CAPEK HATI |
Posted: 18 Mar 2014 10:00 AM PDT
Baca: Yunus 2:1-10 Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. (Yunus 2:7) Bacaan Alkitab Setahun: "Aduh, Pak, sudah capek hati saya mengurusnya." Beberapa kali saya mendengar para ibu mengeluh seperti itu. Ternyata dalam melakukan sesuatu, kita tidak hanya mengeluarkan energi jasmani yang mendatangkan kelelahan secara fisik, tetapi juga menguras energi jiwa yang membuat kita jadi "capek hati".
Mungkin kita pernah mengalami hal yang sama. Kita mengalami kesesakan dan Tuhan seakan tidak peduli. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita, namun kita kerap lalai dan tidak peka akan penyertaan-Nya tersebut. Dari kisah Yunus, kita dapat memetik pelajaran. Ia tidak berhenti berharap untuk bisa kembali menyaksikan bait Tuhan, lambang hadirat-Nya (ay. 4). Ia berseru kepada Tuhan (ay. 2), bukan berpaling kepada berhala kesia-siaan karena ia yakin akan kasih setia Tuhan (ay. 8). Tuhan mengabulkan doa Yunus dan melepaskannya dari kesesakan (ay. 10). Saat hati terasa capek, kepada siapa lagi kita akan berpaling kalau bukan kepada Tuhan, sumber kelegaan dan pemulihan?—JAP PENYERTAAN TUHAN SENANTIASA MERENGKUH KITA,
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Respons: |
Posted: 17 Mar 2014 10:00 AM PDT
Baca: Ayub 1-2 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. (Ayub 1:22) Bacaan Alkitab Setahun: "Apa pendapatmu tentang kertas ini?" tanya guru kepada murid-muridnya seraya memperlihatkan selembar kertas putih berukuran besar dengan lubang kecil di bagian tengah. Hampir seluruh siswa menjawab mereka melihat sebuah lubang. Ada sesuatu yang hilang dari kertas itu yang membuatnya tidak utuh lagi. Namun, seorang murid berpendapat sangat berbeda, "Saya melihat masih ada cukup ruang yang tersedia dalam kertas ini untuk digambari!" Tuhan mengizinkan Iblis mencobai Ayub. Iblis diperbolehkan mengambil semua harta benda bahkan anak-anak laki-laki saleh itu. Tetapi, Tuhan tidak mengizinkan Iblis mengambil seluruh milik Ayub sampai tidak bersisa: Dia tidak mengizinkan Iblis untuk menyentuh hidup Ayub (ay. 12). Harta benda dan anak-anak Ayub hilang, tetapi tidak demikian dengan hidupnya. Iblis masih tidak puas. Ia kembali mendatangi Tuhan. Kali ini Tuhan mengizinkan Iblis untuk mengambil kesehatan Ayub, tetapi Dia tidak mengizinkannya mencabut nyawa Ayub (2:6). Tuhan selalu menyisakan sesuatu dalam hidup Ayub. Dan Ayub pun merespons kehilangan itu dengan sikap yang benar (Ayub 1:22). Kehilangan adalah bagian tak terelakkan dalam hidup ini. Pada saat hal itu terjadi, kita dapat belajar dari Ayub: alih-alih meratapi kehilangan itu, kita dapat berfokus pada berkat yang masih tersisa. Bahkan seandainya kita kehilangan nyawa sekalipun, kita tidak akan kehilangan Tuhan, yang menjadi Bapa kita melalui penebusan Yesus Kristus. Jika demikian, bukankah selalu ada alasan untuk mengucap syukur?—SWS FOKUSKAN PANDANGAN PADA BERKAT YANG MASIH ADA,
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Respons: |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian® To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment