak meniadakan akal budi, tetapi akal budi juga tidak boleh menggeser iman. Akal budi harus ditempatkan pada tempatnya, yaitu bahwa akal budi harus ditempatkan di bawah iman. Bangsa Yehuda melakukan kesalahan ketika memutuskan untuk mencari bantuan kepada Mesir. Mesir tidak boleh diharapkan bukan hanya karena Mesir tidak bisa diandalkan, tetapi juga karena Allah tidak menghendaki umat-Nya mengandalkan Mesir. Allah menghendaki agar umat-Nya mengandalkan Dia saja, tidak mengandalkan yang lain. Akan tetapi, mengandalkan Allah saja itu tidak mudah karena kehadiran Allah tidak bisa kita lihat secara fisik. Kita cenderung mengandalkan apa yang kelihatan, sedangkan hidup beriman berarti mengandalkan apa yang tidak kelihatan. Iman umat Yehuda di bawah pimpinan Raja Hizkia tidak masuk akal dalam pandangan Juru Minuman Agung, yaitu utusan Raja Asyur. Juru Minuman Agung itu beranggapan bahwa keunggulan bangsa Asyur dalam berperang membuktikan bahwa dewa yang disembah bangsa Asyur lebih hebat daripada Allah Israel, padahal sebenarnya tidak demikian! Bila Allah membiarkan umat-Nya dikalahkan oleh musuh, bahkan diangkut sebagai tawanan, hal itu tidak disebabkan karena Allah tidak sanggup menjaga umat-Nya, melainkan karena Allah hendak mendidik umat-Nya agar meninggalkan dosa. Reformasi ibadah yang dilakukan oleh Nabi Yesaya pun tidak bisa dipahami oleh Juru Minuman Agung karena model ibadah kepada Allah Israel berbeda dengan model ibadah kepada ilah-ilah lain. Sekalipun iman kita tidak selalu bisa dimengerti, tidak berarti bahwa iman kita salah dan harus ditinggalkan! [P] Yeremia 10:3-4 Filed under: Renungan Harian |
Posted: 29 Jan 2014 04:02 PM PST Posted on Kamis, 30 Januari, 2014 by Saat Teduh - Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus - Bacaan Alkitab hari ini: Yesaya 34-35 Alkitab memberikan dua macam gambaran tentang masa depan, yaitu gambaran masa depan orang yang tidak beriman (pasal 34) dan masa depan orang beriman (pasal 35). Masa depan yang akan kita masuki tergantung dari apakah kita memutuskan untuk hidup oleh iman dan dalam ketaatan kepada kehendak Allah atau kita memutuskan untuk hidup semau gue tanpa iman. Panggilan supaya bangsa-bangsa (atau suku-suku bangsa; 34:1) memperhatikan firman Allah itu bersifat universal, artinya mencakup semua bangsa atau suku bangsa di dunia. Tidak ada bangsa atau suku bangsa yang dapat menghindari hukuman Allah. Sebutan "Edom (34:5) mewakili bangsa-bangsa yang memusuhi Allah atau umat Allah. Sebutan "segenap tentara langit" (34:4) menunjukkan bahwa penghukuman Allah tidak hanya menyangkut manusia, tetapi juga mencakup roh-roh jahat. Gambaran mengerikan tentang bagaimana Allah memusnahkan Edom merupakan peringatan bagi orang-orang pada masa kini agar segera bertobat sebelum hukuman Allah dijatuhkan. Gambaran yang suram bagi masa depan bangsa-bangsa yang tidak beriman itu amat bertentangan dengan gambaran yang ceria bagi umat Allah. Masa depan bagi orang beriman adalah memperoleh berkat pemulihan atau penyelamatan yang dikerjakan oleh Sang Mesias (bandingkan 35:5-6 dengan penggenapannya dalam Matius 11:5). Bagi umat Yehuda yang akan menuju ke pembuangan di Babel, penyelamatan dalam waktu dekat adalah kembali ke Yerusalem (35:10). Bagi kita sekarang, kita menantikan pemulihan yang tuntas yang terlaksana saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kali. [P] Yesaya 35:10 Filed under: Renungan Harian |
You are subscribed to email updates from Saat Teduh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment