Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? - Bagian 9 |
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? - Bagian 9 Posted: 02 Apr 2014 06:59 AM PDT Oleh : Martin SimamoraTuhan Tidak Dapat MencegahManusia Untuk Berbuat Jahat? Bacalah lebih dulu bagian8 Ketika kejahatan, kesadisan, kekejaman, kehilangan, bencana dan malapetaka melanda bahkan terlihat sedemikian leluasa dan mematikan, maka Tuhan disangkakan sebagai tidak dapat mencegah hal-hal jahat atau bahkan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat atau tidak dapat mencegah hal-hal buruk. Kita sudah melihat atau menjumpai "pola" semacam ini dalam Perjanjian Lama, pun sebentar lagi akan kita temui dalam Perjanjian Baru. Bagaimana Yesus sendiri menyingkapkan fakta sebenarnya ketika orang-orang jahat melakukan tindak kejahatan terhadap Yesus ; ketika kemalangan dan penderitaan tak terkatakan menimpanya?"Apakah Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk mlakukan kejahatan terkeji Pada dirinya?" Perhatikan perkataan Yesus berikut ini, sebagai sebuah "indikator" pandu yang sangat penting, untuk melihat apa yang DISANGKA manusia dari sudut pandang Tuhan:
Mengapa Yesus berkata demikian? Tetapi sebelum kita meninjau Yesus, mari kita melihat lebih ke belakang lagi pada sejumlah kejadian atau peristiwa unik yang dapat membuat manusia (termasuk saya dan anda kala membacanya) MENYANGKA bahwa Dia TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA atas peristiwa-peristiwa jahat, bencana, kesedihan, malapetaka. 1. Kedukaan dan Kematian tragis Lazarus Lazarus menurut catatan Injil Yohanes bab 11 bukanlah seorang yang "biasa," setidaknya digambarkan memiliki relasi yang istimewa dengan Yesus. Hal ini terungkap dari bagaimana 2 saudara perempuan Lazarus menyampaikan berita kepada Yesus :" "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" (Yohanes 11:3). Tak hanya Lazarus yang terbilang "istimewa," demikian juga dengan Maria dan adiknya, Marta. "Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya," (ayat 2). Dapat dikatakan ketiga saudara ini sama-sama dikasihi oleh Yesus.
Mengetahui fakta istimewa ini, jika itu anda dan saya, tidakkah anda berpikir bahwa Yesus akan segera melakukan sesuatu yang spesial untuk menyembuhkan orang yang dikasihinya? Saya pasti akan berpikir demikian bahkan memiliki keyakinan yang sangat kokoh bahwa Dia tidak mungkin berlambat-lambat untuk menyembuhkan Lazarus. Dan memang benar bahwa Yesus pun memberikan sebuah respon yang sangat didambakan, sebagaimana terlihat dari pernyataan Yesus : "Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian,..." (Yohanes 11:4). Yesus segera memberikan jaminan bahwa Lazarus tidak akan mati karena penyakitnya. Saya sengaja hanya mengutipkan bagian "penyakit itu tidak akan membawa kematian" pada Yohanes 11:4 sebab pada dasarnya ini saja yang paling penting bagi manusia ketika berseru meminta tolong kepada Tuhan. Pun demikian juga saya pada dasarnya! Tidakkah secara alamiah bagian ini bergaung lebih kuat atau sangat kuat, sampai-sampai kita tidak memiliki minat untuk memberi ruang kesukaan yang sama besar untuk bagian selanjutnya? Sembuh dari penyakit tanpa disadari telah berubah menjadi sebuah keharusan dalam pengharapan teramat kuat kala berdoa meminta kesembuhan dari Tuhan. Apakah salah memiliki pengharapan yang demikian? Tidak, sama sekali tidak salah dan memang seharusnyalah kita beriman bahwa Tuhan mendengarkan dan menjawab doa permohonan kita (bandingkan dengan Filipi 4:6, Efesu 6:18, 1 Timotius 2:1, 1 Timotius 5:5). Namun ketika anda, sebagaimana juga saya, secara manusiawi "mengarahkan" Tuhan sepenuhnya kepada "kepentingan diri sendiri (sehingga pada hakikatnya Tuhan menjadi berkewajiban untuk memenuhinya)," maka hal ini dapat membuat kita gagal atau keliru dalam memandang Tuhan, TERUTAMA dalam bagaimana Dia MENENTUKAN bagaimana jawaban doa yang dipanjatkan DIJAWAB; apakah DIA MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN sesuai dengan kepentingan-Nya. Jika saya meneruskan penggalan Yohanes 11:4 tersebut diatas, maka kita akan melihat "KEPENTINGAN TUHAN" yang berbunyi : "tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan ." Sembuh dari penyakit adalah hal atau jawaban doa yang paling mudah untuk diterima atau yang paling diantisipasi dan paling rasional untuk memandangnya sebagai jawaban Tuhan yang SEMESTINYA. Perhatikan dan pahamilah dengan jernih bahwa dalam hal ini sekalipun, tidak hendak mengatakan bahwa Tuhan dengan demikian tidak tulus dalam MENJAWAB doa atau dalam menyembuhkan, namun harus dimengerti bahwa di atas "ANDA DISEMBUHKAN" terdapat "ANAK ALLAH AKAN DIMULIAKAN." Dengan demikian, juga harus dimengerti bahwa di atas "JAWABAN TUHAN YANG DIINGINKAN" terdapat "KEPENTINGAN TUHAN." Bila kita terlepas dari hal ini atau hanya meletakan "kepentingan diri sendiri" sebagai yang tertinggi dalam berdoa atau memohon apapun kepada Tuhan, maka resiko untuk menjadi kecewa dan BERSANGKA BURUK/JAHAT berpotensi besar. Mulai dari berpikir bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa saya sampai menyangka Tuhan tidak berkuasa atas (semua) penyakit; demikian juga dalam aspek-aspek lainnya, Tuhan dapat dikatakan TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT. Memang harus diakui bahwa kenyataan sedemikian tidaklah memuaskan diri ini akan pengharapan-pengharapannya pada Tuhan. Tetapi seperti halnya Yohanes 11:4, jika kita mau melihat pada sisi "KEPENTINGAN TUHAN--(dan tidakkah kita seharusnya mengakui bahwa dalam segala hal Tuhanlah yang terutama dalam SETIAP aspek hidup kita SEPERTI yang dikatakan Yesus sendiri dalam Markus 12:28-31; Matius 22: 34-40; Lukas 10:25-28?)--," maka kita tahu secara pasti bahwa apapun WUJUD JAWABAN dari Tuhan, ternyata Dia sendiri ada didalam setiap jawaban tersebut dan itu menjadi dasar untuk tetap tidak meragukan Tuhan sebagai tetap berptoritas total dalam apapun yang kita SANGKA sebagai Tuhan tidak berdaya, asalkan kita tidak egois dengan memaksakan kehendak diri sendiri dalam setiap permohonan doa. Sebab jika sebuah jawaban doa adalah HARUS seperti apa yang diinginkan, maka jelas itu BUKAN lagi doa atau permohonan kepada Tuhan. Sekarang, mari kita lanjutkantinjauan kita atas peristiwa tragis Lazarus ini. Setelah mendengarkan jawaban Yesus yang didambakan tadi maka tindakan seharusnya yang dilakukan oleh Yesus adalah tindakan SEGERA untuk menyembuhkan. Tidakkah demikian yang akan kita harapkan dan pikirkan kala kita sedang memohon dalam doa-doa kita? Apakah demikian yang Yesus lakukan? "Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;" (ayat 6). Jika menjadi sembuh dari sakit atau kepentingan dirmu (untuk sembuh-dan ini memang tidak salah) adalah HAL TERTINGGI dalam doa permohonan kepada Tuhan , maka ketika (andai saja dapat selalu) kita mengetahui bagaimana Tuhan menjawabmu, menentukan terjadinya kesembuhan (jika Dia mau melakukan-Nya) dalam sebuah cara yang "tidak selalu produktif atau berlawanan dengan apa yang kita pikirkan semestinya," maka niscaya akan kecewa dan berujung pada MENYANGKA TUHAN dengan sangkaan-sangkaan buruk; Tuhan sedang "bermain-main" dengan kehidupan seseorang. Pada ayat 6 tersebut, Yesus sudah mendengarkan berita DARURAT, dan berkata penyakit itu tidak akan membawa kematian. Namun kita membaca bahwa Yesus secara SENGAJA berhenti tidak bergerak selama 2 hari, dan itupun tidak berbuat apa-apa seperti berdoa agar sembuh! Tidakkah ini justru akan membuat Lazarus beresiko mati (karena terlalu lama dibiarkan dalam sakitnya) dan sama sekali tidak akan membuat Anak Allah dimuliakan? Dan demikianlah pikiran kita kala melihat kenyataan menyedihkan di ruang-ruang perawatan di rumah-rumah sakit, melihat betapa penuh iman dan tulus mereka memohon kesembuhan dalam doa dan pada akhirnya kematian adalah akhirnya, bukan kesembuhan! Dalam banyak hal, ini memang alamiah bagi setiap manusia kala KEPENTINGAN DIRINYA berada diatas KEPENTINGAN TUHAN. Kesedihan,takut kehilangan, rasa sayang yang kuat tentu telah menjadi "lautan" yang menenggelam kita dalam doa. Ini pun saya katakan sebagai sebuah hal yang wajar sehingga tidak ada lagi ruang dalam diri manusia bagi "kepentingan Tuhan" dalam setiap aspek kehidupan setiap anggota keluarga yang berdoa dan bahkan bagi orang-orang sekitar yang menyaksikannya. Dengan Yesus melakukannya secara SENGAJA,--tentu saja Maria dan Marta tidak akan mengetahui bahwa hal itu terjadi sebagai yang DISENGAJA--pastilah ini tidak akan dapat kita terima. Perbuatan sengaja Yesus bagi saya dan anda justru membuat penderitaan Lazarus yang telah sekarat semakin berat dan kesedihan serta kecemasan Marta dan Maria semakin tajam. Sama sekali bukan sebuah tindakan Tuhan! Bukankah demikian kita akan berteriak? Marta dan Maria, saya dapat menduga kuat, selain penuh cemas dan kuatir dalam menantikan kehadiran Yesus bagi kepentingan saudaranya Lazarus, pun mulai bertanya-tanya mengapa Yesus demikian lama tiba di kediaman mereka? Tak hanya SENGAJA berhenti 2 hari ditempat dia berada! Yesus bahkan membuat situsinya semakin mencemaskan dan semakin SUKAR UNTUK DIPAHAMI bahkan oleh murid-muridnya sendiri yang menyertainya dan tentu saja tahu bahwa Lazarus sedang membutuhkan Yesus sesegera mungkin! Yesus semakin membuat siapapun tidak mengerti dan berangkali oleh perbuatannya membuat orang meragukan Tuhan sebagai Tuhan yang maha kasih dan maha baik, ya SANGKAAN-SANGKAAN BURUK akan cepat menyeruak dalam pikiran siapapun :
Menunda perjalanan dengan berhenti selama 2 hari sudah merupakan fakta yang sukar untuk diterima oleh siapapun dengan alasan yang seperti apapun, terlebih lagi setelah itu Yesus malahan berkata kepada murid murid-Nya : "Mari kita kembali ke Yudea." Ini justru membuat KETERLAMBATAN yang telah tercipta semakin MENJADI-JADI. Nah... saya tahu SANGKAAN buruk segera muncul dalam benak anda mengetahui hal ini. Jawaban Yesus yang sebelumnya berbunyi "penyakit itu tidak akan membawa kematian," tidakkah kini terlihat seperti omong kosong atau teringkari dengan sendirinya? Apalagi Yesus pada faktanya tidak melakukan sebuah tindakan spektakuler yang memungkinkan kesembuhan terjadi dari jarak jauh-tanpa perlu kehadirannya sama sekali (bandingkan dengan apa yang dia lakukan dalam Yohanes 4:46-53 dimana Yesus tidak perlu datang namun si sakit SEMBUH). Ini terlihat bagi manusia seperti Tuhan BERLAMBAT-LAMBAT SEKALI sehingga berangkali sia-sia untuk percaya kepadanya sebab toh....penyakit itu akan semakin parah dan harapan hidup semakin menipis hingga tiada sama sekali. Ajakan Yesus untuk kembali ke Yehuda tak hanya MEMPERPARAH situasi yang terjadi di kediaman Maria dan Marta, tetapi justru malah MENIMBULKAN KEKUATIRAN BARU :
Jika anda ingin mengetahui betapa benar dan rasionalnya peringatan para murid-murid-Nya untuk diperhatikan dan dituruti, bacalah Yohanes 10 dan perhatikan ayat 31! Yesus tahu sekali kecemasan yang melanda para murid-murid-Nya. Kebingungan dan kegundahan hati menggelora hebat, berangkali sama cemasnya kala perahu yang mereka tumpangi diamuk badai dahsyat dan Yesus sekalipun demikian tidak juga bangun dalam tidurnya yang lelap untuk melakukan sesuatu (bacalah Markus 4 :35-41)? Sehingga dia pun bertindak menenangkan badai kecemasan yang mengamuk didalam jiwa mereka dengan berkata :
Yesus jelas melihat bahwa para muridnya pun mulai meragukan siapakah dia-- ( dan saya pikir ini adalah manusiawi sebab rentet tindakan yang Yesus lakukan tidak sedikitpun memberikan "pengharapan" dalam benak mereka. Saya yakin , pun anda dan saya akan mengalami hal yang sama pada posisi mereka)-- terkait keputusan-keputusannya yang DISANGKA sebagai tidak tepat, tidak rasional, ngawur sama sekali. Yesus menenangkan badai keraguan dalam diri para muridnya dengan menyatakan bahwa mereka tidak sedang berjalan didalam hari yang gelap tetapi didalam hari yang siang. Yesus hendak mengatakan bahwa mereka sedang berjalan dengan terang dunia itu sendiri yaitu dia sendiri (Yesus) dan dengan demikian tidak perlu takut akan mengalami hal-hal buruk atau hal-hal yang tidak terkendali. Dan tentu saja para murid seharusnya dapat mengingat segera maksud Yesus ini sebab SEBELUMNYA Yesus telah menyatakan bahwa dirinya adalah terang dunia :
Yesus, melihat para muridnya mulai digelayuti kecemasan dan kekuatiran yang sungguh tak terbayangkan, dengan gamblang sebetulnya berkata bahwa mereka sedang mengikut Yesus, tidak berjalan dalam kegelapan. Tidak perlu mencemaskan apa yang mereka cemaskan seolah-olah Tuhan tidak tahu akan semua resiko atau lebih tepatnya Tuhan DISANGKA tidak sanggup untuk melakukan apa yang SEHARUSNYA DILAKUKAN. Setelah Yesus menenangkan badai kecemasan (akibat tindakan-tindakan Yesus yang "kontraproduktif") yang melahirkan KERAGUAN terhadap dirinya, Yesus kemudian menyingkapkan hal yang lebih mencengangkan lagi. Tak hanya bagi para murid tetapi juga bagi anda dan saya. Mari kita lihat penjelasan Yesus berikut ini :
Lazarus sebenarnya telah MATI, sebagaiman Yesus sendiri telah nyatakan, dengan demikian Lazarus TIDAK ATAU GAGAL DISEMBUHKAN? Faktanya memang demikian dan Yesus pun menegaskannya "Lazarus sudah mati." Bukankah Yesus telah mengatakan bahwa penyakit itu tidak akan membawa kematian? Namun kini Yesus berkata dengan terus terang : " Lazarus sudah mati." Adakah Yesus TIDAK BERDAYA atau TIDAK BENAR-BENAR BERKUASA ATAS SAKIT PENYAKIT? Secara gamblang kita akan secepat kilat MENYANGKA demikianlah adanya! Namun sebelum anda segera MENUDING YESUS sebagai tidak benar-benar berkuasa, tidak memiliki kuasa atas penyakit dan tidak memiliki kasih terhadap YANG DIKASIHINYA, mari kita perhatikan sejumlah fakta yang MENGAWALI kondisi Lazarus yang sakit sehingga pada akhirnya mati :
Dua hal yang SENGAJA dilakukan Yesus jelas membawa konsekuensi FATAL bagi seseorang yang sakit dan membutuhkan kesembuhan. Sebuah tindakan PENUNDAAN yang dilakukan secara SENGAJA jelas bukan sebuah tindakan positif untuk kesembuhan, malah membuat kondisi si sakit semakin parah. Dengan kata lain, dapat dikatakan Yesus memang MENGANTISIPASI kematian Lazarus! Jika itu adalah secara SENGAJA, maka KEMATIAN yang dialami Lazarus, maka jelas Kematiannya adalah sebuah hal yang DIKEHENDAKI oleh Yesus!
SENTRALITAS PADA DIRI SENDIRI atas setiap jawaban untuk doa permohonan tidak terelakan. Seolah TUHAN tidak boleh memberikan JAWABAN SALAH kepada manusia yang memohon; seolah TUHAN wajib memberikan JAWABAN BENAR kepada manusia SESUAI dengan EKSPEKTASI manusia pada APA yang SEHARUSNYA TUHAN LAKUKAN bagiku.
Tak akan, hal kepentingan Tuhan, terpikirkan oleh kita para pembaca yang terhormat. TELAMPAU JAUH DAN BESAR bagi kita untuk dapat sedikit saja menangkap perkataan Yesus yang berbunyi : akan MENYATAKAN kemuliaan Allah, OLEH penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan?" Tidakkah ini terdengar MENGERIKAN dimana "Allah menggunakan atau memanfaatkan penyakit untuk menyatakan kemuliaan Allah? Atau OLEH penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan?" Saya yakin tidak akan ada yang kuat untuk membayangkan bahwa memang demikian maksud rangkaian huruf-huruf itu berkata-kata. Saya yakin akan banyak pembaca Alkitab akan MENGABAIKAN bagian ini dan MENGARAHKAN PEMBACAAN pada hal-hal yang NORMAL sebagaimana TUHAN SEHARUSNYA. Jika demikian maka tidaklah aneh Tuhan DISANGKA JAHAT sebab ORIENTASI MANUSIA MEMANG PADA DIRINYA SENDIRI dan TIDAK PERNAH MEMBERI RUANG PADA KEPENTINGAN TUHAN! Memang, saya tidak hendak mengatakan bahwa KEPENTINGAN TUHAN yang berbunyi OLEH penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan?" seperti sebuah hal yang menyenangkan atau kebenaran sehingga kita tidak lagi memiliki dasar untuk berharap dan percaya teguh bahwa Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih dan untuk menyembuhkan penyakit kita bukanlah hal mustahil untuk dilakukan-Nya! Kedagingan kita memang terlampau lemah dan itu mengakibatkan kita AKAN MERAGUKAN TUHAN SEBAGAI TUHAN, mana kala eksptasi atau pengharapan kita tidak tepenuhi sama sekali. Ya... tepat SEPERTI para murid tadi yang SEMAKIN CEMAS DAN KUATIR kala Yesus MERESPON permohanan Maria dan Marta untuk segera datang karena Lazarus yang dikasihi-Nya telah sakit. Para murid tadi MALAH diajak kembali Ke Yudea SETELAH 2 HARI MENUNDA perjalanan menuju kediaman Maria! Ketika Jawaban doa tidak selaras dengan apa yang kita bayangkan sebagai yang seharusnya maka ini adalah titik awal lahirnya berbagai jensi SANGKAAN jahat yang mendiskreditkan Tuhan. Seperti para murid yang mengalami"konflik" berat dalam batinnya ketika Yesus dinilai seperti melakukan kesalahan fatal dengan kembali ke Yudea? Ya...ajakan Yesus itu terlihat nyata seperti ajakan yang sangat konyol atau mungkin sangat bodoh.
Ini kembali mengingatkan saya akan perkataan yang ditujukan kepada Ayub oleh isterinya : "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)." Tidakkah sangat mungkin bagi saya dan anda akan berkata sama dengan isteri Ayub, JIKA saya adalah saudara Lazarus. Tentang isteri Ayub dan penderitaan Ayub yang tak berdasar ini, kisahnya dapat anda temukan dalam bagian 3. Atau sangat mungkin juga anda atau saya bahkan, untuk berkata dalam NADA PENUH PERENDAHAN terhadap Tuhan seperti yang diucapkan oleh orang Israel yang SEDANG DIBEBASKAN DARI MESIR "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?" (Keluaran 14:11) yang dapat anda temukan kisahnya pada bagian 2 dalam artikel berseri ini. Berbicara Kepentingan Tuhan adalah hal yang SANGAT TINGGI tak terjangkau dan terpahami oleh pikiran, perasaan dan kekuatan kita sebagai manusia. KEPENTINGAN MANUSIA adalah: TUHAN SEHARUSNYA SEGERA BERTINDAK DAN MENGATASI MASALAH SAYA. Dan jika manusia bersikukuh dalam sikap yang seperti ini maka PERMOHONAN dan PENGHARAPAN berubah menjadi TUNTUTAN dan KEPASTIAN SEGERA. Dengan demikian relasi yang asalinya adalah bersifat pengharapan, permohonan dan doa telah berubah menjadi relasi yang bersifat TUNTUTAN yang BERSIFAT MANDATORI UNTUK DIJAWAB OLEH TUHAN, SESUAI DENGAN PENHARAPAN ATAU KEPENTINGAN MANUSIA. Apa yang hendak saya nyatakan disini bukan berarti dengan demikian TUHAN lantas berubah menjadi sosok yang otoriter dan kejam. Sekali lagi saya katakan, JIKA kita masih tertaut pada KEPENTINGAN DIRI maka memang Tuhan akan DISANGKA otoriter dan kejam. Tuhan pada dasarnya TIDAK PERNAH SEPERTI yang DISANGKAKAN APAPUN oleh manusia, sebagaimana dalam kasus Lazarus ( dan tentu dalam kasus Keluaran Israel dari Mesir dan juga Ayub). Mari kita perhatikan apa yang terjadi sebenarnya :
Berdasarkan 3 poin yang sejauh ini dapat kita munculkan maka dapat secara pasti kita katakan bahwa:
Sukarnya manusia bahkan orang-orang percaya untuk melihat KEPENTINGAN TUHAN atau MAKSUD TUHAN yang hadir dalam setiap peristiwa yang bagaimanapun secara jelas tergambarkan dalam sebuah penggambaran yang saya pribadi akan katakan sebagai tak lagi sanggup untuk dipahami manusia sehingga melahirkan sebuah reaksi yang sangat mirip dengan reaksi keras yang diterima oleh Ayub dari isterinya atau diterima oleh Musa dari bangsanya sendiri. Mari kita saksikan dialog yang terjadi antara Yesus dan murid-murid-Nya :
Tidak salahkah Yesus berkata "Syukurlah Aku tidak hadir?" Tidak sama sekali, ini justru MENYINGKAPKAN apa yang menjadi MAKSUD atau KEPENTINGAN YESUS yang secara sengaja MEMPERLAMBAT kedatangannya. Apa yang menjadi MAKSUD dan KEPENTINGAN YESUS kali ini? Yesus katakan "Supaya kamu dapat belajar percaya." Saya sebelumnya sudah katakan bagaimana para murid mulai meragukan Yesus dan bagaimana Yesus menenangkan badai kebimbangan mereka dengan mengatakan bahwa dirinya adalah terang dunia. Perkataan Yesus diatas juga menunjukan secara gamblang bahwa Yesus memang menghendaki agar Lazarus mati akibat penyakitnya atau dengan kata lain bahwa Lazarus memang tidak akan disembuhkan tetapi sesuatu yang LEBIH BESAR dari menyembuhkan.
Saudara-saudaraku, sekalipun saya telah melihat bahwa KEPENTINGAN TUHAN berada di atas KEPENTINGAN MANUSIA, hal ini bukanlah hal yang dapat diteguk seperti susu manis rasa coklat yang dingin diteguk di siang hari terik; berangkali ini lebih tepat diandaikan sebagai makanan yang berguna bagi tubuh tetapi sangat tidak nikmat atau mengundang selera makan sebab rasanya tidak menyenangkan lidah. Dan betapa kebenaran yang diungkapkan Yesus ini sungguh sukar untuk diterima terlihat jelas dari murid-Nya sendiri :
Perkataan Tomas ini bukanlah perkataan seorang yang senang dan kegirangan. Lagian mereka sebelumnya sudah sempat dipusingkan dan dibuat stres oleh Yesus dengan penundaan yang tak rasional dan semakin terdengar "gila" kala Yesus berkata "Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu – pada waktu Lazarus sakit dan meninggal." Sangat dapat dipahami jika Tomas benar-benar patah arang... tidak sanggup lagi memahami Yesus ( Yesus bukan kali ini saja tidak dipahami oleh murid-muridnya, tetapi berangkali ini salah satu yang terberat untuk diterima dengan kewarasan manusiawi mereka). "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia,"bagi saya, itu terdengar sebagai senada dengan respon isteri Ayub yang berbunyi "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)." Atau perkataan bangsa Israel kepada Musa "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?" Ya..nada-nada kekecewaan tak tertahankan terlontar dari Tomas, sebuah skeptisme yang tak kepalang tanggung menggelayuti kepercayaan-Nya kepada Yesus. Yesus tidak lagi dilihat sebagai terang dunia tetapi kematian! Dan sebagaimana yang TELAH DIANTISIPASI oleh Yesus maka kematian, kedukaan dan kekecewaan terhadap diri-Nya yang dia jumpai : Penundaan yang secara SENGAJA atau DIKEHENDAKI telah dilakukan oleh Yesus bukan hanya telah mengakibatkan Lazarus mati akibat penyakitnya tetapi telah berhari-hari terbaring dalam kubur!
Kesedihan adalah kain yang kini menyelubungi keluarga ini. Keluarga yang dikasihi Yesus ini kini malah berdukacita. Pengharapan akan datangnya kesembuhan kini berubah dengan datangya kedukaan akibat kematian.
Ini adalah sebuah ekspresi kekecewaan terhadap Tuhan yang tidak memenuhi pengharapannya agar Yesus menyembuhkan saudaranya. Marta sangat percaya bahwa jika Yesus datang, pasti peristiwa sedih ini tidak terjadi. Tentu Marta tidak tahu bahwa Yesus SECARA SENGAJA tidak datang segera. Marta tentu tidak tahu bahwa Yesus mengucap syukur karena tidak hadir di saat yang tepat. Marta tentu tidak tahu bahwa Yesus MEMILIKI KEPENTINGAN atau MAKSUD yang ternyata berada di atas KEPENTINGANNYA (agar saudaranya disembuhkan)!
Tetapi Marta dalam kecewanya tetap memiliki sebuah percaya yang bernilai pada Yesus dengan menyatakan "sekarangpun." Dalam momen duka yang melandanya, dia berkata bahwa saat ini pun dia tahu bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu SEGALA SESUATU yang Engkau minta kepada-Nya. Dapatkah kita setidak-tidaknya tetap memandang Yesus dalam kemegahan seperti ini dan tidak MENYANGKA bahwa Yesus tidak menerima segala sesuatu yang dia minta kepada Allah?
Ini adalah pernyataan yang sukar untuk dipercayai sekalipun Marta telah mengucapkan sebuah deklarasi yang sungguh agung..terucapkan dalam duka yang amat dalam dan tentu dalam balutan kekecewaan terhadap orang yang sungguh dia andalkan. Sekalipun Yesus yang mengatakannya, ini sukar! Marta tentunya tahu bahwa Yesus seharusnya DAPAT MENCEGAH kedukaan ini, kematian saudaranya, JIKA SAJA Yesus dapat datang tepat pada waktunya. Namun, kini Yesus mengatakan bahwa "saudaramu akan bangkit."
Dan memang benar demikian. Marta TIDAK MERAGUKAN Yesus sekalipun dalam kecewa dan duka. Sekalipun Lazarus tidak sembuh sekalipun dia dan saudara-saudaranya adalah orang-orang yang dikasihi Yesus, Marta tetap percaya bahwa Lazarus kelak akan bangkit dari kematian. Tetapi bagi Marta tidak sekarang, tetapi nanti pada akhir zaman Lazarus akan bangkit sebagai ORANG YANG DIKASIHI YESUS!
Yesus MEMPERTAJAM maksudnya terkait perkataannya "saudaramu akan bangkit," dengan mendeklarasikan bahwa Yesus sendiri adalah kebangkitan dan hidup. Sang kebangkitan dan hidup itu sekarang ada berdiri di dekatmu; dia hadir dalam kedukaanmu, Maria! Lazarus adalah orang yang DIKASIHI dan yang dikasihi tentu saja orang yang PERCAYA KEPADA YESUS, dan dengan demikian Lazarus tidak mati selama-lamanya.
Marta, sekali lagi, dalam duka yang mendalam karena Yesus tidak datang tepat pada waktu yang diperlukan, sekali memberikan sebuah teladan bagi kita. Marta tetap percaya pada setiap perkataan Yesus tanpa keraguan : "Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia –Yohanes 11:27" Jawaban Marta ini sungguh luar biasa bahkan saya secara pribadi menilainya memiliki sebuah poin unggul, yaitu: Marta MASIH berduka dan faktanya sekalipun Yesus berbicara bahwa dia adalah kebangkitan, Lazarus masih dalam kubur. Ya...saya teringat dengan deklarasi Petrus terkait pertanyaan Yesus siapakan Yesus dan bagaimana Yesus memuji Petrus ( bandingkan dengan Matius 16:16-17) Dan jawaban percaya Marta ini membangkitkan sebuah aksi iman yang luar biasa didalam dirinya, dalam kedukaanya : "Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau. Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus"- ayat 28-29. Sebuah kedukaan yang mendalam tidak sanggup menahan kuasa pengharapan yang bersentral pada Yesus. Sungguh ada iman yang teguh dan tergoyahkan dalam fakta bahwa Yesus tidak datang tepat pada waktunya; tidak menyembuhkan saudaranya. Pengharapan yang kokoh itu kini terdemonstrasikan dengan sempurna. Kita TIDAK MELIHAT MARIA menjadi SKEPTIS mendengar kabar Yesus datang. Mari TIDAK BERPRASANGKA bahwa TUHAN TIDAK BERDAYA ATAU BERKUASA ATAS PENYAKITNYA. Kita perlu meneladani keteguhan iman Maria dan Marta sehingga kita pun tidak perlu tergoda berpikir bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, sebuah SANGKAAN yang merendahkan Yesus. Yesus menunggu di tempat terakhir dia berjumpa dengan Marta, Yesus masih tidak bergegas untuk masuk ke rumah keluarga yang berduka, dan memang Yesus TIDAK HENDAK TURUT SERTA BERBELA SUNGKAWA. Yesus memiliki AGENDA tersendiri, yaitu apa yang menjadi KEHENDAK BAPA!
Kedua kali saya membaca kalimat serupa dari Maria sebagaimana dikatakan sebelumnya oleh Marta " Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati," saya tak terelakan melihat sebuah pemandangan yang mengagumkan dan mengharukan untuk seseorang yang kecewa dalam duka sedih mendalam! Percaya penuh! Maria, seperti halnya Marta percaya sekali jika Yesus datang- ada bersama mereka, maka tidak terjadi peristiwa duka ini! Tidak sedikitpun Maria dan Marta MERAGUKAN Yesus, apalagi SAMPAI MEMILIKI SANGKAAN BURUK atas diri Yesus. Ini jelas terlihat bahwa bagi mereka berdua, Yesus tetaplah solusi utama, namun sedang tidak hadir kala itu. Pun demikian terlihat betapa mereka masih mengagumi dan penuh hormat pada Yesus : "tersungkurlah ia di depan kaki-Nya."
Selanjutnya, bagian termegah dari kisah menyedihkan dan mengharukan ini adalah bagaimana kemudian Yesus merespon Maria. Ingat, kali ini SEMUA pelayat—orang-orang Yahudi—turut menyaksikannya!
Maria terus memperlihatkan derajat kepercayaan yang tinggi terhadap Yesus, tak sedikitpun IMAN percayanya kepada Yesus tergores! "Tuhan, marilah dan lihatlah! Dan tak hanya dihadapan Maria tetapi orang banyak, Yesus menangis melihat pemandangan kedukaan.
Tidakkah ini terdengar tidak asing dapat kita jumpai didalam gereja dan di luar gereja? Bahkan tanpa disadari terkhotbahkan dari atas mimbar dalam bahasa yang berbeda kadang terdengar canggih dan rasional? Yesus tidak memedulikan mereka! Yesus memedulikan yang orang-orang yang dikasihinya. Dan Yesus pada titik ini, dihadapan tak hanya Marta dan Mari tetapi orang-orang Yahudi, sedang memperlihatkan APA SESUNGGUHNYA YANG MENJADI KEPENTINGANNYA ATAU MAKSUDNYA DARI SEMUA HAL YANG MENGAWALI KEDUKAAN INI :
Yesus segera pergi ke ke kubur itu, memerintahkan "Angkat batu itu!" Sudah berhari-hari dan sudah pasti jasad Lazarus membusuk. Apalagi yang dapat dilakukan Yesus? Apakah ada kebangkitan sebelum akhir zaman? Apakah tubuh yang busuk itu dapat dibangkitkan oleh Yesus? Apakah betuk Yesus adalah kebangkitan dan hidup? Singkatnya, bagi Marta, tindakan apapun yang akan Yesus lakukan sudah terlambat, tidak ada gunanya! Namun, memang yang tak diketahui Marta adalah apa yang MENJADI MAKSUD atau KEHENDAK YESUS dari kedukaan yang terjadi sebagai akibat tindakan PENUNDAAN yang dilakukan SECARA SENGAJA; apa yang menjadi maksud kematian sebagaimana DIKEHENDAKI oleh Yesus, jelas tak diketahui oleh Marta. Dan pasti oleh semua orang yang menyaksikanya pun tak memiliki ide sedikitpun mengenai hal itu.
Sedari awal Yesus telah secara gamblang memperlihatkan APA YANG MENJADI KEHENDAKNYA MELALUI PERISTIWA LAZARUS YANG SAKIT : tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Dan Yesus PADA AKHIRNYA menyingkapkan secara jelas bahwa "Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
Dalam peristiwa-peristiwa semacam ini dimana orang sakit tidak sembuh malahan meninggal, mustahil kita akan berkata didalam hati terpujilah Tuhan yang telah mengasihinya! Bagi kita sebaliknya, justru bukti bahwa dia bukan yang dikasihi atau malahan dikatakan bahwa imannya tidak kokoh dalam berpengharapan kepada Tuhan. Memang benar, iman adalah dasar bagi orang percaya untuk berharap dan bermohon didalam doa, tetapi menyimpulkan bahwa semua jawaban harus terjawab dengan sempurna agar menjadi bukti bahwa Tuhan ada dalam. Atau bahkan para skeptis dapat berkata bahwa Tuhan tidak benar-benar berkuasa secara absolut dalam setiap dimensi kehidupan di dunia ini.
Yohanes 11:43-44 "Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." Saya pribadi tetap mengalami kesukaran untuk secara tepat menangkap suasana batin khalayak yang kala itu menyaksikan sebuah peristiwa yang MELAMPAUI semua bayangan mereka akan KEAJAIBAN, akan MUJIZAT. Sejauh apakah mereka sanggup membayangkan KUASA yang DIMILIKI oleh Yesus? Atau berangkali bagaimana ekspresi muka mereka; bagaimana ekspresi muka mereka atau diri mereka? Apakah mata mereka melotot; semua diam senyap kaku tak bergerak; kagum dan takut berpadu menjadi satu? Saya tidak tahu, namun yang pasti inilah AKIBAT dari SERUAN YESUS DENGAN SUARA KERAS :
Jika peristiwa ini terjadi sekarang, maka saya menduga, dunia akan terhenyak atau lebih lagi. Orang yang telah mati berhari-hari, sudah busuk namun hidup kembali dan berjalan keluar dengan kaki dan tangan masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh.
Dapat dikatakan dengan pasti bahwa dalam peristiwa Lazarus ini,tidak berdasar untuk mengatakan bahwa Yesus sedang MENYALAHGUNAKAN penderitaan atau penyakit untuk kemuliaan-Nya. Sebab pertama-tama Yesus tidak menciptakan penyakit yang diderita dan kedua Yesus mengasihi Lazarus dan keluarga tersebut. Bahkan kita telah melihat betapa kasih yang terikat antara Yesus dan keluarga ini sedemikian hebatnya. Marta dan Maria telah memperlihatkan betapa kasih yang terajut diantara mereka dengan Yesus sungguh ilahi. Kedukaan dan kesedihan tidak menodai keyakinan mereka pada Yesus. Marta percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan saudaranya. Mari jatuh tersungkur di kaki Yesus dalam sedih dan dukanya sambil mengungkapkan betapa pentingnya kehadiran Yesus bagi mati-hidup saudaranya Lazarus. Yesus berduka, bukan duka buaya, sebab duka terhadap yang dikasihinya melahirkan kebangkitan seorang yang telah mati berhari-hari, sudah busuk! Yesus telah membuat Lazarus KELUAR dari KEMATIAN kepada Yesus- sang kebangkitan dan hidup. Pada puncaknya, mengapa ini tidak dapat dikatakan sebagai Yesus memanfaatkan kematian Lazarus atau bermain-main dengan kehidupan sebuah keluarga? Karena Yesus sedari semula sudah memperlihatkan apa yang menjadi KEHENDAK TUHAN?
Kisah Lazarus usai sampai disini, dan pada bagian berikutnya kita akan melihat sebuah kisah yang akan memperlihatkan betapa manusia selalu gagal melihat KEPENTINGAN TUHAN sebagai yang teratas dibandingkan KEPENTINGAN MANUSIA. Inilah yang dapat melahirkan SANGKAAN-SANGKAAN JAHAT atas Tuhan yang Kasih pada manusia. Bersambung ke Bagian 10 ***
| ||
Apa Yang Harus Kuperbuat Untuk Memperoleh Hidup Kekal? Posted: 25 Mar 2014 07:46 AM PDT Oleh : Martin SimamoraApa Yang Harus Kuperbuat Untuk Memperoleh Hidup Kekal?
Lukas 10:25-29 " (25) Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (26) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" (27) Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (28) Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." (29) Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Teks diatas memberikan sejumlah informasi penting yang harus diperhatikan keberadaannya. Pertama, Lukas memberitahu kepada kita bahwa MOTIF UTAMA ahli Taurat dalam dialog yang dibangunnya adalah untuk MENCOBAI Yesus. Kedua, jawaban ahli taurat atas pertanyaan Yesus secara jitu memperlihatkan kegagalan ahli taurat UNTUK MEMPEROLEH hidup kekal. Terakhir, ahli Taurat bersiasat untuk membenarkan dirinya dengan kebenarannya sendiri namun tetap gagal secara telak. Satu hal teramat penting dan tidak terbantahkan adalah: "apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal," adalah kebutuhan pokok manusia. Dalam derajat yang sangat fanapun pertanyaan ini akan dimaknai bagaimana agar saya dapat hidup selama-lamanya tidak mengalami kematian; demikian juga bagi si ahli Taurat dalam pandangannya. Aksi mencobai Yesus dengan demikian dapat dikatakan sebagai memiliki nilai strategis bagi dirinya pribadi, setidaknya dia ingin memperlihatkan kepada Yesus bahwa dirinya sudah melakukan apa yang seharusnya DILAKUKAN sebagaimana dituntut oleh Hukum Taurat. Kelihatannya Yesus memiliki nilai penting bagi dia, tentu kita tidak akan berupaya menebak isi benaknya sebab itu bukan poin pentingnya. Atas pertanyaan si ahli Taurat tersebut maka Yesus menjawab dengan sebuah pertanyaan singkat namun bukan berarti sembarangan sebab jawaban Yesus secara langsung akan menunjukan bahwa si penanya MEMILIKI PENGETAHUAN yang memadai namun dengan sebuah TETAPI yang mematikan. Yesus menjawab "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?" Bahkan Yesus TAHU bahwa si penanya tahu sangat baik Taurat : "Apa yang kaubaca di sana?" Jelas, pertanyaan ini dijawab mudah oleh si ahli Taurat :"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Apa penilaian Yesus atas jawaban si ahli Taurat tersebut? SANGAT MENARIK! Jawaban Yesus bukan sekedar jawaban "PENGETAHUAN,"; jawaban Yesus sekaligus sebuah jawaban yang MENAKAR kondisi rohaninya :"Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Yesus MENGONFIRMASI bahwa JAWABAN si ahli Taurat BENAR. Tetapi jawaban si ahli Taurat terbukti TIDAK segaris lurus dengan fakta atau perbuatan nyata dalam kehidupannya; jawaban atau pengetahuan yang benar sekalipun TIDAK MEMBUATNYA MEMILIKI HIDUP, sehingga Yesus MENAMBAHKAN "perbuatlahdemikian, maka engkau akan hidup," yang memberikan indikasi sangat kuat bahwa si ahli Taurat TIDAK MELAKUKAN sehingga dia TIDAK MEMILIKI HIDUP. Dengan demikian melalui JAWABAN YESUS YANG MENYINGKAPKAN REALITA ROHANI si ahli Taurat, di mata Yesus, dia sama sekali tidak memenuhi tuntutan Hukum Taurat tersebut sehingga secara telak tidak memiliki hidup kekal. Tentu ini jawaban yang sukar untuk diterima olehnya sebagai kebenaran! Si ahli Taurat dengan MOTIF mencobai tentu tidak datang tanpa sebuah "andalan" yang ada melekat pada dirinya, terkait apa yang TELAH DILAKUKAN. Berpikir bahwa "BUKTI" baru akan mengubah penilaian Yesus. Bukti baru apa dan bagaimana dia membuktikannya?Si ahli Taurat dengan sangat berani MENGGUNTING sebuah bagian dari jawabannya yang BENAR, seolah guntingan tersebut dapat berdiri sendiri terlepas dari keseluruhannya. Sebelum kita melihat BUKTI BARU yang hendak disodorkannya, saya hendak mengingatkan bahwa ketika Yesus memberi respon KONDISIONAL "perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup," yang secara khusus ditujukan kepada dirinya dan sekaligus menyingkapkan dia TIDAK MELAKUKAN, maka sebetulnya tidak ada celah lagi bagi si ahli Taurat untuk mengelaknya. Itu sebabnya hampir-hampir tidak terlihat sebuah sanggahan yang kuat dari dirinya selain sebuah upaya MINOR yang dipikirnya akan menyelamatkan dirinya dari VONIS YESUS yang mematikan tersebut. "Dan siapakah sesamaku manusia?" Apakah yang diharapkan oleh si ahli Taurat dengan MENGGUNTING bagian ini sebagai sebuah PERTANYAAN TERSENDIRI seolah TERLEPAS DARI KESELURUHANNYA? Mari kita lihat jawaban Yesus atas pertanyaan "Dan siapakah sesamamu manusia?" Yesus tidak memberikan jawaban sederhana; jawaban Yesus adalah jawaban yang SANGAT SUKAR untuk DAPAT DILAKUKAN tidak hanya DAHULU tetapi bahkan UNTUK ANDA dan SAYA saat ini. Jika anda berpikir sama seperti si ahli Taurat, menggunting "sesama manusia" sehingga terlepas dari keseluruhannya maka anda pun sama seperti si ahli Taurat, gagal untuk memahami tuntutan Hukum Taurat dan dengan demikian anda tidak memperoleh hidup kekal. Demikian jawaban Yesus :
Yesus membuka jawabannya dengan semacam "rekayasa kasus," yang sangat kental dengan nuansa kriminal jalanan yang keji dalam rangka memberikan jawaban:
Inilah situasi yang disampaikan oleh Yesus; ini adalah sebuah situasi kejahatan keji dengan hasil korban sekarat dimana nyawanya hanya tinggal menunggu waktu saja.
Seorang IMAM dan seorang LEWI adalah yang seharusnya MELAKUKAN KASIH SESAMAMU MANUSIA (sebab mereka mengetahui TUNTUTAN HUKUM TAURAT), namun faktanya TIDAK melakukan apa yang dituntut. Dalam "rekayasa kasus"-- (peristiwa tersebut bukan atau bisa jadi kejadian sesungguhnya, tetapi apa yang paling penting atau hendak diperlihatkan melaluinya adalah FAKTA ROHANI yang hendak diungkapkan)-- ini Yesus KEMBALI MENEGASKAN SEBUAH KENYATAAN ROHANI yang sama sebagaimana jawaban atas pertanyaan sebelumnya pada diri si ahli Taurat. Justru seorang SAMARIA dalam PENGGAMBARAN Yesus telah melakukan sebuah perbuatan kasih kepada seorang asing; seorang yang sah saja baginya untuk diabaikan menginagt resiko yang mungkin mengikuti dalam menolong seorang yang menjadi korban kejahatan. Beginilah Yesus menggambarkan perbuatan orang SAMARIA itu :
Setelah itu Yesus kembali melemparkan pertanyaan yang akan MENYINGKAPKAN FAKTA ROHANI pada diri si ahli Taurat untuk kedua kalinya :
Seperti halnya yang pertama si ahli TAURAT dapat memberikan JAWABAN yang BENAR atas pertanyaan tersebut :
NAMUN, seperti halnya yang pertama dan dengan demikian untuk kali kedua Yesus menunjukan bahwa pun kali ini si ahli Taurat tidak melakukan atau MEMENUHI TUNTUTAN TAURAT AGAR DAPAT MEMPEROLEH HIDUP KEKAL. Mari lihat jawaban Yesus yang mengindikasikannya :
Ketika Yesus memberikan sebuah pembukaan EKSTRIM namun AKTUAL yang dapat terjadi, dimana hampir sukar bagi siapapun untuk melakukan seperti orang Samaria tadi- sosok atau tokoh yang Yesus hadirkan; tujuan utamanya adalah untuk memperlihatkan BAGAIMANA MENGASIHI TUHAN dengan SEGENAP hatimu dan dengan SEGENAP jiwamu dan dengan SEGENAP kekuatanmu dan dengan SEGENAP akal budimu dan SESAMAmu manusia SEPERTI DIRImu SENDIRI adalah hal yang tak terpisahkan satu sama lain.
Umumnya manusia SANGGUP BERBUAT DEMIKIAN jika korban adalah saudaranya atau setidaknya dikenal akrab; dalam hal ini pun kita hanya dapat membangun ekspektasi yang berangkali lebih besar ketimbang pada korban yang tak dikenal sama sekali. Secara sederhana, kita dapat katakan bahwa KASIH SESAMA YANG DITUNTUT OLEH HUKUM TAURAT adalah sebuah KASIH KEPADA SESAMA YANG TOTAL, dalam arti anda dan saya ketika melakukan tindakan KASIH PADA SESAMA harus juga dengan KASIH YANG SEGENAP didalam JIWAMU, KEKUATANMU dan AKAL BUDIMU. Tanpa ini, maka semua bayang-bayang resiko dan ketakutan akan MENJEGALMU untuk melakukan sebuah tindakan kasih.
Yesus secara sempurna memberikan kepada kita SEBUAH GAMBARAN INDAH DAN MULIA bagaimana KASIH SESAMA MANUSIA YANG DITUNTUT HUKUM TAURAT semestinya LAHIR SECARA TULUS DARI DALAM DIRI seorang manusia yang DIKUASAI OLEH KASIH :
Mengasihi Sesamamu kemudian menjadi jelas bukanlah sebuah kasih yang dangkal atau sebuah jenis kata murahan yang diumbar dalam balutan budaya pop masyarakat kita yang maju dan moderen saat ini. Ini adalah kasih yang mau mengambil resiko atau bahaya; mau mengorbankan diri dan kepentingannya hingga pada nilai yang tak terkirakan. Ini adalah jenis KASIH TANPA BATAS YANG SANGGUP MENGORBAKAN DIRINYA BAGI ORANG LAIN SEPERTI ATAU SEOLAH DIA MELAKUKAN ITU UNTUK DIRINYA SENDIRI! Mengasihi Sesamamu kemudian menjadi jelas TIDAK MEMBIARKAN SESAMAMU SENDIRIAN TETAPI SELALU MENYERTAI dan MEMBERIKAN SEBUAH KEPASTIAN PENYERTAAN YANG MEMASTIKAN BAHWA SESAMAMU ITU BENAR-BENAR PULIH; BENAR-BENAR TIDAK DITINGGAL SENDIRIAN SELAMA APAPUN DAN SEBESAR APAPUN RESIKONYA. (Kembali saya hanya MELIHAT YESUS sebagai yang dapat melakukan atau memenuhi tuntutan hukum Taurat ini) Mengasihi Sesamamu kemudian menjadi jelas benar-benar sebuah tindakan personal. Ketika Yesus menggambarkan orang SAMARIA tersebut "tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (ay 33)," jelas sekali ini bukan jenis belas kasihan retorika atau jargon-jargon kosong yang kadang terkumandangkan dari atas mimbar gereja; ini adalah jenis kasih yang juga sanggup membuat seseorang sanggup untuk "mengasihi TUHAN dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu." Mengasihi Sesamamu dengan demikian bukanlah sebuah tindakan yang bersentral pada kemampuan manusia atau kepentingan diri sendiri atau bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri, sebab mengasihi sesama dalam prakteknya—sebagaimana yang digambarkan oleh Yesus—adalah sebuah KASIH yang ILAHI sebab kasih itu sampai-sampai tidak lagi memikirkan dirimu sendiri tetapi berfokus kepada orang lain dalam level SEGENAP. Sebuah kasih yang dari TUHAN harus bersemayam dalam dirimu, sebab ini adalah tuntutan HUKUM TUHAN yang SEMPURNA. Tidak ada hal yang TIDAK SEMPURNA ketika berbicara perintah TUHAN, demikian jugalah dengan MENGASIHI SESAMAMU dalam hal ini. Inilah yang tidak ada dalam diri si ahli Taurat. Bagaimana dengan diri anda? Apakah anda berpendapat anda dapat SEKALIBER orang SAMARIA yang dihadirkan oleh Yesus dalam PENGGAMBARANNYA tentang MENGASIHI SESAMAMU MANUSIA SENANTIASA/SEGENAP? Apakah anda dapat memastikan dirimu dapat memperoleh hidup kekal dengan memenuhi tuntutan hukum Taurat, sebagaimana yang Yesus telah gambarkan? Ataukah anda telah menyadari bahwa hanya Yesus yang sanggup memenuhi SEGENAP tuntutan Hukum Taurat secara SEMPURNA? *** |
You are subscribed to email updates from Anchor of Life Fellowship To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 comments:
Post a Comment