ADA YANG MENGALIRKAN |
Posted: 23 Mar 2014 10:00 AM PDT
Baca: Nehemia 2:1-8 Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku. (Nehemia 2:8) Bacaan Alkitab Setahun: Orang yang berkedudukan tinggi bisa jadi menimbulkan rasa takut di hati kita. Kita mungkin takut secara berlebihan pada pimpinan, orang tua, bos, majikan, karena mereka memiliki otoritas untuk memerintah kita melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Kita memang patut menghormati mereka, tetapi tidak seharusnya kita menganggap mereka memiliki otoritas mutlak atas hidup kita. Sebagai orang percaya, kita tahu hanya ada satu pemegang otoritas mutlak, yakni Allah kita. Atasan atau pemimpin kita hanyalah alat di tangan Allah untuk melaksanakan rencana-Nya. Kisah Nehemia memberi sebuah bukti nyata akan kebenaran ini. Setelah mendengar kondisi buruk Yerusalem, Nehemia sangat ingin membangun kembali tembok kota itu. Ia sadar, untuk melakukannya perlu sumber daya yang tidak sedikit. Ia pun memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Raja Artahsasta. Sang raja tentu saja memiliki otoritas untuk menjawab ya atau tidak. Nyatanya, ia memutuskan mengabulkan permohonan Nehemia. Bagi Nehemia, hal itu terjadi karena Allah menggerakkan hati sang raja. Meskipun kelihatannya pemimpin atau atasan memiliki kuasa atas diri kita, sejatinya mereka seperti batang air yang dikendalikan Allah untuk mengalir sesuai dengan kehendak-Nya (Amsal 21:1). Tindakan mereka tidak mungkin melampaui kedaulatan Allah. Mereka pun dapat dipakai Allah menggenapi rencana-Nya atas hidup kita. Kesadaran ini akan mendorong kita memiliki sikap yang benar terhadap mereka: hormat, namun tidak ketakutan.—RN MENGETAHUI SIAPA YANG MEMEGANG KENDALI ATAS HIDUP KITA Anda diberkati melalui Renungan Harian? Respons: |
Posted: 22 Mar 2014 10:00 AM PDT
Baca: Filipi 1:3-11 Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. (Filipi 1:3) Bacaan Alkitab Setahun: Seorang nenek sedang melamun memikirkan keadaan anak, menantu, dan cucu-cucunya yang tinggal di luar kota. Dalam hati dan pikirannya, terbersit kepedulian yang besar sehingga menimbulkan riak-riak kekhawatiran akan nasib mereka. Kakek menegurnya. Daripada khawatir, mengapa tidak menyerahkan mereka ke dalam perlindungan Tuhan? Nenek pun menghentikan lamunannya dan mulai berdoa bagi keluarga yang sangat dikasihinya itu. Pelan-pelan kekhawatirannya sirna, berganti dengan syukur dan sukacita. Dalam pendahuluan suratnya bagi jemaat di Filipi, Paulus melukiskan perasaannya yang penuh syukur dan sukacita manakala ia mengingat mereka (ay. 3 dan 4). Ia melukiskan bagaimana jemaat tersebut selalu ada di dalam hatinya (ay. 7). Meskipun dalam kondisi terpenjara, ia tidak tercekam oleh kekhawatiran. Ia tidak kehilangan sukacita karena Kristus. Terali penjara tidak sanggup mengungkung pengharapannya. Di sana ia juga tekun berdoa supaya jemaat di Filipi semakin bertumbuh dalam kasih dan pengetahuan yang benar (ay. 9). Paulus tidak membuang-buang waktu dengan mengeluh. Kita pun dapat meneladani sikap tersebut. Alih-alih larut dalam kesedihan, kemurungan, atau kekhawatiran akan kerabat yang tinggal jauh dari kita, alangkah baiknya jika kita memanjatkan doa bagi mereka. Sekalipun kita tidak mengetahui secara persis keadaan mereka, kita dapat bersyukur dan bersukacita atas pemeliharaan Tuhan. Ucapan syukur dan sukacita ini selanjutnya akan melipatgandakan kasih kita satu sama lain.—YOH UCAPAN SYUKUR DALAM DOA MELIPATGANDAKAN KASIH KITA
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment