Wanita Kedua |
Posted: 04 Mar 2014 07:50 PM PST “Aku mau nikah lagi.” “Apa mas? Kau gila?” “Aku tetap mau nikah lagi. Aku mencintainya Sandra. Aku ingin kau mengerti.” “Tapi mas, di agama kita melarang adanya poligami. Dan aku juga tak mau….” Sandra menghela napas panjang, “Dimadu.” Alex meninggalkan Sandra begitu saja. Memacu mobilnya untuk bertemu pujaan hatinya. Wanita kedua, wanita penghancur hati Sandra. Sandra limbung. Tubuhnya jatuh ke lantai. Dibiarkannya air mata membasahi lantai hijau muda. Hatinya remuk, seremuk ketika ia mencoba menghancurkan tulang ayam dengan giginya. “Apa yang harus aku lakukan Tuhan….” *** “Sandra, aku tak bisa pulang malam ini, begitu juga dengan malam-malam berikutnya selama sepekan. Kau jangan protes karena aku sudah memilih!” kata Alex melalui telepon. “Tapi mas….” belum selesai Sandra berbicara, Alex terlebih dahulu mengakhiri pembicaraan. Sandra memilih untuk diam. Hatinya semakin hancur ketika suaminya memilih untuk meninggalkannya demi wanita kedua itu, Donna. Ia menemukan Donna dan Alex berpelukan dalam sebuah foto ketika dirinya hendak mencuci kemeja suaminya. *** Dua hari dua malam, Sandra tak tidur. Ia takut tak bisa menyambut kepulangan suaminya, meskipun suami yang dinanti takkan pulang. “Tuhaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Apa yang Kau mau dalam hidupku? Mengapa Kau ambil suamiku dan mengijinkan dia pergi dengan wanita lain?” Sandra menangis. Sandra menjerit. Sandra tertidur. Di lantai tempat ia berprotes. Datanglah kepada-Ku. Menangislah di bawah kaki-Ku. Aku akan memberimu kekuatan. Dan Aku juga akan memberimu kemenangan. Sandra terbangun. Dia mencubit pipinya. “Aw!” Dia tak bermimpi. Dia mendengar suara Tuhan itu nyata di dalam hatinya. Kini Sandra tahu apa yang akan terjadi di dalam hidupnya. *** “Ini adalah hari ketujuh aku berpuasa. Aku tidak akan takut dengan pencobaan yan terjadi di dalam keluargaku. Aku yakin bahwa Tuhan besertaku!” Kring… Kring..Kring… Telepon berdering. Sandra bergegas menerimanya. “Hallo…” “Sandra! Aku Alex! Tolong aku!” “Mas, kau di mana?” Sandra tertegun. Hatinya kelu. Dia tidak mengira bahwa suaminya akan berbuat hal jauh di luar apa yang bisa ia pikirkan. Sandra bertolak ke kantor polisi untuk bertemu dengan suaminya dan mungkin juga dengan wanita itu. *** Di kantor polisi… “Bagaimana dengan suami saya pak?” “Suami ibu baik-baik saja dan akan kami mintai keterangan terkait tewasnya teman wanita yang saat itu bersamanya.” “Tewas?” “Iya benar bu. Tewas karena over dosis.” Jatung Sandra berdegup dengan kencang. Dia tak menduga bahwa semua hal ini akan terjadi. Kematian. Dia tak pernah memikirnya. Di balik jeruji besi, Sandra melihat seorang pria meringkuk ketakutan. “Alex, aku datang…” Sandra menangis. “Sandra, maafkan aku. Seharusnya aku tak melakukan hal ini. Seharusnya aku setia padamu. Seharusnya aku….” “Ini adalah kehendak Tuhan mas. Dan ini adalah sebuah pembelajaran bagi kita. “Kau harus percaya padaku Sandra. Aku sama sekali tidak pernah mencicipi barang haram itu. Sandra selama ini memerasku untuk membeli barang-barang itu. Dia pecandu.” “Aku percaya padamu, karena kau suamiku.” “Sandra, apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku.” “Aku akan setia padamu mas, setia sampai mati.” *** Walau suaminya berada di belaik jerusi besi, itu merupakan kemenangan terbesar baginya. Sandra bersyukur bahwa melalui semua kejadian itu, suaminya bisa kembali padanya dan bertobat. Tak ada lagi wanita kedua. -oOo- Wanita Kedua is a post from: Renungan Harian Kristen |
Posted: 04 Mar 2014 06:46 PM PST Ada seorang anak kecil yang telah satu jam lamanya berdiri di depan sebuah restoran mahal. Pakaiannya sangat lusuh dan juga tidak memakai alas kaki. Anak itu pun memutuskan untuk memasuki restoran tersebut. Para pelayan berlomba untuk menghindari anak tersebut dengan bepura-pura sibuk. Anak itu pun mulai duduk di salah satu meja. Seorang pelayanan muda dengan rela hati mau melayani anak kecil itu. Pelayan mulai menyodorkan buku menu dan menunggu menu yang akan akan dipesan. “Kak, ketang goreng dengan saus lemon ini harganya berapa?” “Oh, itu seratus ribu Dik.” “Kalau tanpa saus?” “Lima puluh ribu.” “Bolehkan saya memesan setengahnya?” “Boleh, nanti saya antar pesanan adik.” Anak kecil itu sangat senang dan dia mulai mengeluarkan sekantung uang koin kemudian menghitungnya di meja. Setelah selesai makan, anak itu menyerahkan sekantung uang koin kepada pelayan restoran. Dengan ketulusan hatinya, pelayan itu mulai menghitung satu per satu. “Uangnya sudah pas Dik. Dua puluh lima ribu.” “Dan ini tips untuk kakak pelayan yang baik,” kata anak kecil sambil mengeluarkan uang seratus ribuan dari sakunya. Pelayan itu sangat terkejut, terlebih lagi ketika melihat anak kecil itu keluar dan sudah dijemput dengan mobil mewah di depan restorannya. Anak kecil itu adalah anak seorang pengusaha nomor satu di kotanya. Sama halnya dengan kita, bagaimana pelayanan kita selama di dunia ini untuk Tuhan? Apakah kita lebih cenderung untuk melihat fisik, profesi, jabatan, untuk kita layani? Jangan pernah memandang siapapun orang yang akan kita layani, sama seperti Tuhan Yesus yang tidak pernah membedakan orang-orang yang akan Dia layani. Ketika kita dengan setia melayani, ketika kita memiliki hati yang tulus untuk melayani, maka kita akan mendapatkan upah sesuai dengan apa yang telah kita lakukan. TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung. Rut 2:12 Kentang Goreng is a post from: Renungan Harian Kristen |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian Kristen To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment